SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

PERANAN ISTRI KETIKA SUAMI SAKIT MAAG

PERANAN ISTRI KETIKA SUAMI SAKIT MAAG

Bismillahirrahmanirrahiim...

Ketika suami sakit, khususnya sakit maag dan asam lambung, dudukkanlah dirimu menjadi ibu bagi suamimu, menjadi sahabat atau teman sebagai tempat curhatnya, dan menjadi penolong baginya.

Memaknai Hidup Dengan Mengagendakan Kebaikan


Bismillahirrahmanirrahiim..

Bukankah kita setiap saat seharusnya bersyukur kepada Allah SWT ? Masih diberikan kesempatan untuk hidup ? Sehingga bisa melakukan segala aktifitas kita masing-masing ? Aktifitas dalam segala bentuknya untuk kelangsungan hidup kita. Beribadah. Bekerja. Bersilaturahmi dengan sesama. Berinteraksi dengan alam semesta. Mengaplikasikan cita-cita kedalam bentuk nyata. Mengapresiasikan seni dalam kehidupan. Mengaktualisasikan pemikiran-pemikiran dalam kebudayaan agar peradaban semakin maju sesuai kebutuhan jaman.

Kita tak boleh hidup egois. Yang hanya untuk kepentingan diri sendiri saja. Asal kebutuhan diri tercukupi. Asal keluarga bisa bahagia. Asal bisa memenuhi segala keinginan diri. Cukuplah sudah. Tanpa peduli untuk memikirkan apapun dan siapapun yang ada disekitar kita. Sebodo amat ! Toh itu bukan tanggungjawab kita, bukan urusan kita ! Begitulah seringkali kita berfikir ! Saya sendiri dulu juga seperti itu kok ! Sepertinya tak ada dosa, hanya memikirkan diri sendiri semata !

Ternyata ada sebuah “rahasia besar keberuntungan” ketika kita ikut membantu atau tenggangrasa (toleransi) terhadap kepentingan orang lain.
Misalkan. Suatu hari ketika kita sedang berjalan kaki dijalanan yang ramai oleh lalu lintas, tiba-tiba ada helm jatuh didepan kita. Apakah kita akan masa bodoh tidak mengambilkan helm itu lalu kita berikan kepada pemiliknya ? Yang kerepotan untuk memutar balik motornya karena lalu lalang kendaraan begitu padatnya saat itu ? Tidak bukan ?

Tentu kita dengan ringan tangan dan ikhlas akan segera mengambilkan helm itu dan kita berikan kepada pemiliknya yang sudah berada jauh didepan kita. Pemilik motor itu tentu sangat berterima kasih kepada kita yang telah berbaik hati mengambilkan helmnya yang jatuh.

Kita pikir hal ini soal sepele ? Yang tak akan berdampak kepada kita dimasa depan ? Tidak kawan. Kebaikan kecil yang kita lakukan, “pasti” dicatat oleh malaekat, dan akan “dibalas” oleh Allah dengan balasan yang lebih baik, pada saat yang”tepat”. Bahwa balasan Allah akan jauh lebih baik dari kebaikan yang kita lakukan dan bahkan berlipat ! Inilah yang kita sering kurang sadari.

Dan menurut saya, bahwa setiap kebaikan selalu akan lebih memperpeka nurani kita. Dengan nurani yang peka, kita akan lebih mudah merasakan kelembutan dan kasih sayang Allah SWT.  Dengan nurani yang peka kita juga akan lebih sensitif terhadap berita-berita yang turun dari langit..Allah marah, ataupun berkenan atas apa yang akan kita lakukan, insya Allah kita akan dapat menangkapnya.

Jika nurani kita tidak peka, mustahil kita mampu merasakan ketenangan jiwa, mustahil kita bisa menangkap kasih sayang Allah yang Maha Lembut. Karena batin kita juga tak memiliki kelembutan.

Orang yang tak memiliki kelembutan hati, yang tak mampu menangkap kelembutan kasih sayang Allah, biasanya akan sedikit-sedikit mengumpat, mengeluh, serta memaki kepada nasibnya yang dianggap sial. Juga selalu akan jauh dari rasa bersyukur. Nuraninya sudah bebal oleh sentuhan-sentuhan kebaikan dan kelembutan !

