Bismillahirrahmanirrahiim…
Semoga kita semua diampuni dosa-dosanya dan selalu mendapatkan berkah serta rahmatNya yang sungguh luar biasa yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan kita.
Shalawat serta salam yang setulus-tulusnya bagi junjungan kita Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat & pengikutnya yang setia, semoga kita sekalian umatnya, selalu dalam
bimbingan & ridha Allah SWT, dan selalu ditunjukkan ke jalan yang
lurus. Amin, amin, amin Yaa Rabbal'alamiin.
Kali ini ingin saya bagikan kepada teman-teman oleh-oleh tentang Taqwa Dan Tawakkal cuplikan dari pengajian Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) dan Kyai Kanjengnya, yang berlangsung di alun-alun Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada Sabtu malam Minggu yang lalu, tanggal 11 April 2015. Dalam rangka Peringatan Milad ke 20 BMT Binamas Purworejo sekaligus Peresmian Gedung Barunya yang cukup megah berlantai 3 di dekat alun-alun Kutoarjo, yang untuk tempat pengajian itu.
Saya mendengar tentang akan adanya pengajian Cak Nun ini sejak seminggu sebelumnya, dari teman suami saya, Mas Anwar Ichsanuddin yang sering main ke rumah. Saya membayangkan betapa senangnya jika bisa bertemu kembali dengan Cak Nun, dalam acara ini.
Jika dinalar secara logika, rasanya tak mungkin saya bisa hadir dalam pengajian ini. Karena berlangsung malam hari, tempatnya jauh sekitar 12 km dari rumah. Tak punya undangan (saya memang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, dan bukan masyarakat yang perlu diperhitungkan, sudah berkali-kali saya katakan bukan ?).
Sedih rasanya memikirkan hal ini. Juga karena badan sudah tua, baru saja sembuh dari maag kronis, kalau harus goncengan naik motor malam-malam keluar kota, kedinginan di jalan, badan sudah tak kuat lagi meskipun sakit maag saya sudah sembuh dan tak pernah kambuh lagi.
Walau sebenarnya inginnya setengah mati untuk bisa datang di pengajian yang tentu sangat menyentuh ini. Karena saya tahu persis siapa Cak Nun, dan bagaimana beliau jika sedang ceramah. Saya pernah 4 mata sharing dengan beliau, sehingga setiap mutiara kata yang beliau sampaikan selalu terngiang hingga kapanpun. Dan ini yang membuat saya sedih, karena sepertinya hal yang mustahil untuk saya bisa mengikuti pengajiannya beserta Kyai Kanjengnya.
Lembut bagai kapas ketika sedang menggambarkan tentang cinta Allah SWT.kepada makhluk dan cinta Muhammad Rasulullah SAW.kepada umatnya, dan garang bagai singa jantan jika sedang menguraikan kebenciannya kepada kemunafikan, ketidak jujuran, keserakahan, kedzaliman, yang sedang merebak di negeri ini baik dari kalangan pembesar negeri hingga sampai ke rakyat jelata. Menyentuh, mengibarkan gelora semangat juang, dan mencerahkan. Dan ini selalu dan selalu !!!
Subhanallah, tak dinyana tak diduga, bakda ashar, tiba-tiba ada telpon dari Ibu Nyai Zakaria, yang menawari saya, kalau nanti malam mau ikut hadir dalam pengajian Cak Nun dan Kyai Kanjengnya, bersama rombongan Pak Kyai Zakaria dengan mobil.
Pucuk dicinta ulam tiba. Alhamdulillah Ya Allah, rasanya bagaikan mendapat durian runtuh, mendapat kesempatan emas ini. Rizki yang tak disangka-sangka datangnya, dari Allah SWT.
Padahal kedatangan kami serombongan hanya terlambat beberapa menit dari waktu yang ditentukan dalam undangan, bahkan Pak Kyai Zakaria-pun sudah termasuk cepat mengendarai mobil rentalan itu. Namun subhanallah…Allah Hu Akbar…alun-alun Kutoarjo yang demikian luas sudah penuh dengan lautan manusia.
