Bismillahirrahmanirrahiim...
Apakah Kita Sudah Bersyukur ?
Sahabat Niniek SS. yang saya sayangi semuanya...
Marilah coba kita cermati apakah kita sudah bersyukur setiap saat dalam hari-hari yang kita lalui.
Banyak orang bisa mengucapkan “Alhamdulillah...” namun sebenarnya hatinya belum bersyukur kepada Allah SWT...mulutnya memang mudah mengatakan, namun hatinya masih sulit untuk meng”iya”kan..bersyukur !
Ketika melek mata bangun pagi, siapakah yang kita ingat pertama kali ? Apakah Allah ? belum tentu ! Bisa jadi pertama kali yang kita ingat, wah ini sudah jam berapa ? Aduh aku bangun kesiangan..sudah jam 5.00 mana nasi habis, belum ada yang untuk sarapan anak-anak. Astaghfirullah...Lalu sholatnya seperti dikejar anjing, terbirit-birit..yang ada dalam hatinya, pikirannya, bukan Allah...tapi sesudah sholat ini, mau buru-buru nanak nasi dan bikin telor ceplok..
Nah luu..Lalu siapakah Tuhan yang kita sembah tadi ketika sholat ? BayanganNyapun tak nyangkut ? Apalagi rasanya ? Apalagi wujudNya ? Jika sudah begini, bagaimana sholat mau “nyambung”, bagaimana doa mau “makbul”...mustahil bukan ?
Nah inilah salah satu jawaban, mengapa sholat kita sering tak tumakninah, doa sering tak terkabul. Karena dilakukan dengan “terburu-buru” dan asal saja, sembarangan !!! Boro-boro ta’zim !
Mustinya ketika pertama kali bangun, melek mata, tersadar, bahwa ternyata kita masih diijinin hidup, tidak mati ketika semalam tidur, hati bersyukur kepada Allah, lalu diikuti dengan mulutnya berbisik lembut mengatakan “Alhamdulillah Ya Allah, masih Engkau beri kami hidup kembali hari ini, berkahilah hidup kami sekeluarga hari ini, bimbinglah senantiasa, dan lindungilah kami. Jauhkanlah kami dari dosa, dan dekatkanlah kami kepada taqwa kepadaMu, dan berikanlah kemudahan serta RidhoMu, agar hidup kami penuh manfaat hari ini Ya Allah”...Lalu menginjakkan kaki ke bumi setelah turun dari tempat tidur, dengan perlahan ucapkanlah “bismillah”...Tidak tergesa-gesa. Tidak buru-buru !
Artinya, kita mengawali hari dengan Nama Allah..tentu akan ada keberkahan dalam hari itu, ada perlindungan, ada pertolongan, ada bimbingan, dan ada Ridho Allah SWT.
Namun jika bangun sudah terburu-buru, sholat terburu-buru, semuanya terburu-buru..Lihat saja apa yang akan terjadi sepanjang hari itu ! Banyak kegagalan, kegelisahan, keluh kesah, mungkin kesialan atau ketidaknyamanan yang lain...
Sahabat Niniek SS yang saya hormati...
Apa sih makna bersyukur ? Apakah dengan mengucap alhamdulillah sudah cukup syukur kita ?
Suatu hari saya mendapatkan oleh-oleh dari kenalan yang datang kerumah, ada 2 kg gula pasir ( gulaku ), teh sariwangi 2 kotak, kue-kue kering, juga kue-kue basah..Saya sangat bersyukur, atas kasih sayang dari kenalan tadi, yang mau repot-repot membawa buah tangan untuk saya, yang pada galibnya itu adalah pemberian dari Allah SWT.
Tanpa digerakkan oleh Allah, mana mungkin kenalan saya membeli oleh-oleh yang cukup berharga bagi kondisi keuangannya yang tak berlebih ? Alhamdulillah...Sepulangnya kenalan saya dari rumah saya, saya langsung berpikir, kepada siapa lagi pemberian ini harus diteruskan ?
Lalu saya hanya mengambil 1 kg gulaku saja serta satu dua potong kue basah. Dan yang lainnya, teh sariwangi serta semua kue kering dan dan kue basah yang lain langsung saya berikan kepada tetangga agak jauh, yang janda dan punya anak yatim. Saya tambahkan beras, telor dan mie yang saya beli di warung sambil lewat ketika kerumahnya. Serta uang yang pantas untuk transport anaknya ke sekolah.
