Bismillahirrahmanirrahiim...
Sahabat Niniek SS yang sedang berjuang untuk berpuasa Ramadhan...
Berbahagialah kalian semua yang sedang berjuang tertatih-tatih untuk menjalani kuwajiban puasa dalam bulan Ramadhan ini. Karena insya Allah perjuangan kalian tak ada sedikitpun yang akan sia-sia hasilnya. Cepat atau lambat. Tidak didunia ya insya Allah di akherat nanti...PASTI akan bertemu !
Bagi orang yang sakit maag kronis, bisa menyelesaikan hari demi hari puasanya, bagaikan peserta pertandingan yang memenangkan sebuah pertandingan yang seru. Dimana wasitnya adalah Allah SWT. sendiri, yang mempunyai wewenang menghentikan pertandingan, sekaligus akan memberikan hadiahnya nanti kepada sang pemenang. Luaar biasa !!! Hadiahnyapun tak tanggung-tanggung janji kemenangan dunia dan akherat.
Hai kawan..
Jangan dikata, bahwa puasa adalah ringan ! Jika puasa hanyalah sekedar mengalahkan lapar serta dahaga, adalah hal yang sangat mudah. Anak SD kelas 1 pun banyak yang telah mulus menjalankannya. Itupun teramat berat bagi orang-orang yang lambungnya sedang mengalami luka tak sembuh-sembuh.
Bayangkan, dalam kondisi tidak berpuasa saja, lapar sedikit saja jika tak langsung diisi, keringat dingin akan segera bercucuran. Setelah diisipun lambung terkadang masih meronta. Apalagi yang sakitnya parah, jika makanan yang masuk sedikit tak cocok, mungkin kasar, mungkin pedas dari lombok atau merica, mungkin asam karena bumbunya menggunakan tomat, atau mungkin mengandung zat pengawet yang tajam, maka perut akan meronta kesakitan, mules yang tak tertahankan, lalu byuuur...diare gak karu-karuan.
Itu baru persoalan makanan yang tak cocok. Belum lagi jika kecapean oleh suatu aktifitas. Saya tak bisa membayangkan, bagaimana susahnya ibu-ibu yang anaknya masih kecil-kecil, tak punya pembantu, yang suaminya pemberang tak punya pengertian...
Ya Allah Ya Rabbi...
Sedang jika tak punya beban apapun saja, merasakan penderitaan maag atau asam lambung, apalagi jika sedang kambuh luar biasa sakitnya. Apalagi jika masih harus ngurus anak, gendong si kecil. Nyiapin anak sekolah. Belanja untuk makan keluarga dan memasaknya. Belum lagi jika suami kurang pengertian. Marah-marah melulu kerjanya. Pulang dari kantor melihat rumah kotor, berantakan, tak terurus, hawanya hanya uring-uringan. Marah kepada isterinya yang sakit kok tak sembuh-sembuh. Buang-buang duit terus, sehingga hutang suami jadi menumpuk. Pusing kepala ! Ya Allah rasanya. Mungkin seperti inilah yang dinamakan neraka dunia.
Kepada siapakah seorang isteri harus mengeluh jika berkeadaan seperti ini ?
Banyak teman maag atau gerd yang menangis di telepon kepada saya, mengadukan nasibnya yang pilu ini. Yang ia sedihkan bukan sekedar sakitnya itu sendiri yang tak kunjung sembuh. Namun penderitaannya atas sikap pasangan hidupnya yang sungguh sangat memprihatinkan. Tak ada sama sekali toleransi, pengertian, boro-boro perhatian.
Isteri dengan anak yang masih kecil-kecil dibiarkannya mengurus rumah tangga sendiri sembari menahan sakit, tanpa dibantu untuk meringankan tugas-tugasnya. Mentang-mentang ia sebagai suami sudah mencari uang.
