Bismillahirrahmanirrahiim…
Entahlah, tiba-tiba pagi ini kuingin menulis surat untuk sahabat mudaku Aini di Pamekasan Madura, semoga suratku ini terbaca dan tidak terlewatkan olehmu Aini, sebagai ajang silaturahmi meski lewat online dan sebagai ajang saling mengingatkan diantara kita agar menjadi wanita yang sempurna merajut untaian ketaatan kepada Allah SWT dan kecintaan kita kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW yang sama-sama belum pernah kita jumpai, namun kecintaan kita kepada Beliau berujung makin taatnya ruhani kita kepada Allah SWT, sehingga membuat bibir dan hati kita selalu basah oleh dzikir kepada Allah SWT dan sholawat untuk Baginda SAW…
Aini yang jauh di Pamekasan…
Maafkan jika dalam suratku ini penyebutanku padamu tak memakai embel-embel penghormatan sepetilpun, tapi tak mengurangi hormat dan sayangku padamu nak.
Terima kasih untuk kesetiaanmu yang rajin membaca setiap artikel yang kumuat di blog ini, yang kutulis disisa waktuku melayani saudara-saudara kita yang saat ini juga sedang menderita sakit maag sepertimu.
Masih segudang judul tentang sakit maag yang ingin kutuangkan dalam blog ini, yang kuharapkan walau seberapapun, bisa membantu saudara-saudara sakit maag kita, agar segera sembuh dari penderitaannya, termasuk dirimu Aini. Namun karena keterbatasan fisikku ini, maka aku hanya bisa menuangkan setiap judul beberapa hari sekali saja, seluang waktuku saja.
Aku, yang baru 59 tahun, baik fisik maupun stamina rasanya sudah seperti orang yang berusia 70 an saja. Karena selama kurang lebih 18 tahun didera sakit maag kronis yang merontokkan seluruh kekuatan, kesabaran dan ketawakkalan lahir maupun batin.
Sehingga aku gampang capek, jika banyak kegiatan, seperti kehilangan seluruh daya.
Aku yang kau kenal tentu aku yang masih muda, cantik dan energik yang fotonya aku pampang di blog ini, ya bukan ? Ha ha …maafkan aku jika kau dan seluruh pembaca blog tertipu olehku. Foto itu adalah foto sebelum aku sakit. Tapi itu memang benar aku, bukan orang lain.
Dengan memasang foto sebelum sakit ini, tak ada maksud lain kecuali waktu blog ini kubangun, memang hanya foto itu satu-satunya yang kumiliki.
Entahlah, sejak kecil hingga kini ku memang tak suka difoto. Alasanku, foto adalah untuk mengenang masa lalu, dan foto selalu untuk dipamerkan kepada orang lain. Dan dua hal itu adalah termasuk yang paling tak kusukai.
Aku tak suka mengenang masa lalu, apalagi yang buruk-buruk (kecuali untuk introspeksi), aku lebih suka memikirkan hari esok yang lebih baik daripada mengenang masa lalu yang tak bakal balik dan lebih sedikit manfaatnya dibanding mengatur strategi untuk menyiapkan bekal keabadian kehidupan akheratku kelak yang belum pasti.
Dan aku juga paling tak suka pamer, apalagi hanya sebuah foto, apalah artinya. Aku lebih suka diriku dikenang oleh Allah SWT dan Kanjeng Nabi SAW, meskipun segudang dan sehitam apapun dosaku, aku telah taubatan nasuha, dan meski sekecil apapun amalku, aku berusaha untuk belajar ikhlas dalam mengamalkannya, bukan karena manusia, namun karena Allah SWT semata.
Aini yang sangat kusayangi...
Ini adalah foto kondisiku yang sebenarnya saat ini, diusiaku yang baru 59 ini. Sudah renta, sudah rapuh, sisa dari sakitku yang begitu lama. Alhamdulillah meskipun tinggal besi rongsok ibarat kata, Allah masih ijinkan aku sembuh, lalu menuangkan seluruh pengalaman sakit dan sembuhku dalam Buku Panduan Rahasia Sembuh Sakit Maag Kronis, yang Alhamdulillah sekali, ternyata sangat membantu saudara-saudara kita penderita maag yang kebingungan mencari solusi untuk sakit maagnya yang juga belum kunjung sembuh.
Padahal sakit maag mereka juga banyak yang sudah tahunan sepertiku, 5, 7, 10, 15 bahkan di Pasuruhan ada Pak Samsuri yang sudah menderita maag selama 25 tahun ! Alhamdulillah beliau sudah memesan bukuku, semoga Allah ijinkan menjadi jalan bagi kesembuhan sakitnya. Juga jalan bagi kesembuhan saudara-saudara kita sakit maag yang lain termasuk dirimu Aini Sayang…Amin Ya Rabbal Alamiin.