Ia merasa, sudah sholat 5 waktu, sudah puasa ramadhan, sudah ke masjid, sudah juga membaca Qur’an, namun mengapa sakit masih tak sembuh-sembuh ? Hutang juga kian menumpuk. Serta kesulitan-kesulitan masih saja mendera ? Dimanakah yang  salah ? Siapakah yang salah ? Apakah Allah ? Apakah diri kita ? Ataukah orang lain ?

Tentu tak mungkin Allah. Karena Maha Suci Allah dari segala ketidak baikan. Dan tak mungkin orang lain, yang tentu tak mampu membuat takdir kita bukan ? Tentu diri kita sendirilah yang salah, sehingga membuat takdir kita menjadi kurang beruntung !

Bagaimanakah dengan segala kebaikan yang menurut kita sudah kita lalukan dengan baik ? Benarkah demikian sesungguhnya ? Benarkah segala kebaikan yang kita lakukan demi niat hanya karena Allah ?

Benarkah kita sholat karena Allah ? Bukan karena sekedar untuk menggugurkan wajib ? Benarkah kita ke masjid karena takut kepada Allah ? Bukan karena takut digunjing sebagai muslim yang tidak taat karena tak pernah datang ke masjid ?

Benarkah kita puasa Ramadhan karena Allah ? Tapi mengapa saat berbuka puasa tak ada lauknya kita masih bersungut-sungut ? Marah kepada isteri yang tak jelas juntrungnya ? Tidak sayangkah puasa kita hanya mendapat lapar dan dahaga ? Tidak mendapatkan keberkahan yang lainnya ?

Lalu dengan niat apakah ketika kita membaca Al Qur’an. Tapi tak tahu maknanya apalagi menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita membaca Al Qur’an karena Allah ? Bukan karena ingin dipuji karena rajin mengaji dan membaca Al Qur’an ?

Kita mungkin sudah melakukan banyak kebaikan. Tapi masih dengan niat bukan karena Allah. Tapi masih dengan niat untuk mendapat pujian. Inilah perbuatan baik yang sering tak berbuah. Buahnya ya hanya dipuji orang. Bukan dipuji oleh Allah SWT.

Semua perbuatan baik yang bukan karena Allah, menurut saya hanyalah sebuah kesia-siaan. Oleh karena itu marilah kita luruskan niat kita dalam melakukan segala sesuatu. Adalah hanya karena Allah belaka !

Sholat adalah “kesempatan emas” untuk meraih selamat dan sukses dunia akherat

Betapa tidak ? Allah berikan sholat sebagai kesempatan manusia menghadap kepada Allah SWT. ketika masih hidup didunia.  Allah berikan itu sebagai cara dan waktu untuk manusia bisa berinteraksi denganNya. Apakah ini bukan kesempatan emas bagi kita sekalian ?

Didalam sholat kita diajarkan bagaimana menjadi manusia yang sesungguhnya. Manusia yang bisa merasakan dosa-dosanya. Yang diberikan kesempatan untuk bertaubat nasuha.  Diajarkan bagaimana kita mengakui sangat rendah dan betapa kecilnya di Hadapan Sang pencipta, ketika kita menundukkan wajah dan bersujud kepadaNya. Diajarkan bagaimana kita bersyukur atas segala nikmatNya, serta bergantung harap hanya kepada pertolonganNya dalam tahiyat. Dan diajarkannya kepada kita untuk bersilaturahmi kepada sesama dalam salam di akhir sholat.

Dan jika sholat kita diterimaNya, bukankah kita sebenarnya telah menjadi manusia yang kaffah ? Karena kita diterimaNya dalam “kesempatan emas” yang telah diberikanNya kepada kita. Jika Allah berkenan, Allah Ridho, bukankah itu “segalanya” bagi kita manusia muslim ? Bukankah itu suatu karunia yang “sungguh luar biasa” bagi kita ? prestasi yang menurut saya sungguh tak ternilai jika seluruh sholat-sholat kita diterima oleh Allah SWT. Bukankah hanya itu tujuan kita hidup dan mati kita ? Illahi anta maksudi wa ridhoka matlubi ? Hanya Allahlah tujuan kita, dan hanya RidhoNyalah yang kita harapkan ? Apalagi ?

Namun kita tak pernah ada yang tahu. Sholat kita yang manakah yang berkenan di Hadapan Allah SWT. Sholat kita yang manakah yang DiterimaNya ? Oleh karena itu, setiap saat kita harus selalu memperbaiki lahir batin kita, akhlak kita, agar dalam “puncak peribadahan” kita, saat kita sholat, berkenan dan diterima oleh Allah SWT. Sebab sesungguhnya sholat adalah kristalisasi dari nilai kehidupan kita sehari-hari.