Ada kebahagiaan yang luar biasa, direlung hati melihat ibu janda itu menangis menerima pemberian itu..sambil mulutnya berbisik lirih..”alhamdulillah, matur nuwun sanget bu Nien” ( Alhamdulillah, terima kasih sekali bu Nien)...suaranya tercekat di tenggorokan...
Bagi saya mungkin pemberian itu tak seberapa, apalagi saya hanya menyalurkan oleh-oleh dari tamu. Namun bagi ibu janda itu, betapa teramat berharganya pemberian itu. Mungkin saja saat itu ia benar-benar tak punya uang sepeserpun. Tak punya beras, tak punya apa-apa untuk dimakan. Dan mungkin saja ia sedang bersedih memikirkan uang saku untuk anak-anaknya besuk pagi ke sekolah ?
Sedangkan ia punya anak-anak yatim yang harus makan, butuh biaya sekolah dan kebutuhan lain. Tentu ketika ada rejeki yang tak terduga seperti tadi, hatinya takjub kepada kebesaran Allah, rasa syukurnya tak terhingga sehingga menyebabkan ibu janda itu menangis, tak bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas karena saking terharunya.
Setan berbisik dalam hati saya :”Nien alangkah bodohnya kamu. Ngapain gula pasir serta teh sariwangi kamu kasihkan kepada ibu janda itu ? Bukankah dirumahmu sering banyak tamu ? Dan kamu sendiri selalu minum dengan gula pasir “gulaku” dan teh sariwangi ? Dan kue kering itu bukankah bisa kamu simpan untuk tamu-tamumu nanti ? Dan kue-kue basah itu bukankah kue kesukaanmu ?
Karena sudah lama belajar, saya jadi sering tak menggubris bisikan setan tadi. Ia memang selalu menjadi provokator jika saya hendak berbuat baik. Dan saya sering menjadi tak peduli kepada bisikan setan, karena ia sering memperdaya dan menjebak !!!
Sahabat Niniek SS yang saya sayangi, dimanapun kalian berada...
Syukur bukan sekedar ucapan alhamdulillah. Tapi adalah tindakan nyata dimana kita sungguh-sungguh merasa “cukup” dengan pemberianNya..
Semisal kita sudah punya motor yang masih bisa dipakai untuk lalu lintas. Tiba –tiba tetangga beli motor baru yang bagus...Hatinya langsung tergerak :”Ah saya juga mau beli..Kredit juga gak papa, bukankah sisa gaji masih cukup jika diambil untuk angsurannya ? mengapa tidak”..Lalu ia berunding dengan isterinya kalau ingin ambil kredit sepeda motor yang baru, sisa gajinya masih cukup ini diambil untuk angsurannya.
Isterinya, yang tak tahu hitungan gaji suaminya, menurut saja apa kata suami. Karena ia setiap bulannya hanya dijatah suaminya, dan tak pernah tahu urusan gaji suaminya. Tunjangan-tunjangan, uang lemburan maupun uang insentif yang lainnya. Isterinya adalah profil perempuan yang sederhana, lugu dan penurut, dan tak banyak tuntutan. Subhanallah...
Apakah laki-laki ini adalah laki-laki yang bersyukur ? Mustinya, ketika melihat tetangganya beli motor baru, ikut senang. Bukan ikut-ikutan ingin beli, meskipun kredit. Sedangkan motornya bukannya masih bagus untuk berangkat ketempat kerja ? Tak pernah mogok atau rewel ? Jadi uang yang harusnya untuk angsur motor baru, bisa untuk kebutuhan lain..Padahal sebentar lagi anaknya yang sulung lulus SMP, butuh uang pendaftaran untuk masuk SMA yang tak sedikit memerlukan uang !
Akhirnya benarlah dugaan kita. Ketika anak sulungnya diterima di SMAN, membutuhkan uang banyak..Uangnya tak cukup untuk membayarnya karena sudah untuk membayar uang muka motor kemarin ! Nah, ujung-ujungnya ia meminjam pada bank mingguan yang bunganya tak kalah besar dengan bunga rentenir.
Inilah kebangkrutan ekonomi keluarga kecil pada umumnya disekitar kita, main ambil kredit tanpa pikir panjang kesudahannya. Allah sudah berfirman jauhi riba...Yang meminjamkan uang dengan yang meminjam riba sama saja hukum dan dampaknya dalam kehidupan, karena melanggar perintah Allah SWT.
Allah SWT. sebenarnya selalu memberikan rejeki “cukup” kepada setiap orang..sesuai dengan kebutuhan masing-masing dalam setiap makom orang...Jika ada yang sampai kurang/berhutang, pasti ada yang “error” dalam hidup kita. Dan itu PASTI !