Tentu semua pembaca blog juga sepertimu, mengira aku yang sekarang adalah aku yang ada dalam foto di blog ini. Alhamdulillah…Tujuanku memasang fotoku sebelum sakit itu, agar mereka semua tidak malah menjadi shock melihat fotoku dengan kondisi yang ada sekarang ini. Nenek tua yang patut dikasihani he he..
Tapi ada yang mengherankan Aini, menurut banyak pengakuan dari saudara-saudara kita para penderita sakit maag yang menelponku, katanya suaraku seperti suara orang yang masih sangat muda, ceria, energik dan membuat adem. Apa iya toh ?
Aku kan tak bisa mendengarkan suaraku sendiri ? Tau begitu, dulu waktu aku masih muda, daftar saja ya jadi penyiar radio ? Pastinya akan jadi laris radionya, he he. Pantesan saja sampai sekarang, ga tau tuh masih sering didaulat untuk menjadi pembawa acara di pertemuan pkk dawis maupun RT.
Lah sekarang aku minat sama sekali untuk ikut organisasi yang lebih tinggi levelnya, ke kelurahan atau ke kabupaten, sebab harus wira wiri rapat dan pertemuan keluar rumah, yang tentu sangat melelahkan, menguras waktu, energi dan segalanya. Sekarang aku lebih senang melakukan kegiatan yang bisa dilakukan di rumah saja. Ya seperti yang kujalani sekarang ini, menulis, melayani konsultasi online, dan mengurus rumah tangga semampuku.
Dulu, masa mudaku sudah kuhabiskan untuk kiprah diorganisasi Tingkat I Jawa Tengah dulu, sehingga aku pernah mendapat perhatian khusus dari Almarhum Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX, dan pundakku pernah ditepuknya hingga 3x ketika beliau mengamanahkan sesuatu kepadaku kala itu. Tahun 1982.
Itu adalah masa lalu, yang boleh kita kenang sesaat, bukan untuk dilamunkan karena akan memubadzirkan waktu yang sangat berharga untuk merintis amal bagi kehidupan yang lebih indah dan abadi kelak di akherat Aini.
Aini yang lembut hati…
Wajib sangat kau syukuri, meskipun masih hidup di dunia kau sudah diberi kesempatan hidup di lingkungan ladang yang penuh pahala oleh Allah SWT. Hidup di lingkungan pondok pesantren Abahmu sendiri, mengajar mengaji anak-anak, bekerja untuk pekerjaan Allah. Menyiapkan generasi muda Islam yang akhlakul karimah, para calon penghuni surga, mudah-mudahan termasuk dirimu juga Aini.
Mengajar membaca huruf Alif, jika benar mengajarnya, jika benar hasilnya, jika benar nawaitunya, tentu akan diguratkan namamu dengan tinta emas oleh Malaikat Roqib sebagai catatan kebaikan yang akan menemanimu kelak jika engkau telah kembali ke Haribaannya jika sampai waktumu suatu saat.
Aku iri kepadamu Aini, karena kamu bisa hidup di lingkungan yang memudahkanmu untuk mengumpulkan segala kebaikan, jika kamu bisa memanfaatkan waktumu dengan baik untuk itu. Peluang emas kebaikan itu berceceran di sekitarmu, ambillah Sayang, jangan sampai terlewatkan satupun. Eman-eman..
Tapi aku tak perlu iri, karena Allah mengatur dunia seisinya ini sudah dengan sangat sempurnanya. Ya sangat SEMPURNA ! tanpa cacat dan cela seujung rambutpun. Semuanya penuh dengan rencana kebaikan, semuanya mengandung hikmah, dan semuanya memuat pesanNYA.
Yang intinya adalah, apapun yang DiberikanNya kepada kita, semata adalah karena Kasih dan SayangNya kepada semua makhlukNya, apalagi manusia adalah makhlukNya yang paling sempurna, yang secara fitrah telah diberiNya derajat yang paling tinggi diantara seluruh ciptaannya, termasuk lebih tinggi dari para malaikat seklipun. Apa tidak luar biasa ?
Aini yang tulus hati…
Anak-anak adalah bagaikan kertas putih. Tergantung tinta yang akan ditorehkan oleh siapapun di atasnya. Kau sebagai orang tua kedua bagi mereka, sebagai Ustadzah harus penuh dengan kasih sayang kepada mereka, sabar dalam membimbingnya, dan harus ikhlas mendoakan mereka semua agar menjadi anak-anak yang shalehah, walau mereka bukan anak-anakmu sendiri, namun jika kelak mereka berbuat kebaikan karena didikanmu, kamu akan juga mendapatkan pahalanya sebagai catatan kebaikan bagimu juga.