Jika keseharian kita buruk, mana mungkin sholat kita bisa bagus. Jika keseharian kita sabar, nrimo, rendah hati, lemah lembut, penyayang, tentu kita juga akan seperti itu pula,di Hadapan Allah ketika sholat. “rendah hati dan lemah lembut”.

Memaknai Hidup Dengan Mengagendakan Kebaikan.

Kata Cak Nun dalam salah satu tausiah beliau di pengajian maiyahnya : Terus berusahalah untuk berbuat kebaikan, untuk menabung kesucian, karena jika kita suci maka akan lebih mudah untuk menghadap Yang Maha Suci, adalah Allah SWT.

Bagaimana kita akan diterima oleh Sang Maha Suci, jika lahir batin kita masih diselimuti atau berlepotan dengan ketidak sucian seperti : keangkuhan, kesombongan, angkara murka, keserakahan, kerakusan, ketidak jujuran, dan sejenisnya ?

Bagaimana batin kita akan menjadi batin yang suci dan tenang, jika wadag masih dipenuhi dengan nafsu jasad yang serakah untuk menguasai alam sekitar ? Pagi, siang,sore, malam, seluruh hari-harinya hanya untuk bekerja banting tulang mencari penghasilan, mencari popularitas, mencari kekuasaan, sehingga lupa segala-galanya.

Lupa Allah, lupa anak lupa isteri, lupa kuwajiban kemasyarakatan, tak peduli tetangga meninggal, sanak saudara dirumah sakit. Yang diingat bagaimana caranya agar hartanya selalu bertambah setiap saat. Bagaimana agar kekuasaannya terus meluas. Bagaimana agar jabatannya terus melejit ! Untuk apa hakekatnya semuanya itu ? Untuk kebahagiaan ? Sedang kebahagiaan sesungguhnya tak pernah dinikmatinya. Jarang terjadi komunikasi dengan keluarga ? Jarang berbagi dengan sanak keluarga dan para tetangga, apalagi dengan fakir miskin dan anak-anak yatim. Kebanggaannya hanya menjadi milik dirinya sendiri saja. Sedang seutama-utamanya manusia adalah yang banyak manfaatnya bagi orang lainnya.

Tahu-tahu laah kok rambutnya telah ubanan ? Laah kok giginya mulai pada tanggal ? Laah kok wajahnya sudah mulai keriput ? Dan tahu-tahu, dirinya jatuh sakit yang seluruh harta kekayaannya tak mampu menolongnya...Inilah gambaran banyak orang saat ini. Yang terlena dengan dunianya, lupa akan akheratnya, ketika sadar sudah terlambat, dirinya sudah tak mampu lagi melakukan kebaikan yang ingin dilakukannya.

Agendakan kebaikan setiap hari

Hidup saya, alangkah mengasyikkan. Karena setiap pagi selalu menyongsong kebahagiaan. Terakhir sebelum tidur saya selalu memikirkan kebaikan apa yang akan saya lakukan untuk besuk pagi ? Jika belum menemukannya, maka sampai jam berapapun mata saya belum mampu terpejam. Maka kemudian saya akan bangun lagi, mengambil air wudhlu, sholat istikharoh 2 reka’at lalu berdoa memohon pertolongan Allah untuk menunjukkan kebaikan apa yang sebaiknya besuk pagi saya lakukan ? Alhamdulillah, selalu saja kemudian ada petunjuk datang sebelum saya tidur.

Tak perlu memikirkan kebaikan besar, karena yang kecilpun sangat berarti

Apapun yang kita lakukan, jika itu sebuah kebaikan, akan sangat berarti. Kita seringkali sungkan untuk bersedekah yang nilainya hanya sedikit. Padahal memang itulah yang kita mampu. Misal kita ada 5.000 perak nih. Dan di kampung yang berbatasan dengan komplek perumahan yang kita tinggali, ada ibu janda dengan beberapa anak yatim yang masih kecil-kecil. Belikan uang itu dengan jajanan yang pantas lalu kita berikan kepada mereka. Tak perlu malu. Mungkin hanya dapet 5 kue pukis. Tak mengapa. Itu akan sangat berarti untuk keluarga mereka, karena kue pukis itu mungkin takkan terbeli dengan keuangan mereka yang tak mampu.