Bahkan kami sudah tak kebagian tempat duduk,Ya Allah. Terpaksa Panitia menggelar tikar cadangan untuk kami para putri, sedangkan Pak Kyai Zakaria bersama seorang bapak-bapak di bagian lain duduknya.
Meskipun yang hadir pada pengajian spektakuler itu bagaikan lautan manusia, namun sangat tertib, semua tertata, semua bisa menempatkan diri dengan baik, dan panityapun sangat apik dalam menyelesaikan tugasnya.
Undangan yang hadir, dari Yang mewakili Gubernur, Para Pejabat Kabupaten Purworejo, para Ulama sepuh, para Ustdz, Kyai, baik yang dari kota hingga ke pelosok-pelosok, pokoknya seluruh lapisan masyarakat kabupaten Purworejo tumplek bleg malam itu.
Haus untuk melihat yang namanya Cak Nun dari dekat, mendengarkan pengajiannya yang selama ini hanya bisa mereka lihat dari TV maupun You Tube. Mengalahkan minat kami semua untuk bertemu dengan presiden sekalipun.
Ini sebuah kenyataan yang sangat memprihatinkan sebetulnya. Ketika rakyat mendengar akan ada presiden yang mau datang untuk suatu keperluan, mereka tak bergeming perhatiannya. Tidak sebagaimana perhatiannya kepada mendiang Presiden pertama Bung Karno, apalagi sampai anjangsana ke daerah, sedangkan ada pengumuman bahwa pada hari “H” jam sekian akan ada pidato presiden, maka sebelum waktunya jalanan sepi, tak ada seorangpun yang lalu lalang, karena orang-orang sudah berkumpul ditempat orang-orang yang memiliki radio, mereka sangat berharap untuk bisa mendengarkan pidato dari Presiden Soekarno.
Dan popularitas serta kecintaan rakyat kepada seorang Ainun Nadjib hampir menyamai kecintaan rakyat kepada Presiden Soekarno pada jamannya.
Karena saya menyaksikan langsung jaman kejayaan Bung Karno sebagai Presiden Pertama RI (waktu itu saya masih kecil, masih sekolah SD), sekarang saya juga menyaksikan jamannya Cak Nun, jadi bisa menarik perbandingan. Meskipun Ainun Nadjib bukanlah seorang presiden !
Bahkan Cak Nun inilah termasuk deretan pertama orang-orang yang menjadi katalisator atau jembatan penyambung antara rakyat yang merasa tertindas oleh pemerintahan Pak Harto, dengan fihak Pak Harto yang masih enggan melepaskan jabatannya yang sudah disandangnya 30 tahun sebagai Presiden Republik Indonesia. Saya ingat betul itu.
Dan kemarin itu…
Begitu mendengar pengumuman di radio-radio, membaca pada pengumuman yang ditempel di pohon-pohon, bahwa sebentar lagi akan ada pengajiannya Cak nun dan Kyai Kanjeng di alun-alun Kutoarjo….Ya Allah, dimana-mana terjadi pembicaraan soal Cak Nun. Suasana menjadi hangat oleh perbincangan tentang Cak Nun.
Ada yang membicarakan kharismanya. Ada yang membicarakan gaya oratoriknya. Ada yang membicarakan eksentrik dan kembelingannya ( makanya disebut sebagai Kyai Mbeling ), ada yang mengupas tentang kejeniusannya, ada yang mengagumi kepeduliannya yang sangat besar pada wong cilik dan kaum dhuafa, ada yang mengagumi kupasannya terhadap kandungan Al Qur’an sepertinya Cak Nun ini bagaikan Qur’an berjalan yang sangat piawai menguraikan makna ayat demi ayat dari Kitab Agung kita ini. Tak henti-hentinya mereka ramai membicarakan tentang Cak Nun ini.
Bahkan saya akui, saya adalah fans beratnya Cak Nun, setelah Kanjeng Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Justru karena Cak Nun sendiri pengagung Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW.
Banyak orang genius. Tapi geniusnya hanya dalam satu bidang. Banyak seniman besar. Tapi kesenimanannya hanya di satu seni. Banyak intelektual. Tapi intelektualitasnya hanya untuk kepentingan kelompoknya sendiri. Banyak kyai, namun hanya bisa dekat dengan kelompoknya yang sealiran madzabnya, yang berlainan madzab dianggapnya bukan orang yang perlu disapa ataupun didekati.
