Saya masih ingat, malam sebelumnya adalah peringatan isro’ mi’raj di masjid.
Pagi harinya, karena baju yang belum disetrika sudah menumpuk, sayapun bermaksud untuk menyetrika.
Belum seberapa lama saya menyetrika, sepertinya baru menyelesaikan beberapa stel baju, terutama baju putri saya yang untuk sekolah.
Tiba-tiba ada seekor kupu-kupu kecil berwarna putih hinggap di tangan kiri saya. Karena merasa geli, saya bermaksud menepiskannya ke tanah. Agar tak menyakitinya saya berusaha membungkuk, lalu tangan kiri saya dimana kupu-kupu kecil itu hinggap saya tepiskan.
Kemudian ia terjatuh ke lantai. Tapi aneh sekali, kupu-kupu itu ketika menyentuh lantai, menjadi sebutir padi. Saya heran sekali, dan takjub ! Kok bisa ya ? Saya tak habis pikir.
Lalu, kupu-kupu yang menjadi padi itu saya ambil dengan tangan saya. Saya bertambah kaget. Karena padi itu menggeliat, seperti ada ulat di dalamnya. Kemudian saya perhatikan dengan seksama padi itu. Ya padi biasa tanpa suatu kelainan. Lalu saya letakkan ia di atas setrikaan. Dan saya segera memanggil putri saya.
“Dik..dik..sini” kata saya.
“Ada apa Mi ?...” Jawab putri saya serta merta mendengar saya memanggilnya dengan suara agak meninggi tanda bahwa saya sangat memerlukannya ia untuk segera mendekat.
“Ada apa Mi?” Ulangnya lagi setelah berada di samping saya.
“Sini sini Dik, liat ini, apa coba?” Tanya saya kemudian sambil menunjukkan ibu jari saya ke arah sebutir padi yang ada di atas papan setrikaan.
“Padi kok Mi…emangnya kenapa?” Tanya putri saya kemudian sambil memegang butir padi itu dan memperhatikannya dari dekat.
“Nggak apa apa, oh padi yaa Dik? Ya Sudah “ kata saya kemudian. Tapi putri saya tak mengatakan apa-apa. Berarti ketika butir padi itu dipegangnya ia tidak menggeliat seperti ketika saya yang memegangnya.
Saya masih penasaran. Lalu saya panggil suami saya, sambil saya mendekat kepadanya. Saya bimbing tangan suami saya agar mendekat kearah meja setrikaan.
“Ada apa sih Mi ?” tanyanya.
“Ini apa sih Bah?” Saya balik bertanya kepada suami saya.
“Lha gabah gini kok, masih tanya?” Jawab suami saya sambil memegang padi itu dan diperhatikannya baik-baik, sebagaimana tadi putri saya juga memperhatikan padi itu dari dekat.
Tak ada komentar apapun dari suami saya. Oh berarti ketika dipegang oleh suami sayapun padi itu tak menggeliat. Saking penasarannya, saya lalu bertanya kepada suami saya “Apa yang Abah rasakan ketika memegang padi itu tadi ?
“Gak ada..” Jawab suami saya tanpa mengalihkan perhatian dari Koran yang sedang dibacanya.
“Gak ada ?” Tanya saya tak percaya.
“Emang kenapa Mi ?” Suami saya jadi penasaran.
“Enggak, ada yang aneh dengan padi itu Bah, kalau Umi pegang kok menggeliat seperti didalamnya ada ulatnya” lalu saya menceritakan awal kejadiannya dari kupu hinggap ditangan saya, lalu saya tepiskan ke tanah dan jadi padi.
Begitu mendengar penuturan saya, suami saya serta merta meletakkan korannya, dan kembali ke tempat setrikaan dan kembali mengambil padi yang masih ada di sana. Kali ini lebih seksama memperhatikannya. Tapi ketika padi itu dipegangnya kembali tak ada tanda-tanda menggeliat seperti jika saya yang memegangnya.
Kejadian itu menimbulkan tanda tanya besar dalam benak saya. Ini apa sebenarnya? Karena sebelumnya tak pernah saya mengalami hal-hal metafisika seperti ini. Padi itu lalu disimpan oleh suami saya di botol kecil bekas minyak wangi dan diletakkan di tempat yang tersembunyi, takut hilang. Suami saya sepertinya ingin menanyakan kepada seseorang yang tahu hal-hal goib.
Apa yang terjadi kemudian sesudah itu ?
Sejak saya memiliki padi yang berasal dari kupu-kupu itu, memang aneh…Sering sekali ada teman, sanak dan saudara mengantar beras hingga 10 kg sampai 20 kg seorangnya.
Padahal sebelumnya tak pernah seperti ini. Hingga kadang-kadang beras kami bertumpuk-tumpuk. Tak enak menumpuk beras di rumah, setiap kali ada yang mengantar beras, langsung saja beras itu saya bagikan kepada keluarga-keluarga kurang mampu yang saya kenal.