Lain kali mungkin bisa dibelikan gula pasir 1 kg dengan tehnya, atau lain kali lagi belikan tempe mentah dan tahu masing-masing 1 bungkus. Allah menilai bukan dari banyak sedikitnya apa yang kita berikan, tapi dari tingkat keikhlasan kita.

Jika kita sudah terbiasa berbuat baik atau sedekah yang kecil-kecil, maka lama kelamaan kita akan tak berat untuk bersedekah atau berbuat baik dengan nilai yang besar-besar. Bahkan akhirnya kita akan menjadi orang yang hati dan pikirannya tak tergantung lagi pada kebendaan. Sedekah motor. Sedekah uang satu juta hingga jutaan bukan sesuatu lagi bagi kita.

Kita akan terbiasa mengisi amplop takziah di kampung-kampung dengan selembar dua lembar ratusan ribu bahkan lima ratus ribu rupiah tanpa merasa berat. Tanpa perlu ahli musibah tahu bahwa kita memberikan uang duka sedikit lebih..Marilah kita belajar melakukan apapun karena Allah semata. Bukan karena sesuatu yang lain apapun ! Karena yang mampu memberikan balasan yang lebih baik dan berlipat hanyalah Allah semata jua. Iya kan ?

Tak perlu takut miskin dengan bersedekah. Karena semua akan “DIBALAS” oleh Allah pada saatnya yang tepat. Dan dengan balasan yang lebih baik dan berlipat. Jadi jangan khawatir.

Saya bangkit dari segala keterpurukan saya, karena saya belajar terus bersedekah. Awalnya ragu. Awalnya sedikit. Lama-lama percaya. Lama-lama berani bersedekah agak banyak. Awalnya belum ikhlas. Apa iya sih ? Eh lama lama bertambah ikhlas. Bertambah yakin. Dan bertambah besar. Bahkan orang sampai geleng-geleng kepala menerimanya. Subhanallah !!! Bersedekah dan berbuat baikpun kita harus belajar. Dan itu memerlukan waktu yang panjang ! Bukan sehari dua hari, bahkan bertahun tahun !

Jika kita belum pernah bersedekah, apakah kita akan mampu jika tiba-tiba harus bersedekah 10.000.000 rupiah untuk tetangga kita yang terjerat hutang renteneer ? Ini sedekah lho ! Bukan pinjaman ? Mampukah kita ? Mampukah kita, datang ke takziah tetangga yang punya anak yatim dengan memasukkan amplop yang berisi 500.000 kedalam baskom tanpa memberitahu si ahli musibah bahwa kita tadi telah memberinya uang 500.000 kedalam baskom dengan amplop yang tak bertuliskan nama ? Mampukah kita ?

Saya yakin jarang kita yang mampu melakukannya. Karena tak pernah latihan sebelumnya. Oleh karena itu. Tantangan bagi kita untuk terus dan terus belajar, menjadi orang yang ikhlas karena Allah. Melakukan segala hal hanya niat karena Allah. Bukan karena sesuatu apapun !

Dan jika kita bersedekah karena Allah. Maka Allah tak tanggung-tanggung dalam membalas apa yang kita sedekahkan.

Dan jika kalian sakit, sebaiknya jangan sampai kalian minta disedekahi. Menawar harga obat, tepung kerut ataupun madu. Sebaliknya, justru kalian harus banyak bersedekah agar kalian mendapat Ridho dan Ampunan dari Allah SWT. Aamiin.

Sahabat NiniekSS yang kusayangi semuanya...

Sakit ini, bagi kita adalah pembelajaran untuk banyak hal. Ambil dan cari hikmahnya terus menerus. Hingga kalian menemukannya. Hingga kalian menemukan kebahagiaan. Jika kalian berusaha dengan sungguh-sungguh, insyaa Allah akan kalian dapatkan.  Bukan sekedar kesembuhan, namun lebih dari itu. Sesuatu yang tak pernah kalian duga-duga dan nyana-nyana sebelumnya. Dan itu akan membuat kalian sangat takjub kepada kebesaran Allah SWT. yang telah memberi kita semua hidup dan memenuhi segala hajat hidup kita.

Saya do’akan, semoga kalian mampu menangkap hidayah Rahmat, Keberkahan dan Kasih Sayang dari Allah SWT. dan menikmatinya dengan penuh syukur. Sehingga yang ada hanya kedamaian...kedamaian...ketenteraman jiwa dan keharuan senantiasa...

Aamiin Ya Rabbal’alamiin..

