SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Berburu Barang Antik

Bismillahirrahmanirrahiim…

Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam,

Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikutnya yang setia sampai akhir jaman.

Pembaca Blog Yang Setia

Ijinkan kali ini saya akan menghibur kalian dengan kisah nyata yang pernah saya alami sendiri tentang berburu barang antik

Mosok tiap hari, kalian dijejali artikel tentang penyakit maag saja, ya bosenlah lama-lama. Iya kan ? Doa dan harapan saya, kalian semua menjadi sembuh dan sehat, seperti sedia kala, dan saya takkan menulis lagi tentang sakit maag, namun tentang kehidupan dan misterinya, yang jauh lebih menarik dan bikin penasaran orang…Setuju nggak kawan ?

Saya tuh tinggal di perumahan Boro Mukti Permai, termasuk kawasan elitlah untuk kabupaten Purworejo. Ya terbukti hampir 60 % penghuninya punya kendaraan roda empat, sisanya 39,5 % nya semua punya sepeda motor, bahkan ada yang mempunyai lebih dari satu..Dua atau tiga sepeda motor.

Ada juga kok yang punya Alpard, CRV, atau Fortuner. Kalau yang memiliki semacam Avansa dan Inova wah banyak banget. Ya enaklah punya tetangga kaya, kalau kemana-mana, nengok tetangga sakit, takziah selalu ditawari untuk nebeng. Alhamdulillah…

Yang 0,5 % ya tinggal saya sendirilah yang Alhamdulillah hanya memiliki sepeda onthel saja sudah butut. Kalau dipakai bunyinya kreyat-kreyot, jaraknya masih jauh dari rumah, suami  belum keliatan orangnya suara sepedanya sudah kedengaran duluan. he he...

Ini hanya intermezzo aja. Saya sungguh sangat bersyukur dengan kehidupan kami yang sekarang ini, kalau hendak ditukar oleh Allah dengan kehidupan mereka yang bermobil Alpad, saya insya Allah akan menolak dengan tegas.

Saya akan bekata kepada Allah Yang Maha Agung : Ya Allah, saya mohon ampun bukan berarti saya menolak pemberianMu, tetapi bila Engkau ijinkan saya tetap memilih kehidupan saya yang sekarang saja Ya Allah, karena ini sudah sangat jauh lebih cukup dibanding dunia dengan seluruh isinya. 

Puji dan syukur kepadaMu yang tiada berbatas Ya Allah, Engkau sudah beri hamba seorang Nabi SAW, seorang Rasul yang sangat sempurna bagi hamba, yang menuntun hamba kepada Agama yang Engkau Ridhoi. Islam Rahmatan Lil Alamin.

Engkau beri hamba Agama Islam yang agung, jalan dan cahaya kebenaran dengan Al Qur’anul Karim Kitab Suci Yang Sempurna, serta Al Hadits sebagai panduannya. 

Engkau beri hamba seorang Mursyid yang saleh, yang membimbing ruhani hamba kembali kepadaMu melalui jalan yang telah Engkau tunjukkan, melalui medan suluk sebagaimana Engkau turunkan petunjuk-petunjukMu ketika Nabi kami Muhammad Rasulullah SAW dalam tiap-tiap berkhalwatnya digua Hiro’.

Engkau beri kami suami yang baik, yang pengasih dan penyayang, yang rajin sholat dan dzikir, sehingga sering membuat iri hati hamba jika ia sedang berdzikir kepadamu, karena bisa lama dan khidmat. 

Suami yang selalu mendidik hamba untuk selalu bersyukur, bersabar dan tawakkal. 

Suami yang penyabar, yang tak pernah marah apalagi membentak, tak pernah menuntut walau sekedar diladeni segelas air minum.

Tidak sebagaimana suami-suami para wanita yang selalu marah-marah, membentak-bentak, berkata dan berlaku kasar hingga main tangan, terlalu menuntut dalam segala hal, termasuk selalu menuntut kebutuhan biologisnya kepada isteri, ia tak mau tahu meski isterinya sedang terkapar diranjangnya meratapi kesedihannya karena sakit maagnya yang bertahun-tahun belum sembuh juga. Tetap saja suaminya memaksanya bak pemerkosa saja.