Namun Cak Nun adalah orang yang serba bisa, dan geniusnya adalah jenius yang total, kesenimanannya adalah juga total, intelektualitasnyapun menjangkau seluruh keilmuan, jiwa sosialnya merangkul seluruh lapisan masyarakat, dari tingkat petinggi negara hingga rakyat jelata, tanpa membeda-bedakan. Yang beda dimatanya adalah orang baik dan orang tidak baik, itu saja menurut pengakuannya.
Dan ke Islamannya insya Allah adalah Islam yang kaffah, yang menyeluruh, sebagaimana yang diteladankan oleh Kanjeng Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Islam yang santun. Islam yang penuh kedamaian. Islam yang pemersatu bukan Islam yang menceraiberai. Islam yang mengajak kepada Tauhid Yang Satu, bukan Islam yang banyak warna.
Bagi saya, Islam itu ya seperti yang sering didengungkan oleh Cak Nun, Islam yang full meneladani teladan dari Kanjeng Nabi SAW. Bukan Islam yang menurut kepentingan dan tafsiran diri, bukan Islam yang untuk kepentingan kelompok, yang penuh dengan intrik-intrik politik dan perpecahan dimana-mana. Yang mengutamakan atribut, bendera serta baju masing-masing.
Ini adalah pemahaman saya tentang Cak Nun, tentang Islam, dan tentang apa-apa yang pernah disampaikannya. Cak nun berkali-kali mengatakan :”Kamu sekalian tak perlu ingat aku, tak perlu mengenangku, tak perlu mendewa-dewakan aku. Aku ini sama sepertimu, manusia yang masih selalu khilaf dan banyak dosa. Lha kok kamu mau berkiblat ke aku, ya salah besar no. Tetapi yang harus selalu kamu ingat dalam hatimu, dalam fikiranmu, dan dalam jiwamu setiap saat, adalah Allah SWT. dan Rasulullah SAW !”
Aku sama sepertimu, yang dalam hidup ini harus terus mencari dan mencari kesucian, sepanjang waktu, dengan berbuat baik kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja.
Jika kamu ingin hidupmu sukses, enak, segalanya dimudahkan oleh Allah SWT, kuncinya ada dua adalah TAQWA dan TAWAKKAL.
Waman yattaqillaha yaj’al lahu makhroja, wayarzuqhu min khaitsu la yahtasib, waman yatawakkal’ala allah fahuwa hasbuh
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya..." [Ath-Thalaaq (65) : 2-3]
Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Jadi jika kita bertaqwa kepada Allah SWT, maka Allah menjanjikan 2 hal :
- Memberi jalan keluar bagi setiap masalah yang dihadapi.
- Memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya
Dan jika kita BERTAWAKKAL kepada Allah SWT, maka Allah SWT. akan mencukupkan segala keperluan kita.
Lalu apakah yang dimaksud dengan TAWAKKAL ? Tawakkal adalah menyandarkan hati dan bergantung harap, atas hidup dan kehidupan kita sepenuhnya hanya kepada Allah SWT. semata, lain tidak.
Cak Nun menyampaikan dalam pengajiannya :”Uwong urip kuwi, angger gelem nglakoni rong perkoro iki, wis mesti bakal kepenak uripe. Sing sopo taqwa bakal entuk solusi urip, lan bakal entuk rejeki sing ra disongko-songko. Lan sing sopo tawakkal, bakal kecukupan kabeh keperluane ! Iki dudu aku sing omong, nanging Allah piyambak sing menjamin”
Artinya : Manusia hidup itu, asal mau menjalani dua hal ini, sudah pasti akan enak hidupnya. Barang siapa yang mau bertaqwa, akan mendapatkan solusi atau jalan keluar bagi segala permasalahan hidupnya, dan akan mendapatkan rejeki yang tak disangka-sangkat datangnya. Dan barang siapa yang tawakkal, bakal dicukupkan segala keperluannya oleh Allah SWT. “Ini bukan saya yang bicara, akan tetapi Allah SWT yang menjamin” kata Cak Nun.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membacakan dua ayat ini kepada Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Seandainya manusia mengambil ayat ini sebagai landasan dia di dalam mencapai kebutuhan hidupnya, maka (dua) ayat ini cukup."