Tak lupa salam serta sholawat yang senantiasa kita haturkan bagi Baginda Rasulullah SAW. Junjungan kita kaum beriman, yang syafaatnya senantiasa kita nantikan sekarang dan kelak di yaumul qiyamah. Aamiin.

Alhamdulillahirabbil’alamiin..

Purworejo, 5 Januari 2018
Salam Bahagia
NiniekSS


Maag Dan Gerd Menguji Kualitas Diri

Bismillahirrahmanirrahiim...

Sahabat Niniek SS. Yang saya kasihi dimanapun kalian berada...

Benar-benar sakit yang dua ini menguji kualitas diri kita. Lha bagaimana, wong semua-semuanya serba salah ? Jika sudah stadium menengah, makan salah tidak makan salah. Minum obat sakit, tidak minum obat sakit. Tidak makan sakit, makan jika makanan tidak cocok atau tidak aman, lambung sakit, juga gerd bisa kambuh. Untuk berakitifitas sedikit cepat capai ? Untuk naik motor lambung sakit ? Untuk bepergian jauh tak kuat ? Lha gimana ? ritme kehidupan jadi terganggu bahkan terkadang malah menjadi porak poranda.

Jika saatnya ada keperluan bepergian, pergi sakit, tidak pergi urusannya tidak kelar ? Jika harusnya pergi bersilaturahmi atau ada undangan hajat, eh pergi sakit, tidak pergi eh tak enak hati, bonusnya dianehkan sama orang ! Saatnya harus pergi ngaji. Tidak pergi sayang, tapi jika pergi, tak kuat duduk lama, apalagi kan lesehan dilantai, tak tahan dingin, perut jadi super kembung, mbeseseg begah, padahal tak makan apa-apa.

Jika ada yang meninggal...halah ini lagi. Mau takziah nyali sudah ciut duluan, keinget jika kita yang mati bagaimana ya ? Belum berangkat jantung sudah deg-degan seperti lonceng..keringat dingin keluar...lemas gemeteran, dan akhirnya gak jadi berangkat takziah, karena ambruk sendiri !

Inget harus nganter anak ke sekolah. Tidak diantar bagaimana ? anak jadi tak masuk sekolah ? Mau diantar, badan sempoyongan tak karuan seperti ini ? Ya akhirnya terpaksalah mengantar. Sembari hati was-was sepanjang jalan pergi dan pulang ngantar sekolah, dan badan tak keruan rasanya !

Sampai rumah melihat pekerjaan rumah antre menunggu dikerjakan. Karena tak ada pembantu. Yang lantai belum disapu. Yang cucian piring numpuk. Baju kotor menggunung, tak punya mesin cuci. Mana yang harus belanja. Harus masak. Masaknya musti dua lagii..Masak untuk keluarga, dan masak yang aman untuk diri sendiri. Ya Allah...

Hari-hari dipenuhi oleh pekerjaan rutin yang harus dikerjakan..sambil menahan sakit. Belum lagi mikir keuangan yang mepet, banyak hutang, banyak kebutuhan yang harus dibayar.

Belum lagi mikirin sikap orang lain kepada dirinya yang tak pernah bisa kompromi. Tak mau tahu dirinya ini benar-benar menanggung sakit yang “aduhai rasanya...”.

Itulah problematika sakit maag dan Gerd. 

Diatas adalah jika ibu-ibu yang sakit. Bagaimana jika bapak-bapak yang sakit lambung ? Lain lagi ceritanya !

Sudah berkali-kali tak bisa masuk kantor. Badan demam, lambung sakit dan kepala berat banget. Di kantor, sering menerima sindiran minir dari teman-teman kantor yang tak enak didengar telinga, bikin hati ini sakit ! Katanya, yang makan gaji butalah...yang kantor moyangnyalah...yang katanya ngapain ngantor kalau tak bisa kerja, karena baru setengah hari sudah tak kuat berdiri. Sudah limbung.

Iyalah. Sebab mereka semua, teman-teman tak pernah mengalami sakit maag atau gerd, jadi tak tahu bagaimana rasanya kepala kliyengan, kepala mau pecah, debaran jantung kaya lonceng, lambung seperti diiris-iris sembilu, belum lagi jika keringat dingin sudah keluar, lemasnya bak mau pingsan.

Mereka, teman-teman dikantor, hanya ngomong seenak perutnya sendiri. He he seandainya mereka yang merasakan mungkin tak akan mudah mencibir.Tak akan mudah ngomong seenaknya. Tak akan mudah mencemooh.