Itu barulah salah satu sisi penderitaan dari isteri yang tak beruntung, mempunyai suami yang tak sholeh. Suami yang tak mengenal Allah, boro-boro mencintaiNya serta berbakti kepadaNya. Saya singgung hal ini agar suami model seperti ini segera bertaubat, memohon ampunan kepada Allah SWT. pumpung ini bulan baik, dimana banyak Rahmat, Ampunan dan keberkahan ditaburkan oleh Allah SWT. ke dunia ini.
Puasa bukanlah sekedar untuk menahan haus dan lapar.
Namun puasa adalah untuk menempa ruhani manusia menjadi ruhani yang suci. Ruhani yang bisa mengenal Allah dan dirinya sendiri. Ruhani yang tahu bersyukur atas setiap apa pemberian Allah kepadanya demi kelangsungan hidup dan kehidupannya. Apapun bentuk pemberianNya. Dan bukan masalah sedikit atau banyaknya. Suatu pemberian kepada masing-masing titahNya yang semuanya memuat kehendakNya. Tentu Kehendak yang senantiasa penuh kebaikan bagi seseorang tersebut. Kehendak yang penuh kebaikan dan kesempurnaan bagi masing-masing HambaNya.
Akan tetapi manusia sangatlah piciknya. Atau mungkin karena tomaknya, selalu membandingkan dirinya yang banyak kesulitan dan ketidakenakan dengan orang lain yang sukses serta penuh keberuntungan.
Menganggap Allahlah yang tak adil !!! Ha ha ha padahal sejatinya, dirinyalah yang maha keciiiil dan maha tak tahu apa-apa, sehingga tak mengenal dirinya sendiri apalagi TuhanNya...
Puasa adalah wahana dan kesempatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk menyempurnakan diri, menyempurnakan hidupnya, agar kelak kembali kepadaNya dengan husnul khatimah, suatu akhir hidup yang penuh kebaikan.
Sehingga kelak, tinggal meniti jalan pulang menuju rumah keabadian dengan lapang, terang, berkah. Sebab sebelumnya ketika hidup didunia ia sudah sepenuh jiwa dan raganya patuh dan taat kepada Tuhan dan Rassulnya.
Lalu, ketika tiba kepada kematiannya, ia tinggal memetik buahnya yang begitu manis, yang tak ada didunia, dan tak seorangpun pernah melihatnya. Itulah salah satu janji Allah bagi hamba yang bertaqwa kepadaNya. Surga Jannah...
Bagaimana kita mau menginjakkan kaki di surga jannah, lha wong ketika di dunia saja tak pernah kenal dengan Pemiliknya ? Tak pernah menghadap kepadaNya ? Tak pernah sholat ? Boro-boro puasa Ramadhan ? Menahan tidak merokok demi uangnya untuk beli beras anak-anaknya saja tidak mau kok ? Dan tak mau berusaha sedikitpun untuk menggapai kesempurnaan diri agar bisa bertemu dengan TuhanNya. Di dunia, maupun di akherat kelak.
Padahal setiap hari melihat isterinya rajin sholat, rajin ngaji, setia melayaninya walaupun sambil menahan sakit, namun hidayah tak pernah ia sikapi, sehingga lepas terus, ujung-ujungnya astaghfirullahaladziim...ia mati setelah menenggak minuman oplosan. Levernya pecah karena tak kuat menahan kimia minuman tersebut. Inilah akhir yang su’ul khatimah. Akhir yang buruk dari kehidupan. Naudhubillahimindzaliik.
Puasa merupakan kesempatan yang diberikan oleh Allah karena KemurahanNya, Karena Kasih SayangNya yang demikian besarnya kepada manusia, agar semua manusia kembali kepada fitrahnya yang suci sebagaimana saat dilahirkan. Tanpa dosa. Dan Allah juga ingin, terutama bagi kita Umat Muhammad Rasulullah SAW. menjadi manusia yang suci kembali hingga saat kematian kita semua. Semuanya ! Tanpa kecuali !
Jadi betapa berharganya keberuntungan yang ditawarkan oleh Allah dalam bulan Ramadhan ini. Tentu kita semua harus berusaha menggapainya semaksimal mungkin.