Hal ini berjalan selama beberapa bulan. Alhamdulillah sekali kami jadi tak perlu membeli beras, bahkan bisa sering sedekah beras kepada orang lain, seperti layaknya punya sawah saja.
Sampai suatu hari, ada teman suami dari kabupaten Kebumen yang datang ke rumah. Teman ini tahu hal-hal goib. Karena penasaran suami saya mengeluarkan padi yang berasal dari kupu-kupu itu dan menunjukkannya kepada temannya.
Teman suami saya kemudian mengambil padi itu dari botol kecil, dengan konsentrasi sebentar lalu mengatakan kalau dalam padi itu ada khodamnya Dewi Sri. Dewi yang dikenal oleh orang-orang Jawa sebagai Dewi Penunggu atau penjaga padi. Atau dewinya kemakmuran bagi para petani. Konon barangsiapa yang diikuti oleh Dewi Sri, maka hidupnya tak akan pernah kekurangan makan. Wallohua’lam.
Apa ada hubungannya ya antara adanya padi kupu-kupu di rumah saya dengan beras-beras yang pada berdatangan sendiri? Tapi, kemudian padi itu dibawa oleh teman suami saya untuk ditanyakan kepada guru teman suami saya yang lebih faham tentang goib.
Kamipun mengijinkannya. Tanpa prasangka apapun. Sejak padi kupu-kupu itu dibawa oleh teman suami saya, maka aliran beras yang datang ke rumahpun juga ikut terhenti, aneh bukan ?
Seminggu, sebulan, dua bulan…hingga setahun sejak padi kupu-kupu itu dibawa oleh teman suami saya, tak pernah ada laporannya.
Sayapun tak merasa penting untuk menanyakannya. Biar saja, kalau sudah sampai waktunya, dan memang rejeki kami pasti akan kembali kepada kami. Kami, saya dan suami saya sangat yakin bahwa hanya Allahlah yang Maha Memberi rejeki, bukan siap-siapa.
Hingga saya tulis kisah ini, padi kupu-kupu itu belum kembali. Konon katanya telah hilang, entah kemana. Dan rejeki kamipun masih tetap dimudahkan oleh Allah Swt. Alhamdulillah. Sekedar selingan agar kita tak selalu cemas memikirkan sakit setiap saat.
Salam Tauhid
NiniekSS
Pagi harinya, karena baju yang belum disetrika sudah menumpuk, sayapun bermaksud untuk menyetrika.
Belum seberapa lama saya menyetrika, sepertinya baru menyelesaikan beberapa stel baju, terutama baju putri saya yang untuk sekolah.
Tiba-tiba ada seekor kupu-kupu kecil berwarna putih hinggap di tangan kiri saya. Karena merasa geli, saya bermaksud menepiskannya ke tanah. Agar tak menyakitinya saya berusaha membungkuk, lalu tangan kiri saya dimana kupu-kupu kecil itu hinggap saya tepiskan.
Kemudian ia terjatuh ke lantai. Tapi aneh sekali, kupu-kupu itu ketika menyentuh lantai, menjadi sebutir padi. Saya heran sekali, dan takjub ! Kok bisa ya ? Saya tak habis pikir.
Lalu, kupu-kupu yang menjadi padi itu saya ambil dengan tangan saya. Saya bertambah kaget. Karena padi itu menggeliat, seperti ada ulat di dalamnya. Kemudian saya perhatikan dengan seksama padi itu. Ya padi biasa tanpa suatu kelainan. Lalu saya letakkan ia di atas setrikaan. Dan saya segera memanggil putri saya.
“Dik..dik..sini” kata saya.
“Ada apa Mi ?...” Jawab putri saya serta merta mendengar saya memanggilnya dengan suara agak meninggi tanda bahwa saya sangat memerlukannya ia untuk segera mendekat.
“Ada apa Mi?” Ulangnya lagi setelah berada di samping saya.
“Sini sini Dik, liat ini, apa coba?” Tanya saya kemudian sambil menunjukkan ibu jari saya ke arah sebutir padi yang ada di atas papan setrikaan.
“Padi kok Mi…emangnya kenapa?” Tanya putri saya kemudian sambil memegang butir padi itu dan memperhatikannya dari dekat.
“Nggak apa apa, oh padi yaa Dik? Ya Sudah “ kata saya kemudian. Tapi putri saya tak mengatakan apa-apa. Berarti ketika butir padi itu dipegangnya ia tidak menggeliat seperti ketika saya yang memegangnya.
Saya masih penasaran. Lalu saya panggil suami saya, sambil saya mendekat kepadanya. Saya bimbing tangan suami saya agar mendekat kearah meja setrikaan.
“Ada apa sih Mi ?” tanyanya.
“Ini apa sih Bah?” Saya balik bertanya kepada suami saya.