Belum lagi mikir keuangan yang sekarang selalu ngepress ! Tadi pagi, isterinya minta uang untuk arisan ibu-ibu di kampung, dan uang di dompet sudah kosong, tinggal untuk beli bensin pp ngantor. Entahlah bagaimana isterinya hendak mengatasinya nanti. 

Beras dan kebutuhan sembako sudah habis. Bayaran sekolah anak-anak belum dilunasi. Lagi-lagi ini sudah tanggal 20, paling lambat bayar tagihan PAM dan Listrik !  Kalau tidak kena denda atau listrik dicabut ! Pusiiiing...Ya Allah..Harus kemana lagi cari duit dengan badan sakit begini ? Allah..tolonglah saya..

Itu belum seberapa. Ketambahan dirumah, isteri tak mau tahu kalau dirinya benar-benar sakit. Tanpa perasaan isterinya selalu bilang :”Pak..pak, sakit kok tak sembuh-sembuh. Mbok berobat yang bener !”..”Mbok cari uang tambahan pak, untuk bayar hutang. Hutang kita sudah menggunung.."

Itulah problematika yang terjadi pada para penderita maag kronis dan gerd yang lama tak sembuh-sembuh. Tidak saja mengenai ibu-ibu namun juga bapak-bapak. Keharmonisan rumah tangga juga sering terganggu saking tidak fahamnya mereka akan penyakit maag dan gerd. Sehingga sering terjadi kurang pengertian serta toleransi. Banyak kok yang akhirnya bercerai, karena salah satunya tak kuat menanggung beban.

Ekonomipun jadi sering tekor atau kedodoran. Karena pengeluaran untuk berobat yang terus menerus. Sementara sumber penghasilan ya dari itu-itu saja, tak ada yang lain. Hal ini tak pernah menjadi masalah bagi yang mampu. Masih banyak aset atau simpanan harta yang bisa dijual untuk berobat. Meskipun begitu lama-lama terasa juga. Loh perhiasannya kok sudah habis. Lah tanahnya beberapa tempat juga sudah dijual untuk pengobatan modern yang banyak membutuhkan biaya mahal. Namun hasilnya masih tetap NIHIL !!! Itulah uniknya sakit maag dan gerd ! Sangat sulitnya diobati !

Demikian juga bagi para pelajar dan para mahasiswa mahasiswi yang terkenai. Banyak diantara mereka yang kemudian cuti kuliah atau bahkan terpaksa DO ( Drop Out ), karena pengobatannya memerlukan waktu yang lama dan tak terukur.

Saya sering membantu menangani pengobatan mereka, para mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi, sehingga tahu. Bahwa sakit maag dan gerd ini bukan saja mengenai orang-orang dewasa, namun juga anak-anak muda.

Sangat disayangkan pemerintah kurang tanggap terhadap kasus maag dan gerd ini, sehingga belum ada satupun di Indonesia Pusat Rehabilitasi Sakit Maag Dan Gerd ! Sedangkan untuk penyakit-penyakit tertentu yang sulit penanganannya sudah didirikan Rumah Sakit Khusus untuk menanganinya. Seperti Rehabilitasi Jantung Harapan Kita di Jakarta. Rehabilitasi Paru-Paru di Rewulu Wates. Rehabilitasi Kanker Indonesia di Jakarta.

Padahal, untuk penyakit maag dan gerd ini, di Indonesia sudah merupakan penyakit yang menggejala di masyarakat. Hampir setiap keluarga, selalu saja ada anggota keluarga yang terkena maag, hanya saja hal ini tak pernah mereka perhatikan. Tahu-tahu maag sudah berkembang menjadi gerd, atau asam lambung yang parah.

Mudah-mudahan kedepan di Indonesia ada Pusat-pusat Rehabilitasi bagi penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan dimana memerlukan penanganan yang khusus. Khususnya Rehabilitasi untuk maag dan Gerd ! Aamiin Ya Rabb. 

Saya ingin mendirikan klinik Rehabilitasi Maag Dan Gerd, namun sarana dan prasarananya masih jauh dari terwujud. Baru niatan saja yang menggebu !!! Terserah Allah sajalah !

Maag Dan Gerd Menguji Kualitas Diri. Memang betul !

-    Seberapa jauh iman kita ?