Bagaimana Perjuangan Orang Maag Dan Gerd ketika Berpuasa ?
Ini nih salah satunya : Belum mulai dijalani saja sudah terbayang bagaimana sakitnya nanti ketika berpuasa. Angkel-angkelen ( Jawa ).
Ketika makan sahur hanya mampu makan bubur dan lauk yang aman kata bu Niniek hanya tahu putih yang tak kenyal dengan telur ayam kampung yang direbus setengah matang, dimana kuningnya masih berwarna oranye. Betapa lemas siang harinya, karena tetap belum bisa makan apa-apa selain itu.
Malam-malam harus bangun. Badan sejak sore sudah meriang rasanya. Tak tega membiarkan anak-anaknya sahur tanpa sayur atau sekedar lauk. Di dapur ada sayur ongseng labu siam sore sisa berbuka yang bisa diangetin.
Ia panasin sayur tadi. Nasi sudah ada dalam magic com yang sudah sekalian dimasak untuk berbuka. Ada tempe mentah lalu ia bumbuin dan digorengnya untuk lauk anak2nya. Kenimbang sahur hanya dengan ongseng labu siam. Rasa badan sudah tak karuan. Tapi masih harus membuatkan teh panas untuk suami dan anaknya yang masih SD dan SMP. Ia tak tega untuk membangunkan suami dan anak2nya sebelum hidangan untuk makan sahur siap.
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 03.00 lebih sedikit, ia baru membangunkan suami dan anak-anaknya untuk makan sahur. Terharu rasanya melihat anak-anak dan suami makan sahur dengan semangat meski hanya dengan sayur ongseng labu siam dan tempe goreng yang masih hangat. Thok ! tak ada yang lain.
Ia sudah tak kuat lagi, begitu bubur masuk kedalam perutnya, mules sekali, tapi bukan mau BAB. Ia baringkan tubuh untuk menenangkan diri. Meskipun nasehat bu Niniek tak baik tiduran sesudah makan. Harus ada jarak lama, paling tidak 2 jam. Apaboleh buat. Ia tak tahan lagi. Lalu bersandar dengan bantal yang agak tinggi.
Dari dalam kamar tidurnya yang teramat sederhana, ia mendengar anak-anaknya membaca Al Qur’an. Tidak tidur lagi menunggu adzan subuh untuk sekalian sholat.
Astaghfirullahaladziim...Ia ketiduran, setelah beberapa lama menahan sakit. Tapi ia tetep kukuh harus bisa puasa. Jam telah menunjukkan jam 5 lebih. Adzan subuh sudah lama berbunyi, tapi tak terdengar ditelinganya. Saking lelahnya. Dan badannya juga sedang agak demam. Suami dan kedua anaknya tak berani membangunkannya. Karena tahu sehari-harinya ia selalu kelelahan mengurus rumah tangga, apalagi sedang sakit.
Ke Puskesmas sudah. Minum herbal alami seperti air kunyit, rebusan temulawak, madu warung yang terbeli oleh uangnya sudah. Entah asli atau palsu entahlah. Namanya juga madu beli di warung. Semua yang disarankan oleh Bu Niniek di blognya rasanya sudah dilakukannya. Apalagi ya yang salah ? Kok dirinya belum sembuh-sembuh juga ?
Atau mungkin karena sehari-hari ia tak bisa beristirahat ngurus anak dan rumah tangga ? Habis bagaimana lagi, suaminya yang buruh bangunan bayarannya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Boro-boro untuk menggaji pembantu rumah tangga ?
Atau mungkin karena pikiran yang kenceng hari-hari, memikirkan keadaannya, sehingga sakitnya tak kunjung sembuh ?
Ingin rasanya ia sembuh seperti bu Niniek. Ingin dirinya mengikuti jejak kesembuhan Bu Niniek. Bisa membeli buku panduan kesembuhan maag, pesan morinda, pesan tepung kerut, atau gula kristal aren, kalung jenitri yang bisa menambah energi ketika untuk berdzikir, atau liontin orgonite yang bisa menolak energi negatif didalam diri dan dari sekitarnya...Pokoknya semua produk penunjang kesembuhan yang ditawarkan oleh bu Niniek ia ingin sekali untuk membelinya.