Ya Allah, hamba merasa lebih dari cukup dengan apa yang Engkau berikan kepada kami sekarang ini. Meski kami belum mempunyai rumah sendiri, tidak memiliki mobil, dan tanpa mempunyai deposito. Itu semua tak begitu penting bagi hamba Ya Allah. Hamba sudah merasa kaya dengan bergantung harap hanya kepadaMu bukan kepada manusia lagi Ya Allah.

Meskipun kami tak memiliki dunia, namun dunia telah Engkau hamparkan kepada kami, dihadapan kami, jika kami mau Ya Allah. Semua kebutuhan hidup kami telah Engkau cukupkan tanpa kami harus bersusah payah lagi Ya Allah.

Makan, kami sekeluarga tak pernah kelaparan. Rumah, Engkau beri kami pinjaman rumah tanpa batas dan tak perlu mengontrak. Mobil, meskipun kami tak memilikinya, Ustadz Zakaria, HambaMu yang demikian shaleh siap membantu keperluan kami dengan ikhlasnya, dengan mobil Avanza yang diikhlaskan oleh santrinya jika setiap saat dibutuhkan tinggal dipakai saja, sehingga Ustadz Zakaria-pun menawarkan kepada kami Ya Allah, hingga kami sangat sungkan kepada kekasihMu ini Ya Allah.

Betapa Engkau sangat memanjakan hidup kami Ya Allah. 

Hamba sangat bersyukur kepadaMu Ya Allah, Engkau beri hamba seorang putri yang sangat patuh kepada kami orang tuanya. Sedangkan nasehat kami yang utama adalah agar ia nomor satukan Allah Ta’ala serta Rasulullah SAW dari segala hal dan kapanpun serta dimanapun.

Ia sering lari terbirit-birit memasuki ruang kuliah karena tak mau kehilangan shalat dhuhurnya. Karena letak masjid Universitasnya agak jauh dari kampusnya. Engkau Maha Tahu Ya Allah.

Engkau beri kami anak yang  mengedepankan zakat dan sedekah, hingga uang bidik misinyapun dizakatinya. Ia dermawan seperti didikan hamba, tetapi bukan dari uang bidik misinya Ya Allah, dari sela-sela kuliahnya ia masih menyempatkan membuat kue untuk dijual, dan hasilnya untuk keperluan bersedekah bagi anak-anak yatim dan dhuafa yang ditemuinya.

Ia lebih baik mengesol sepatunya yang jebol, daripada uangnya untuk membeli sepatu baru. Ya Allah Alhamdulillah, Engkau karuniai kami anak, yang sebaik-baik seorang anak. Hamba mohon limpahilah anak hamba dengan keberkahan ampunan dan RidhoMu di dunia hingga akheratnya Ya Allah. Amiin Ya Rabbal Alamiin.

Ya Allah sudah Engkau limpahkan keberkahan, taufik serta hidayah yang lebih dari cukup bagi hamba sekeluarga Ya Allah, sehingga kami malu untuk meminta lebih kepadaMu kecuali Ampunan dan RidhoMu yang selalu kami harapkan dalam hidup dan ketika kami sudah mati kelak.

Sampai lupa nih kisahnya soal berburu barang antik..

Rumah yang kami tempati adalah milik mbak ipar saya yang baik hati. Beliau tinggal di Jakarta. Dan mempersilahkan kami untuk menempati rumahnya terserah sampai kapan. Alhamdulillaah…semua ini atas kemurahan Allah belaka. Bayangkan, jika harus kontrak, darimana kami punya uang ? Kalau sekarang sih rejeki dari keuntungan penjualan buku, sedikit-sedikit bisa dikumpulkan untuk kontrak barangkali diperlukan ?

Lha dulu ? Uang 10 ribu saja tak tahu kemana hendak dicari. Untuk mencarinya harus selalu menangis dulu kepada Allah Yang Maha Memiliki Segala. Butuh pagi minta pagi, butuh siang minta siang, butuh malam ya mintanya malam. 