Sakit maag dan gerd yang lama tak sembuh-sembuh sering membuat krisis iman kita. Sudah berobat kemana-mana. Berganti-ganti dokter. Berpindah-pindah alternatif. Mencoba macam-macam terapi, namun masih nihil hasilnya. Penyakit masih betah ngeram di badan. Biaya masih terus mengalir, bahkan makin parah makin banyak biaya yang harus dikeluarkan.

Sementara dari kita penderita, banyak yang mengeluh, Allah Tak adil. “Dimanakah Allah ? Mengapa tak mendengar dan menjawab doa-doaku ?”. Suamiku. Anakku. Saudara-saudaraku sudah bosan merawatku.  “Bukan hanya mereka saja yang bosan merawatku. Aku yang sakitpun sudah bosan dengan penyakitku yang tak sembuh-sembuh” Begitulah gerutu kalian. Banyak lagi yang lalu putus asa. “Mengapa Allah tidak mengambil saja nyawaku, daripada aku menderita dan tersiksa sepanjang waktu seperti ini”. “Lebih baik aku mati saja. Aku benar-benar sudah tak tahan dengan apa yang kurasakan setiap waktu !”

Tapi ada juga kalian yang sabar. “Ya Allah, Engkau beri hamba sakit, pasti ada obatnya. Hanya belum ketemu. Pertemukan hamba Ya Allah, dengan obat dari sakitku ini”. Atau :”Ya Allah sabar serta kuatkanlah diri saya untuk menjalani ujianMu yang begini berat. Ampunilah segala dosaku”. “Ya Allah sudah pantas kalau Engkau berikan hukuman sakit ini kepadaku, mengingat dosa-dosaku kepadaMu yang sudah tak terhitung lagi. Semoga dengan sakit yang Engkau berikan kepadaku ini, bisa meringankan dosa-dosaku. Ampunilah dosa-dosaku Ya Allah. Dan jauhkan diriku dari segala dosa serta kemaksiatan, seperti yang dulu sering kulakukan”

Kalian yang sabar tak banyak keluhan. Setiap sakit kalian tahan dengan untaian doa dan kepasrahan. Pagi, siang, sore, dan malam. Kalian tak pernah lepas dengan doa-doa kalian. Kalian berharap, sebanyak doa yang kalian panjatkan kepada Allah, mudah-mudahan ada satu doa yang Allah dengar dan kabulkan untuk kalian. Yaitu doa pengampunan dosa dan kesembuhan. Subhanallah...

Dari cara kalian menjalani sakit akan kelihatan bagaimana kualitas iman kalian. Apakah kita yakin bahwa sakit ini adalah pensucian diri dari Allah SWT. Agar kita fitri kembali. Ataukah kita tak peduli dengan hikmah yang ada dalam sakit ini, sehingga kalian menjalani sakit ini sembarangan dan putus asa !

-    Seberapa jauh ketekunan kita

Banyak orang yang sakit tidak tekun menjalani upaya. Baru minum obat beberapa kali sudah bosan tak mau melanjutkan karena dirasa tak ada perubahannya. Baru minum morinda beberapa hari saja, dan merasakan reaksinya yang mual, yang pusing, yang diare, yang sembelit, yang lemas, yang demam sedikit saja, sudah menyerah. Padahal membelinya dengan mahal.

Reaksi itu memang harus dilewati, harus dirasakan, harus tabah menjalani kalau ingin sembuh dengan morinda. Karena kinerja morinda ketika ia bertemu dengan sel yang tak sehat dalam tubuh PASTI akan bereaksi. Reaksinya ya seperti yang saya sebutkan diatas tadi. Jika tak mau merasakan reaksinya, ya jangan mengharapkan sembuh dengan morinda. Padahal untuk sementara ini, herbal yang terbukti mustajab untuk mengobati maag kronis dan gerd barulah morinda lebih-lebih kalau bisa didukung dengan terapi minum air mentah yang higienis. Subhanallah ! Luaaar biasa !

Jika kita ingin segera sembuh dari maag dan gerd, harus tekun. Tekun minum obatnya. Tekun berdoa kepada Allah SWT. Sang Pemilik Kesembuhan. Dan tekun menjalani apa saja yang mendukung kesembuhan. Misal tak boleh naik motor dulu, ya berusahalah jangan naik motor dulu. Perut tak boleh diurut, ya jangan diurut dulu. Tak boleh angkat yang berat-berat, ya jangan angkat yang berat-berat dulu.

“Setiap ketekunan selalu akan membuahkan hasil” , ketahuilah !

-    Seberapa jauh kesabaran kita

Ketika sakit tak sembuh-sembuh, kita sering kehilangan kesabaran kita.
Kesabaran dalam menjalani sakit.