Tapi apadaya..
Suaminya hanyalah buruh bangunan. Pendapatannya kadang ada kadang tidak..Kadang cukup kadang tidak. Sakit perutnya hanya ia obati dengan minum air kunyit yang diparut, pagi sebelum makan apa-apa. Dan sore hari ia minum rebusan temulawak. Itupun mengambil sendiri di pekarangan rumah warisan orang tuanya yang tak sebegitu luas. Ia manfaatkan untuk menanam apotik hidup untuk kebutuhan sehari – hari.
Ada pohon cabe. Ada pohon kunyit. Jahe. Temulawak. Bayam. Alhamdulillah pohon labu siam yang ditanam suaminya berbuat sangat lebat. Hingga bisa untuk masak hari-hari tak perlu beli sayuran. Bahkan tetangga kanan kiri banyak yang diberinya. Meskipun tak seberapa. Hanya sekedar sebuah dua buah labu siam, bisa mempererat tali kekeluargaan dengan tetangga yang sama-sama berkehidupan pas-pasan.
Alhamdulillah ada hape nokia bekas, pemberian adiknya yang sukses di Jakarta, sehingga ia bisa mengenal blognya Bu Niniek SS. Sejak mengikuti blognya bu Niniek alhamdulillah mulai ada perubahan sedikit-sedikit, tidak separah sebelumnya.
Dengan membaca blognya bu Niniek ia merasa mendapat pencerahan. Ia merasa lebih tenang dan lebih pasrah. Ternyata bukan hanya dirinya yang mengalami sakit seperti ini. Dan setelah membaca blognya bu Ninieklah ia jadi mengerti bahwa yang ia derita ini adalah GERD, asam lambung yang naik kemana-mana. Ia sangat bersyukur menemukan blognya Bu Niniek. Sehingga sedikit banyak ia tahu tentang sakit maag.Tentang keluhan-keluhannya.Tentang bagaimana menanggulangi jika sedang kambuh. Atau ia jadi tahu, apa yang harus ia lakukan untuk mencegah gerdnya tidak kambuh.
Ia membayangkan seperti apa ya Bu Niniek itu ? Jika dekat ia ingin rasanya memeluknya, menumpahkan seluruh isi dadanya yang sarat oleh kelelahan hidup. Sakit yang tak kunjung sembuh, dan hidup dalam kemiskinan yang amat sangat.
Ia sangat salut kepada bu Niniek yang bisa sabar dalam hidup. Meskipun jarang dicarikan nafkah oleh suaminya tapi bu Niniek tetap ikhlas menerima keadaannya. Terbaring sakit dengan keadaan yang jarang memegang uang. Subhanallah.
Sementara dirinya, yang tiap hari dicarikan nafkah oleh suaminya, meskipun pekerjaan suaminya hanyalah buruh bangunan, namun kan hampir setiap hari kalau lagi dapet, ia dikasih uang oleh suaminya. Tetap saja ia sering mengeluh. Astaghfirullahaladziim..
Sedangkan Bu Niniek, mau mengharap kepada siapa ? Lha wong suaminya tak bekerja ? Karena menunggui serta merawat bu Niniek yang dulu sakit tak sembuh-sembuh.
Meskipun ia belum pernah bertatap muka langsung dengan bu Niniek, tapi ia serasa sudah kenal lama dengan bu Niniek. Meskipun terkadang lama meresponnya, namun bu Niniek selalu membalas sms-smsnya dengan sabar, penuh nasehat yang menyejukkan hati, penuh motivasi, sehingga dirinya timbul semangat untuk sembuh. Tidak seperti sebelumnya yang nyaris putus asa dalam menjalani hidupnya.
Ia harus tegar demi masa depan anak-anaknya yang masih kecil-kecil.