Satu perbuatan baikmu mendidik mereka dalam mengajar mengaji, beribu pahala yang bakal mengalir bagimu dunia dan akherat.
Jika kelak seorang santriwatimu menjadi anak yang shalehah bagi orang tuanya, menjadi isteri yang shalehah bagi suaminya, menjadi penghuni yang shalehah bagi keluarganya, bagi dunia….Ya Allah tak terbayangkan, betapa Allah SWT akan memuliakan dirimu dengan segala karunia kebaikan bagimu di dunia dan di akherat.
Mungkin karunia iman, karunia segala Rahmat, karunia kesehatan, karunia keselamatan, karunia segala Keberkahan, karunia rizki, karunia kemudahan untuk segala urusan, karunia perlindungan dari segala musibah, fitnah dan segala keburukan, kepahitan hidup, kegelisahan dan semua kesedihan yang tak berujung pangkal. Subhanallah Aini…Subhanallah…
Dan semua itu Alhamdulillah sudah kunikmati setelah kesembuhanku dari sakit ini. Setiap aku sholat, selalu tak mampu aku membendung air mataku, apalagi ketika aku bersujud. Dimata hatiku, rasanya aku tak layak menerima semua karunia ini.
Ternyata Allah lebih besar Ampunannya daripada dosa seluruh makhluk. Ternyata, DermawanNya melebihi persangkaan setiap hamba…Benar Aini…Allah Maha Dahsyat, Maha Pemurah, Maha Pengampun, Maha Memperhatikan, Maha Lembut, Maha Mendengar (terkadang hajat belum menjadi doa sering sudah dikabulkanNya), pokoknya Allah Maha Segalanya melebihi apa yang mampu kubayangkan dalam keterbatasan anganku, hatiku, jiwaku dan ruhaniku…
Jika kita diberinya sakit separah apapun, ini belumlah seberapa dibanding dengan nikmat-nikmat lain yang tak pernah atau belum kita sadari hingga saat ini. Belum seberapa dibandingkan nikmat karunia boleh menjadi umatnya Kanjeng Nabi Muhammad Rasulullah SAW. BELUM SEBERAPA Aini !
Alhamdulillah aku jadi sangat faham kepada kesabaran serta ketawakkalan Nabi Ayub As. Apalah artinya kehilangan dunia seisinya asal tak kehilangan akheratnya yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dalam Al Qur’anul Karim. Negeri Jannah yang penuh ketenteraman bagi Umat Muhammad SAW yang taat menjalani perintahNya dan taat menjauhi laranganNya. Iya kan ?
Aini...
Jangan sia-siakan hidup ini, agar kita bisa menikmati kebahagiaan dan keindahan di rumah keabadian kita kelak. Di Negeri Jannah, yang tak mudah kita dapatkan. Biarlah ibaratnya sekarang kita, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian. Tak apalah.
Dunia tempat penghambaan, menghamba selalu tidak enak rasanya, penuh dengan penderitaan, namun jika kita ikhlas dan tahu diri, tentu Tuan Besar kita Allah SWT. tak akan melupakan kita, jika bisa menjadi hambaNya yang baik, yang taat dan patuh pada setiap perintahNya.
Oke Aini, cukup disini dulu surat panjangku. Demi kesucian, aku tak bermaksud mengguruimu. Meskipun kau lebih muda dariku, kau lebih tahu, kau lebih bisa belajar sepuasmu kepada suami dan Abahmu yang memiliki Pondok Pesantren, tentu ilmu keagamaan jauh lebih banyak yang bisa ditimba dari Beliau.
Aku sangat berterima kasih untuk BBM-BBMmu yang banyak memberikan inspirasi bagiku. Bahwa hidup ini banyak sekali nikmat yang harus disyukuri, termasuk nikmat kasih sayang yang kau berikan padaku, meski kita belum pernah berjumpa lewat darat.
Aku amini setiap doamu untukku, semoga diijabah oleh Allah SWT, bahwa semoga kita diijinkannya sempat bertemu, jika kau telah sehat, dan jika masih ada umur kita. Semoga kita sekeluarga senantiasa dalam naungan serta bimbinganNya. Amin Ya Rabbal’Alamiin.
Jika ada yang tak berkenan dalam surat panjangku ini semoga kau mau memaafkanku lahir dan batin yah ? Semoga engkau lekas diberikan karunia kesembuhan. Amin Ya Rabbal Alamiin.
Peluk ciumku selalu untukmu, dan salam untuk sekeluarga. Selamat beraktifitas, semoga keberkahan akan selalu menyertaimu. Amiin.
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Salam penulis,
Niniek SS
Labels:
EDISI SPESIAL,
Renungan
Thanks for reading Surat Untuk Sahabatku Aini Di Pamekasan. Please share...!
0 Komentar untuk "Surat Untuk Sahabatku Aini Di Pamekasan"