Saya jarang sekali, minta untuk yang dibutuhkan besuk atau lusa mintanya sekarang. Karena saya tak tahu apakah usia saya bakal sampai esok atau lusakah ? 

Yang saya pikir dan kerjakan adalah hari ini. Hari kemarin adalah sebuah hikmah. Dan hari esok masih wallahua’lam. Bekerja, beribadah, mengukir prestasi, berbuat baik ya HARI INI ! Bukan kemarin atau lusa. Tak ada kamusnya dalam hidup saya. 

Saya mengajarkan falsafah hidup ini kepada putri saya. Hidup adalah hari ini ! Bukan kemarin atau besuk ! Soal besuk masih ada lagi hari ? Itu adalah Rahmat dan Karunia, tetapi pikirkan besuk jangan sekarang.

Dalam hidup saya, tak pernah ada perencanaan. Sebab yang lebih sering, selalu meleset dari rencana Allah. Lha ya mending menyerahkan seluruh hidup kepada perencanaan Allah Ta’ala, yang jauh lebih baik dan sempurna untuk kita ? Ya nggak ? AMAZING !

Meskipun rumah mbak ipar kami masih orisinel, masih asli belum direnovasi, teman-teman pada betah main kerumah. Jadi tiap hari tak pernah sepi tamu, pokoknya ada sajalah yang bertandang. Apalagi jamannya dulu saya masih suka MLM, ya Allah banyak tamu dari mana-mana datang kerumah untuk menawarkan produk MLMnya. Dengan harapan saya ikut bergabung dan lalu memasarkan produknya.

Namun saya bergabung kan bukan untuk ikut memasarkan produknya ? Lha wong diri saya sedang tak pernah sehat rasanya. Ya itulah sakit maag yang tak sembuh-sembuh akhirnya bergembang menjadi gerd yang cukup memprihatinkan dan kena anxyetas juga.

Jadi saya mendaftar hingga lebih dari 50 keanggotaan multilevel itu hanya karena sedang terus berburu obat herbal yang cocok untuk kesembuhan maag saya. Sampai saya di kabupaten Purworejo dulu dijuluki Mbahe multilevel he he..Tapi belum juga ketemu dengan obat yang cocok waktu itu.

Suatu hari adik kandung saya, yang namanya Embong, saat ini tinggalnya di Jakarta, sms ke saya : Mbak jika ada kenalan yang punya piring anti basi, tolong infokan ke saya. Jika asli, per piring 30 juta cash ! Mata saya terbelalak membaca sms adik saya tersebut. Itu uang atau daun ? kok begitu tinggi penawarannya hanya untuk sebuah piring meskipun anti basi !

Selanjutnya adik menyebutkan ciri-ciri piring anti basi yang sedang diburunya. Juga menyampaikan bagaimana cara mengetesnya asli dan tidaknya.

Nah suatu hari pula, tanpa disengaja, tetangga depan rumah ada tamu. Kebetulan tetangga pemilik rumah sedang tak ada dirumahnya. Sedang keluar. Lalu tamunya itu lama menunggu sambil jongkok dijalanan depan rumah.

Saya paling gak bisa melihat tamu terlantar. Saya minta tolong suami agar menyapa tamu tetangga yang sedang jongkok ditepi jalan gang depan rumah, dan kalau mau biar dipersilahkan untuk menunggu dirumah kami.

Lalu tamu tetangga itupun mau dipersilahkan menunggu dirumah kami. Seperti biasa saya buatkan minum teh hangat yang manis. Segaaar…kan dia tidak sakit maag ? boleh dong minum teh manis yang tak encer ?

Ngobrol sana ngobrol sini. Lho tiba-tiba tamu itu bertanya kepada saya :”Bu, mbok kalau ada kenalan yang butuh piring anti basi, saya punya 3 buah, asli Bu! Hanya 5 juta saja sebuahnya. Tapi sekarang piringnya ada dirumah saya Wonoroto bu. Kalau nanti ada yang minat, silahkan ibu kerumah saya, cari saja rumahnya Harto Wonoroto, semua orang sudah tahu bu”. 