Dari lubang dinding kamarnya yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah sangat lama, ia melihat cahaya pagi yang mulai temaram. Astaghfirullah..Tubuhnya agak demam. Rasanya enggan sekali untuk bangun. Tapi ia harus sholat subuh. Ia sangat malu kepada Allah jika sampai meninggalkan sholatnya. Apalagi ia mempunyai tanggung jawab sebagai ibu yang harus memberi teladan kebaikan kepada kedua anaknya yang salih itu. Apa kata anak-anaknya jika melihat emaknya sampai tidak sholat.
Melihat ibunya yang sedang sakit itu bangun, anak pertamanya yang baru kelas 3 SMP itu mendekatinya sambil memegang tangan ibunya dan berkata :”Mak, tak usah bangun jika masih payah, tayammum saja dan sholat sambil tiduran”...
Ia tak dapat menahan air mata yang bergulir dipipinya, menerima perlakuan anak perempuannya yang penuh kasih sayang itu. Dipeluknya anaknya sambil ia masih duduk dipembaringan. Diusapnya kepala anaknya yang berambut panjang. Ada keharuan yang menyeruak dalam sanubarinya.
Meskipun ia sekeluarga sangat miskin, tapi Allah memberikan kebahagiaan yang penuh. Suami dan anak-anak yang salih. Yang penuh kasih sayang kepada dirinya yang sakit-sakitan.
Jam baru menunjukkan angka 09.00 tapi perut sudah meronta-ronta tak karuan. Ya Allah. Sakit sekali. Mules. Otot perut seperti ada yang menarik-narik. Mual, untung tidak muntah. Rasa mau BAB, namun ia sudah jongkok tak mau juga keluar.
Dirumah tak ada orang, rasanya seperti mau pingsan. Seperti mau mati. Suaminya sudah berangkat sejak pagi-pagi sekali. Anaknya yang dua orang masih sekolah. “Apa mau batal saja ya ?” pikirnya. “Tapi sayanglah..” Ada rasa takut kepada Allah memikirkan kebimbangannya antara mau lanjut puasa atau batal saja. Ia takut tiba-tiba mati, lalu tak ada yang ngelihat. Astaghfirullah...
Ia segera ambil wudhlu. Sebelumnya seluruh perutnya ia balur dengan minyak bubut yang mustajab itu. Baunya memang tak enak. Heran ! Pelan namun pasti, perut yang tadinya meronta tak keruan, berkurang sakitnya dan alhamdulillah akhirnya hilang segala keluhan yang dirasakan. Allah Hu Akbar. Ia bersyukur sekali, bahwa ia tak jadi membatalkan puasanya. Tak lama kemudian ia tertidur pulas tanpa terasa. Siang-siang pintu depan dan pintu belakang tak pernah dikuncinya. Siapa yang minat untuk mencuri ? Lha wong rumah reyot tak ada barang apapun yang berharga ?
Alhamdulillah anak-anaknya sudah pulang dari sekolah. Mereka masih tetap puasanya. Belum batal. Tadi pagi ia sudah memetik seikat daun bayam dan beberapa lembar pucuk daun so disamping rumah. Masih ada sedikit sisa kelapa yang bisa untuk masak bobor bayam labu siam nanti. Toh ia tak bisa makan sayur yang bersantan. Dan lagi, bobor memang enak dengan santan yang encer saja.
“Ini mau dibobor apa mak ?” Tanya Entin anak perempuannya. “Iya” jawabnya sambil mengangguk. “Biar Entin aja mak, yang masak. Entin bisa kok, ntar Emak lihat aja, kira-kira bumbunya kurang apa...Emak istirahat aja sana, biar gak kambuh maagnya. Biar puasanya tak batal” kata anak perempuannya. Matanya berkaca-kaca. “Alhamdulillah Ya Allah...Engkau beri hamba anak-anak yang salih”. Gumamnya dalam hati.