Bukan orang lain yang salah tapi diri kita sendiri yang kurang bersyukur dengan apa yang ada, sehingga terpaksa harus berhutang untuk sesuatu yang belum ada, yang mungkin itu bukan kebutuhan yang benar-benar mendesak, namun hanya menuruti nafsu yang sering menjerumuskan manusia.
Semisal saja begini : Hari ini, Allah berikan rejeki makanan hanya untuk cukup dengan lauk tahu dan tempe. Itulah takdir kita, karena uang kita memang hanya cukup untuk membeli tahu dan tempe saja. Namun nafsu berontak :”Ah tahu lagi, tempe lagi, bosan !!!”. Lalu nafsu memerintahkan otak untuk berjalan ke warung agar hutang telor ayam, bayarnya gampang kapan-kapan kalau sudah ada uang...
Nah, jika kita menurutinya berjalan ke warung berhutang telor, jadilah kita punya hutang telor ayam di warung...Sehari, dua hari, seminggu hingga sebulan, ditunggu-tunggu belum ada juga rejeki uang untuk membayar hutang telor. Mulailah hati gelisah, tidur tak nyenyak makan tak enak..Terjadilah pergunjingan :”Eh bu Nien sudah lama banget hutang telor hanya ½ kg tak dibayar-bayar lho ?”...lalu ramailah pergunjingan dikalangan ibu-ibu, bu Nien hutang telor di warung Bu Inah tak dibayar-bayar !
Tapi lain ceritanya jika ketika kita makan dengan lauk tahu atau tempe, bersyukur. “Alhamdulillah Ya Allah..Engkau beri kami rejeki yang cukup. Nasi putih hangat dengan sayur bening bayam dan lauk tempe goreng serta sambal, alangkah lezatnya..Kami bisa makan dengan enak, ada rejeki yang Engkau berikan, tenggorokan tak ada kendala untuk menelan. Badan kami sehat-sehat saja, sehingga makan apapun saja enak. Alhamdulillah Ya Allah, Engkau berikan kami kesehatan dan keselamatan untuk kami sekeluarga.
Nah meskipun mungkin terbayang telor dadar ketika makan, namun hati menangkisnya :”Ya, insya Allah kalau ada rejeki lebih, dan Allah Ridho, pasti saya bisa makan telor dadar di lain waktu”..
Jika demikian maka tak akan pernah terjadi Bu Nien hutang telor di warung. Tak akan pernah terjadi tidur tak nyenyak makan tak enak karena memikirkan hutang telor. Tak akan terjadi rasa malu kepada pemilik warung, dan tak akan terjadi pergunjingan di warung gara-gara hutang telor tak mampu bayar. Iya kan ? Dan Allah Ridho kepada kita, karena kitapun Ridho kepada pemberianNya yang hanya berupa lauk tahu atau tempe saja.
Bandingkan keadaan yang pertama karena kita tak bersyukur, dengan keadaan yang kedua karena kita bersyukur. Lebih menenteramkan yang mana ? Lebih membahagiakan yang mana ? Lebih dihargai orang yang hidupnya sederhana namun tak punya hutang, atau yang berhutang tak mampu bayar ?
Ini adalah pelajaran sepele yang mungkin luput dari perhatian kita. Namun cobalah renungkan teman. Allah itu sangat menghargai seseorang yang selalu merasa cukup dengan pemberianNya ( qona’ah ), dan sebaliknya tidak suka dengan orang yang hidup selalu merasa kurang, meskipun yang DiberikanNya sebenarnya sudah selalu cukup.
Orang yang selalu merasa cukup dengan pemberian Allah, itulah sesungguhnya orang yang tahu bersyukur. Sedangkan janji Allah, barang siapa yang selalu bersyukur, maka akan ditambahkanNya nikmatNya kepadanya...
Lihatlah kehidupan orang-orang yang bersyukur...Tenang...damai...tak pernah ada masalah dalam kehidupannya. Dan semuanya berjalan dengan mulusnya...Makan seadanya. Pakaian seadanya..Sekolah anak-anak selalu berprestasi. Saatnya maghrib anak-anak dirumah membaca Al Qur,an, sesudah cukup dilanjutkan dengan belajar.