Loh tak pikir-pikir aneh sekali, kemarin adik baru saja sms mencari piring anti basi. Dan berani membelinya dengan harga 30 juta per piring. Ini ada orang datang menawarkan, hanya dengan harga 5 juta ! Waaah pucuk dicinta ulam tiba niih. Keuntungan 75 juta sudah terbayang didepan mata, siapa tidak tergiur ? Kesempatan kan ?

Sebenarnya saya tak begitu minat dengan barang antik. Karena dulu Ustadz saya di Jember, Gus Latzari di Kesilir Jember pernah mengingatkan :”Gak usah main barang antik Nur ! nggarahi kere ! (nggarahi bahasa Jawa Timur = menyebabkan). Lah ini kebetulan saja adik butuh, dan info tak usah dicari datang sendiri kerumah, E siapa tahu jodoh rejekinya he he…

Sebenarnya hari itu saya merasa agak sehat lambungnya. Tapi agak ragu juga jika ingin melihat piring anti basi kerumah Pak Harto di desa Wonoroto dengan naik motor. Tapi entahlah, ada keinginan yang sangat kuat yang mendorong saya untuk berburu piring anti basi pesanan adik tersebut.

Padahal jarak rumah saya ke desa pak Harto ada kurang lebih 20 km sekali perjalanan. Malam itu saya benar-benar tak bisa tidur. Memikirkan bayangan keuntungan 75 juta yang bakal didapat, tapi juga membayangkan apa yang bakal terjadi jika saya benar-benar berangkat kerumah Pak Harto.

Akhirnya, tanpa berpikir panjang lagi, sudah tak ingat lagi kalau perut untuk naik motor masih sakit, berangkatlah saya dengan teman saya Bety kesana. Goncengan naik motor. Teman saya Bety yang didepan. Yang terpikir sepanjang perjalanan adalah keuntungan sebesar 75 juta rupiah.

Bisa kalian bayangkan. Uang sepuluh ribu saja harus menangis dulu kepada Allah. Lha ini ada peluang 75 juta kok mau dilewatkan, ya teramat sayanglah. 

Awalnya kami berjalan melewati jalan raya. Lalu masuk jalan kecamatan. Dan akhirnya menyusuri jalan pedesaaan, jalan yang masih berupa tanah. Dikanan kirinya sebatas mata memandang hanya hamparan sawah yang menghijau di musim mratak (buah padi mulai menyembul dari batangnya). Tak ada sebuah rumahpun yang kelihatan.

Pantas pada dekade tahun 60-an didaerah ini sering terjadi perampokan ditengah sawah. Sepeda motor seseorang dirampas beserta harta bendanya.

Ngeri juga rasanya melewati terbis-terbis yang panjang ini (terbis adalah lahan sawah yang sangat luas, yang jauh dari pedukuhan penduduk). Apalagi kami berdua perempuan. Tapi waktu itu sudah tak pernah lagi ada kasus perampasan disana. Sudah aman. Tapi dag dig dug juga hati kami melewati daerah yang masih asing ini Ya Allah…Mulut kami terus komat kamit membaca doa apa saja sepanjang melewati terbis ini.

Karena musim awal mratak, maka tak ada seorangpun yang berada disawah. Namun jika musim tanam atau musim panen, banyak sekali orang ada disawah.

Nun jauh disana sini nampak gerumbul-gerumbul pohon kelapa, menandakan disana ada padukuhan yang dihuni orang. Namun jauh juga jangkauannya. Alhamdulillah akhirnya sampailah kami pada ujung bulak, ujung persawahan yag sangat panjang. Alamat bakal bertemu manusia he he. Benar juga. Kami melihat ada bapak-bapak yang sedang berjalan sambil memanggul bumbung, sepertinya hendak mengambil air badek. Tetesan pohon kelapa yang bakal dibuat gula merah.

Ketika kami bertanya rumah pak Harto, ternyata bapak itu langsung tahu. Dan menunjukkan arah di padukuhan sebelah mana kami harus menuju. “Itu disebelah sana mbak, dekat kok !” kata bapak itu lagi.