Benar juga, ia rasanya tak mampu lagi untuk bangun dan beraktifitas. Alhamdulillah anak perempuannya ngerti sekali apa yang dideritanya. Dari amben kecil yang ada didapur ia mengawasi anak perempuannya yang sedang masak bobor bayam.
Ia tak punya kompor gas.Tak terbeli oleh uangnya. Hanya ada kompor tungku double yang masaknya dengan kayu bakar. Rasanya mau menangis melihat jari-jari mungil anaknya sudah lincah mengupas labu siam, berambang dan bawang putih. Lalu memarut kelapa yang hanya secuil itu. Dari jauh, kelihatan Bagas, anaknya laki-laki yang bontot lari masuk kedapur. “Aku bantuin ya mbak ?” sambil mengambil batang bayam lalu disianginya. “begini ya mbak ?” Sambil memperlihatkan bayam yang telah disiangi. “Iya betul !” jawam Entin embaknya.
Kedua anak itu bergotong royong memasak sayur bobor bayam. Setelah semua bahan-bahan sudah siap. Entin menyalakan tungku. Diambilnya kayu-kayu yang telah kering dibelakang rumah, lalu dimasukkannya kedalam lubang tungku, lalu disiramnya dengan sedikit minyak tanah, dan dihidupkannya dengan korek api.
Api menyala membakar kayu yang sudah kering itu. Setelah bekas minyak tanah yang disiram kedalam kayu bakar itu telah hilang, maka dijerangnya kuali yang sudah diberi sedikit air dan bumbu, agar sayurnya tak bau minyak tanah. “Alhamdulillah ternyata anakku sudah terampil memasak”, gumamnya dalam hati.
Beberapa saat sebelum adzan maghrib berbunyi. Serumah sudah ambil wudhlu dan berdoa menurut kebutuhan masing-masing. Menurut kata pak Kyai, beberapa saat dari berbuka puasa adalah waktu yang termasuk mustajabbah untuk berdoa. Sudah lama ia sekeluarga melazimkan kebiasaan berdoa sebelum adzan maghrib di bulan Ramadhan. Dan alhamdulillah memang banyak doa-doanya yang terkabul, antara lain yaitu agar keluarganya menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah dengan anak-anak yang saleh, yang taat kepada Tuhan dan berbakti kepada orang tua.
Ia tak pernah meminta yang aneh-aneh kepada Allah SWT. Ia sudah merasa sangat beruntung, ditakdirkan menjadi dirinya dengan keadaannya ini. Dengan suami yang sholeh. Dengan anak-anak yang saleh, yang penurut dan berbakti kepada orang tua. Rasanya hidup hari-hari tak pernah ada persoalan yang berarti. Memang dirinya selalu kekurangan uang, namun Allah selalu memberikan pertolongan pada akhirnya.
Hanya ia sangat sedih. Tiap tiap habis buka puasa, pasti lambungnya kesakitan yang sangat. Gemetar tubuhnya dan lemas banget tak karuan. Siang tak seberapa sakitnya dibandingkan dengan sakitnya sesudah buka puasa. Ya Allah..
Sesudah berbuka, ia harus selalu berbaring dulu beberapa saat sebelum ia sholat maghrib. Itupun hanya bisa sholat dengan duduk, karena tak kuat sholat dengan berdiri. “Ampuni hamba Ya Allah..Engkau Maha Tahu bahwa hamba memang tak kuat sholat dengan berdiri”...
Ia ambil Al Qur’an setelah dzikir beberapa saat sesudah sholat. Namun baru membaca beberapa saat, keringat dingin sudah bercucuran. Terpaksa ia hentikan membacanya. Ia segera ke pembaringan.
Jika sudah seperti itu, baik suami dan anak-anaknya segera menghambur untuk menolongnya. Suaminya segera mengambilkan bubur nasi dan tahu putih yang direbus dengan sedikit garam serta telor ayam kampung rebus setengah matang. Sebab tadi baru buka dengan minum air madu hangat, terkadang air rendaman kurma pemberian tentangga. Jika makan kurmanya lambungnya akan pedih sekali, namun jika kurma itu direndam dengan air mendidih, kecuali teramat enak juga lambung tak akan sakit.