Saatnya ulangan nilainya selalu bagus. Saatnya kenaikan kelas alhamdulillah selalu naik dengan prestasi yang selalu gemilang. Tak pernah dipanggil guru karena kenakalan di sekolah. Saatnya kelulusan alhamdulillah lulus dengan baik. Dan saatnya mencari sekolah lanjutan, mulus jalannya, seolah Allah selalu memberikan yang terbaik kepada keluarga orang ini. Bahkan seringkali, sebelum lulus sudah ditawari pekerjaan !
Apakah keberuntungan itu datangnya tiba-tiba, bagaikan rejeki nomplok ? Tidak ada yang tiba-tiba dan kebetulan. Semuanya melalui proses. Proses perjalanan dan waktu.
Sebagaimana contoh diatas tadi, cerita punya cerita, rahasianya ya karena ia sekeluarga selalu belajar bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT. dan taat kepada Hukum-hukumNya !
Jika rasa bersyukur ini selalu ditanamkan sejak awal dalam diri anak-anak, maka anak-anak ini kedepan, tidak akan mudah tergoyahkan oleh glamournya kehidupan. Karena sejak kecil sudah terbiasa menjalani kesahajaan dengan bersyukur. Akan menjadi anak-anak yang tangguh, tidak cengeng menghadapi masalah. Karena sudah terbiasa mensyukuri apa yang ada, dan selalu menggantungkan segala hal kepada Ridho Allah semata.
Sahabat Niniek SS.dimanapun berada..
Jika kalian ingin hidup tenang, banyak keberuntungan, belajarlah bersyukur dengan apa yang ada..Boleh berangan-angan atau bercita-cita tapi jangan bernafsu, karena kalian akan terpuruk kepada kerugian bahkan kebangkrutan hidup yang tak pernah kalian sangka-sangka sebelumnya...
Kalian tahu ? Ada sebuah kisah nih. Ada suami isteri yang pekerjaannya, suaminya sebagai guru SMA senior, dan isterinya guru SMP senior. Artinya masa pengabdiannya sudah cukup lama. Anaknya tiga, laki-laki dan dua perempuan.
Seharusnya, jika mereka berdua selalu bersyukur, kehidupan mereka sudah sangat mapan. Sudah memiliki rumah sendiri di sebuah perumahan elit. Sudah mempunyai mobil bagus dan motorpun beberapa. Harusnya cukup dengan penghasilan mereka berdua yang dua-duanya mendapatkan tunjangan sertifikasi bukan ?
Namun apa ? Suami isteri itu adalah tipe orang yang wah, senang dipuji, dan selalu menjaga image. Sehingga sering sekali ganti perabotan rumah tangga meskipun masih sangat bagus. Ganti-ganti mobil. Ganti-ganti tas, baju, sepatu, dan segala aksesores diri yang lainnya.
Awalnya gajinya mencukupi. Lama-lama ? Karena keinginannya membeli barang-barang baru tak terbendung, maka dibelinya segala barang baru dengan kredit. Krdeit mobil, kredit motor, kredit baju-baju baru, kredit perabotan rumah tangga yang baru, kursi, lemari baju, TV, sampai ke tas sekolah dan panci presto dikreditnya.
Akhirnya, angsuran kreditnya membengkak. Bingung untuk menutupnya. Ujung-ujungnya pinjam koperasi sana koperasi sini. Inipun masih kurang. Lalu terpuruklah keluarga ini kedalam lubang rentenir yang susah sekali untuk terlepas. Hari-hari hidupnya hanya dibelenggu hutang !!! Tak tersisa sedikitpun konsentrasinya untuk memikirkan yang lain.
Meskipun mulutnya tersenyum, namun pandangannya kosong dan menderita. Karena setiap saat penagih hutang mendatanginya. Mendesaknya...Bahkan mengancamnya !
Kita semua tidak ingin seperti ini bukan ? Hidup dalam bayang-bayang hutang dan kesedihan, sehingga persoalan yang lain menjadi terabaikan, termasuk ibadah kita ? Compang – camping teman !
Bersyukur adalah menghargai pemberian.
Kita sering mulut mengucapkan alhamdulillah. Namun hati tak konek blas kepada Allah. Seolah-olah sudah syah jika mulut kita mengucapkan alhamdulillah untuk rasa syukur kita.
Jika bersyukur adalah menghargai pemberian, lalu bagaimana cara kita mewujudkan penghargaan kita kepada yang memberi sesuatu kepada kita ?
Siapakah yang selalu memberikan kebutuhan kepada kita setiap saat tanpa kita minta, tanpa mengucapkan sepatah katapun ketika menyerahkan pemberianNya kepada kita, seolah tak peduli dengan apapun yang diberikanNya kepada kita ?