Ya Allah..ternyata apa yang dibilang bapak itu dekat, jauhnya bukan kepalang. Namun ajaib. Akhirnya sampailah kami kerumahnya pak Harto, alhamdulillah pak Harto sedang ada dirumah. Tak pake basa basi maka kamipun menanyakan piring anti basi yang ditawarkannya itu kemarin. Lalu apa jawaban pak Harto ? “Maaf bu, baru tadi malam piring itu diambil adik saya, karena katanya ada yang minat untuk beli”.

Dan setelah kami tanyakan dimanakah rumahnya adik pak Harto, barangkali saja rumahnya masih bisa kami jangkau, sekalian perjalanannya he he. Eh ternyata rumahnya di desa yang teramat jauh jangkauannya. Lebih jauh jaraknya dari perjalanan rumah saya sampai kerumah pak Harto. Allah…

Langsung kami lemas. Tubuh rasanya tak bertulang lagi. Bayangan uang 75 juta langsung mengabur dan hilang sama sekali dari harapan. Kami tak bawa bekal baik makanan maupun minuman. Biasanya jika kami pergi ke desa-desa kan selalu dibuatin minum dan selalu ada sajian beraneka warna kue-kue, meskipun kue ndeso, tapi enak rasanya lho....

Ini, kebetulan isteri pak Harto lagi tak ada dirumah. Kebetulan pula pak Harto rupanya bukan laki-laki yang trampil membuat minuman, dan tak biasa memuliakan tamu. He he jadinya kami benar-benar kehausan dan kelaparan…Allah…

Temen saya Bety ngegrundel. Saya tersenyum geli melihat muka Bety kaya ditekuk. Karena ia juga sangat kecewa dengan Pak Harto. Sudah tak ketemu dengan piringnya, eh tak ketemu pula sama air minum setetespun he he..Dan ia juga sudah membayangkan bakal tak kasih bagian yang tak sedikit, jika transaksi piring anti basi ini kejadian.

Tenggorokan kami kering ketika kami berpamitan. Akhirnya kami mampir di sebuah warung di tepi jalan ketika hendak pulang. Alhamdulillah kami ketemu warung, dan ada jajanan nagasari yang dijual. Lumayan sebagai pengganjal perut yang sudah meronta. Lemas dan keringat dingin sudah mulai mengalir di kedua tangan dan kaki. Berabe !

Nah Alhamdulillah kami selamat pulang sampai rumah dengan penuh kekecewaan yang memenuhi otak. Ini merupakan pengalaman yang pertama dan terakhir saya dalam berburu barang antik.

Membuang waktu, membuang tenaga, membuang biaya, untuk sebuah impian yang tak masuk akal. Sehingga saya hampir saja terlambat shalat, hampir saja pingsan, pekerjaan rumah tangga terbengkalai karena seharian ditinggal pergi, anak tak keurus, hasil nihil. Dan ini adalah pekerjaan yang memang dirancang dengan manis oleh syaiton agar menjerumuskan manusia ke jurang kesesatan yang sangat nyata. Tanpa payah bekerja bisa mendapatkan hasil yang segunung, walau dalam impian !

Alhamdulillah masih Allah selamatkan diri saya dari sebuah kehancuran yang diakibatkan oleh berburu barang antik maupun harta karun !

Meskipun masih banyak yang menitipkan barang-barang antik ditempat saya, seperti buluh perindu, pring pethuk, mani gajah dan lain lainnya semua saya kembalikan kepada pemiliknya, tanpa tergiur untuk menjualnya dan mendapatkan keuntungan yang aduhai. 

Banyak juga yang heboh mencari samurai asli Jepang yang roll atau yang selendang yang mau menawar dengan bertrilyun rupiah, batu merah delima, kul buntet apalah itu…barang-barang tempatnya syaiton berkelana menjerumuskan manusia.

Itulah pengalaman saya. Benar kata Ustadz saya Gus Latsari, bahwa jangan main barang antik jika tak ingin hidup dan kehidupan kandas menjadi tak tentu arah. Memang benar dan nyata, bukanlah dusta !

Semoga ada hikmahnya bagi kalian ya ?
Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Salam Penulis,
Niniek SS
Labels: Kisah Nyata

Thanks for reading Berburu Barang Antik. Please share...!

0 Komentar untuk "Berburu Barang Antik"

Back To Top