“Lha gabah gini kok, masih tanya?” Jawab suami saya sambil memegang padi itu dan diperhatikannya baik-baik, sebagaimana tadi putri saya juga memperhatikan padi itu dari dekat.
Tak ada komentar apapun dari suami saya. Oh berarti ketika dipegang oleh suami sayapun padi itu tak menggeliat. Saking penasarannya, saya lalu bertanya kepada suami saya “Apa yang Abah rasakan ketika memegang padi itu tadi ?
“Gak ada..” Jawab suami saya tanpa mengalihkan perhatian dari Koran yang sedang dibacanya.
“Gak ada ?” Tanya saya tak percaya.
“Emang kenapa Mi ?” Suami saya jadi penasaran.
“Enggak, ada yang aneh dengan padi itu Bah, kalau Umi pegang kok menggeliat seperti didalamnya ada ulatnya” lalu saya menceritakan awal kejadiannya dari kupu hinggap ditangan saya, lalu saya tepiskan ke tanah dan jadi padi.
Begitu mendengar penuturan saya, suami saya serta merta meletakkan korannya, dan kembali ke tempat setrikaan dan kembali mengambil padi yang masih ada di sana. Kali ini lebih seksama memperhatikannya. Tapi ketika padi itu dipegangnya kembali tak ada tanda-tanda menggeliat seperti jika saya yang memegangnya.
Kejadian itu menimbulkan tanda tanya besar dalam benak saya. Ini apa sebenarnya? Karena sebelumnya tak pernah saya mengalami hal-hal metafisika seperti ini. Padi itu lalu disimpan oleh suami saya di botol kecil bekas minyak wangi dan diletakkan di tempat yang tersembunyi, takut hilang. Suami saya sepertinya ingin menanyakan kepada seseorang yang tahu hal-hal goib.
Apa yang terjadi kemudian sesudah itu ?
Sejak saya memiliki padi yang berasal dari kupu-kupu itu, memang aneh…Sering sekali ada teman, sanak dan saudara mengantar beras hingga 10 kg sampai 20 kg seorangnya.
Padahal sebelumnya tak pernah seperti ini. Hingga kadang-kadang beras kami bertumpuk-tumpuk. Tak enak menumpuk beras di rumah, setiap kali ada yang mengantar beras, langsung saja beras itu saya bagikan kepada keluarga-keluarga kurang mampu yang saya kenal.
Hal ini berjalan selama beberapa bulan. Alhamdulillah sekali kami jadi tak perlu membeli beras, bahkan bisa sering sedekah beras kepada orang lain, seperti layaknya punya sawah saja.
Sampai suatu hari, ada teman suami dari kabupaten Kebumen yang datang ke rumah. Teman ini tahu hal-hal goib. Karena penasaran suami saya mengeluarkan padi yang berasal dari kupu-kupu itu dan menunjukkannya kepada temannya.
Teman suami saya kemudian mengambil padi itu dari botol kecil, dengan konsentrasi sebentar lalu mengatakan kalau dalam padi itu ada khodamnya Dewi Sri. Dewi yang dikenal oleh orang-orang Jawa sebagai Dewi Penunggu atau penjaga padi. Atau dewinya kemakmuran bagi para petani. Konon barangsiapa yang diikuti oleh Dewi Sri, maka hidupnya tak akan pernah kekurangan makan. Wallohua’lam.
Apa ada hubungannya ya antara adanya padi kupu-kupu di rumah saya dengan beras-beras yang pada berdatangan sendiri? Tapi, kemudian padi itu dibawa oleh teman suami saya untuk ditanyakan kepada guru teman suami saya yang lebih faham tentang goib.
Kamipun mengijinkannya. Tanpa prasangka apapun. Sejak padi kupu-kupu itu dibawa oleh teman suami saya, maka aliran beras yang datang ke rumahpun juga ikut terhenti, aneh bukan ?
Seminggu, sebulan, dua bulan…hingga setahun sejak padi kupu-kupu itu dibawa oleh teman suami saya, tak pernah ada laporannya.
Sayapun tak merasa penting untuk menanyakannya. Biar saja, kalau sudah sampai waktunya, dan memang rejeki kami pasti akan kembali kepada kami. Kami, saya dan suami saya sangat yakin bahwa hanya Allahlah yang Maha Memberi rejeki, bukan siap-siapa.
Hingga saya tulis kisah ini, padi kupu-kupu itu belum kembali. Konon katanya telah hilang, entah kemana. Dan rejeki kamipun masih tetap dimudahkan oleh Allah Swt. Alhamdulillah. Sekedar selingan agar kita tak selalu cemas memikirkan sakit setiap saat.
Salam Tauhid
NiniekSS
Labels:
Kisah Menarik
Thanks for reading Kupu Kupu Yang Menjadi Padi. Please share...!
0 Komentar untuk "Kupu Kupu Yang Menjadi Padi"