Fatwa para ulama : Betapa banyak para hamba yang menyerahkan urusannya kepada Allah, kemudian Allah mencukupkan apa yang dia inginkan…” artinya seberapa besar tawakkal kita maka, sebesar itu pulalah Allah akan mencukupkan kebutuhan kita.
Dengan kostum hitam-hitam yang dikenakannya, menambah besarnya charisma seorang Ainun Najib. Sudah sejak remaja entahlah, saya juga sangat menyukai warna hitam. Dan malam itu sayapun memakai baju jubah hitam berenda manis dan jilbab panjang yang berwarna hitam pula, hanya ingin menyamakan rasa saja, bukan karena apa.
Melihat Ainun Nadjib, saya melihat sebuah esensi kehidupan yang ingin diteladankan Nabi SAW sebagai manusia Islam secara keseluruhan. Ya pemahaman ke Islamannya, ya intelektualitasnya, ya rasa sosialnya, ya warna seninya, ya nuansa universalitasnya, dan segala warna indah kehidupan yang ada dalam kepribadiannya.
Banyak pencerahan yang disampaikan oleh Cak Nun, namun dua hal inilah yang paling menarik untuk saya sampaikan kepada teman-teman. Ialah taqwa dan tawakkal.
Jika sakit teman-teman belum juga sembuh, maka perbaikilah taqwa dan tawakkal teman kepada Allah SWT. Janji FirmanNya sudah sangat jelas. Jika kita bertaqwa (menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya), maka niscaya Allah akan membukakan jalan keluar bagi kita (bagi teman-teman tentu solusi sakit yang sangat dibutuhkan oleh teman-teman).
Dan Allah SWT. akan memberi rezeki kepada kita, dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Sehingga kita tak perlu pusing-pusing, tak perlu stress memikirkan segala kebutuhan kita.
Saya sendiri telah membuktikannya. Berusaha untuk menjadi orang yang bertaqwa dan berusaha belajar menjadi orang yang tawakkal. Ya Alhamdulillah, meskipun saya belum pernah kaya, namun selalu saja ada kemudahan, ada jalan keluar dan rejeki yang tak disangka-sangka.
Tawakkal bukan berarti meninggalkan ikhtiar. Karena sudah merasa bertaqwa, maka meninggalkan segala ikhtiar. Ini tidaklah benar. Karena ikhtiar merupakan bagian dari iman. Jika kita beriman, kita akan terus berikhtiar untuk memenuhi setiap hajat hidup kita. Baru kita menyerahkan semuanya dengan bertaqwa dan bertawakkal.
Insya Allah, dengan demikian teman-teman akan segera mendapatkan pencerahan, akan mendapatkan solusi jalan kesembuhan, juga akan memperoleh kemudahan, kecukupan atas segala keperluan teman-teman, jika teman-teman taqwa dan tawakkal.
Pada akhir acara, alhamdulillah Allah ijinkan saya bertemu dengan Cak Nun dengan batin yang akrab, meskipun tak bisa berkata banyak, kecuali kata Alhamdulillah, Ya Allah…bareng dari mulut kami. Dan Alhamdulillah pertemuan yang tak ada 1 menit itu, Allah beri kesempatan saya mencium punggung tangannya sebagai ungkapan takzim saya atas akhlaq dan keilmuan beliau. Semoga hal ini membawa keberkahan Allah bagi hidup kami sekeluar
ga. Amiin.
Demikian oleh-oleh dari pengajian Cak Nun dan Kyai Kanjengnya, semoga memberikan kemanfaatan bagi kita sekalian. Amin Ya Rabbal’Alamiin.
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Salam Penulis,
Niniek SS
Labels:
Renungan
Thanks for reading Pengajian Cak Nun Tentang Taqwa Dan Tawakkal. Please share...!
0 Komentar untuk "Pengajian Cak Nun Tentang Taqwa Dan Tawakkal"