Selalu saja ia makan tak pernah habis. Rasanya perut tak karuan dan mau muntah. Kalau sudah begitu, terpaksa ia berhenti makan.
Begitulah hari-harinya sepanjang bulan Ramadhan. Tertatih-tatih menjalani puasa, dengan perjuangan yang teramat berat. Mengalami kesakitan yang sangat pada saat berbuka. Padahal siang hari tak seberap sakitnya. Jika tiba maghrib, rasanya bagaikan baru saja menang perang. Subhanallah..
Sahabat Niniek SS yang sedang berbahagia...
Saya yakin, tentu kalianpun banyak yang merasakan seperti apa yang baru saja saya kisahkan. Dan saya yakin bahwa kalianpun akan kuat berjuang untuk Ramadhan sebagaimana ibu yang diatas. Semoga Allah SWT. memberikan kesabaran, kekuatan serta RahmatNya kepada kita sekalian dalam menjalani Ramadhan ini, dan semoga syafaat Rasulullah SAW, menaungi kita semua, sehingga kita pada akhirnya insya Allah akan meraih kemenangan menjadi fitri kembali. Oke ? Aamiin Ya Rabbal’alamiin.
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Purworejo, 2 Juni 2017
Salam Tauhid,
Niniek SS
Labels:
Akibat Sakit Maag,
Pesan,
PUASA,
Puisiku
Thanks for reading Perjuangan Orang Maag Dan Gerd Berpuasa. Please share...!
Bunda...makasih..susah sy ungkapkan dngan kata2.bunda slalu ngasih pencerahan yg bikin sejuk hati.Ya Alloh terimakasih ada orang sebaik bunda..yg selalu peduli penderitaan orang lain...
BalasHapusRosmiati Puspita
HapusIya mbak makasih kembali telah menjadi pengunjung setia di blog ibu. Semoga Allah SWT. selalu memberikan manfaatnya dari blog ini. Sabar ya menjalani penderitaan, agar hikmahnya menjadi buah yang manis dikemudian hari. Pencerahan bukan bunda yang memberi, namun Allah yang menitipkannya lewat hati bunda yang kemudian tersalur lewat tulisan semata karena kasih sayang kepada sesama.
Semoga mbak Rose lekas sembuh yaa ? Aamiin Ya Rabb.
Salam,
Alhmdllah Bu trima kasih banyak ya bu, sya udah 2 bulan mengikuti blog ibu, dan bnyak2 perubhan yg saya alami, saya telusuri bu sluruh isi blog ibu dan di kawinkan dngan buku the miracle of enzime Dr hiromisinya, (semuanya ada di diri rasul tercinta suri tauladan yg baik) maaft sebesar2 nya krna sya tdak beli produk ibu, mngkin lain kali klo sdah keuangan membaik, trima kasih bu :)
BalasHapusAsep Winda
HapusMbak Winda.
Alhamdulillah jika lewat blog ini mbak Winda bisa lebih baik. Terima kasih telah rajin menelusuri blog ini ya mbak, semoga Allah berikan manfaatnya.
Tujuan ibu membuat blog ini bukan untuk menjual produk mbak. Tapi untuk berbagi bagaimana ibu bisa sembuh dari sakit yang amat menyiksa ini. Ibu harapkan dengan pengalaman ibu, teman-teman yang sakit seperti ibu bisa segera tertolong.
Soal produk, niat ibu untuk memudahkan teman-teman dalam mencarinya, agar mendapatkan produk yang baik, yang asli, karena memang semuanya dimana-mana banyak dipalsukan.
Jadi, jika dengan menerapkan artikel dalam blog ini mbak Winda banyak kemajuan, wah ibu senang sekali, justru itu yang ibu harapkan..Menerapkan apa yang ada disekitar, tanpa harus keluar uang yang banyak, tapi bisa sembuh.
Semoga lekas sembuh ya mbak.
Salam,