Dari soal pemberian hidup dan kehidupan, pemberian nafas, pemberian kesehatan dan keselamatan, pemberian pertolongan, pemberian rejeki, pemberian prestasi, kebahagiaan, keberuntungan, kemuliaan, ampunan, rahmat dan karunia ? Siapa ? Apakah kita bisa menghitung nilai atau harga pemberian yang kita terima setiap saat ini ? Tidak bukan ?
Bahkan, banyak yang tidak menyadari bahwa itu semua adalah pemberian. Pemberian dari Allah SWT, sebagai bentuk dari kasih sayangNya...Karena tak menyadari, maka tak tahu untuk menghargainya, apalagi mensyukuriNya !
Kita baru ngerti menghargai waktu setelah terlambat. Menghargai sehat setelah sakit. Menghargai betapa berharganya nafas yang Allah berikan, setelah menderita gerd dan nafas engap. Menghargai rejeki uang setelah tak punya uang dan sangat susah mencarinya. Dulu ketika berada enggan berbagi dengan para dhuafa. Kini ketika kondisinya dijungkirbalikkan oleh Allah dari orang berada menjadi orang yang susah makan baru tahu, betapa tanpa pertolongan Allah manusia hidup tak bisa ngapa-ngapain !
Oleh karena itu sekecil apapun pemberian Allah, hargailah, ucapkanlah syukur kepada Allah SWT. menghadaplah secara khusus sesudah sholat untuk bersyukur ! Lalu tindakan nyata, wujudkanlah ungkapan syukur dengan berbagi kepada sesama yang membutuhkan tanpa mereka minta lebih dahulu. Pemberian yang layak, yang pantas, bukan pemberian ala kadarnya, karena itu wujud ungkapan syukur kita kepada Allah SWT.
Coba saja bagaimana bingungnya jika lampu mati. Apakah mata kita ada fungsinya ? Gelap pekat bukan ? tanpa cahaya ? Bayangkanlah jika di dunia ini tak ada matahari atau bulan yang menyinari bumi ? Bayangkanlah jika udara yang kita hirup harus membayar ? Berapa harga yang harus kita keluarkan !!! Itu baru nilai dari cahaya dan udara. Lalu jika nilai dari nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita, kita hitung...mampukah kita menghitungnya ? Dan mampukah kita membayarnya ? Padahal setiap saat selalu kita butuhkan ? Dari sisi manakah kita bisa mendustakan nikmat-nikmatNya. Dari manakah kita tak harus bersyukur ?
Dosa besar jika kita menganggap kita bisa membeli segalanya, mentang-mentang kita punya segudang uang ! Demikian juga dosa besar pula, jika kita menganggap bisa membeli nasib orang dengan semena-mena mentang-mentang kita banyak duit.
Ada hukum yang tak tertulis dan tak berbunyi, yang berlakunya adalah PASTI dan TERAMAT DAHSYAT ! Yaitu hukum Allah SWT.yang akan mengenai siapa saja tanpa kecuali yang melanggarnya dan tak mentaatinya.
Dengan pelanggaran Hukum Allah yang kita lakukan, sadar maupun tidak, bisa mengubah kehidupan kita 360 derajat dari aduhai menjadi astaga !!!???...Demikian sebaliknya, dengan ketaatan kepada Hukum-Hukum Allah yang kita takzimi setiap saat, bisa mengubah 360 derajad dari keadaan yang sangat memprihatinkan kepada derajad yang dimuliakan oleh Allah tak tanggung-tanggung.
Semuanya berawal dari bagaimana kita bersyukur.
Baiklah, demikian dulu artikel ini saya tulis, semoga bisa menjadi perenungan kecil di Bulan Ramadhan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan ini. Semoga kita semua bisa menjalani ibadah Bulan Suci Ramadhan ini dengan penuh keberkahan serta kesungguhan hati. Dan semoga ibadah kita layak, serta diterima oleh Allah SWT. Aamiin Ya Rabb. Tak lupa salam serta shalawat yang semulia-mulianya saya haturkan kepada Junjungan kita, Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW.
Alhamdulillahirabbil’alamiin...
Purworejo, 12 Juni 2017.
Salam Tauhid,
Niniek SS
Labels:
BERSYUKUR,
KASIH SAYANG,
Menu Puasa Bagi Sakit Maag Dan GERD,
Renungan,
SABAR
Thanks for reading Apakah Kita Sudah Bersyukur ?. Please share...!
0 Komentar untuk "Apakah Kita Sudah Bersyukur ?"