Banyak kan yang kemudian tak sabar dalam menjalani sakit ? Banyak mengeluh. Ngata-ngatain dokternya dokter yang tak becus, untuk apa praktek ? Ngobatin maag saja tak sembuh-sembuh ? Tak sabar dengan pelayanan orang-orang yang merawat kita. Entah itu suami atau isteri. Entah anak atau saudara. Padahal mereka sudah sangat telaten merawat kita. Dan mungkin sudah mengurbankan kepentingan-kepentingan mereka untuk merawat kita. Iya kan ?

Sabar dalam minum obat.

Kalian ini maunya instan. Maunya sekali minum obat, penyakitnya langsung cling ! sembuh ! Demikian dengan minum morinda. Maunya dengan satu botol saja penyakit kalian akan sembuh total ? Ya mana ada ? Lha wong morinda itu, botol pertama baru untuk kebutuhan cleansing atau detox penyakit. Dan itu juga masih tergantung pada berat ringannya sakit. Makin parah sakit makin banyak juga kebutuhan akan morindanya. Minum obat apapun harus sabar, agar lekas sembuh. Karena obat apapun selalu melalui proses didalam tubuh.

Sabar dalam berdoa.

Kalian pasti selalu memohon kesembuhan kepada Allah SWT. Agar segera diberi kesembuhan. Namun tentu banyak dari kalian menjadi bosan dan putus asa untuk terus berdoa dan berdoa. Karena seolah doa kalian hanya terbang diudara dan tak pernah sampai. Seolah Allah tak mendengar doa-doa kalian apalagi mengabulkannya. Buktinya kalian belum sembuh sembuh juga, padahal sepertinya kalian sudah mengerahkan segala daya upaya kalian.

Pemahaman seperti ini keliru ! Karena Allah sangat senang dengan orang-orang yang berdoa. Apalagi yang berdoa adalah Umat Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Apalagi jika mereka yang berdoa itu sabar dan bersungguh-sungguh. Dan Allah sedang memilihkan yang terbaik untuk kita. Namun kita tak sabar menunggu dikabulkannya doa, itulah masalahnya. Sehingga ketika doa hendak dikabulkan, kita sudah berdoa untuk yang lainnya lagi, sehingga Allah urungkan untuk mengabulkan doa yang sebelumnya. Doa untuk kesembuhan. Lalu salahkah Allah jika kemudian kita tak sembuh-sembuh ? Yuk kita renungkan bersama !

Sabar dalam berikhtiyar.

Tentu kita sudah berikhtiyar dengan semaksimal mungkin. Untuk mengobati sakit kita. Namun belum sembuh-sembuh juga. Hingga harta kita sudah habis untuk berobat belum juga sakit kita sembuh. Pikir kita. Sakit kita sembuh karena obat ! Sehingga jika tak ada lagi uang untuk membeli obat, ya sudahlah, tak perlu berikhtiyar lagi.

Kita lupa, sebenarnya yang dahsyat bukan obatnya. Namun Ridho Allah bagi kesembuhan ini. Obat habis tak soal. Karena yang dahsyat, yang menyembuhkan adalah kekuatan Allah bukan kekuatan obat. Jadi burulah Ridho Allah agar turun ijin kesembuhanNya bagi kita. Dengan apa ? Dengan doa yang istikhomah, yang sungguh-sungguh ! 

Doa bisa langsung, bisa dengan media, misal air putih, atau makanan. Mohonlah dengan sungguh-sungguh agar air putih itu bisa menjadi wasilah kesembuhan bagi sakit kita. Jadi tak perlu dengan obat. Jika yakin so pasti akan sembuh. Bismillah..

-    Seberapa jauh toleransi kita

Sakit yang tak sembuh-sembuh sering menguji seberapa jauh toleransi kita kepada orang lain. Iya kan ? Sudah laper nih. Nasi lembek belum mateng. Marah! Nyuruh anak beli obat, eh lupa dibeliin, karena anak banyak tugas kampus. Emosi ! Mau periksa ke rumah sakit. Sopir agak lambat bawa mobilnya, marah ! Padahal sopir pelan bawa mobil khawatir lambung juragan tambah sakit kena guncangan kendaraan. Dengar laporan istri uang sudah habis. Berang ! Padahal memang minggu ini banyak sekali kebutuhan yang harus ditutup.

Duh..duh..duh..kapan mau sembuhnya kalau dikit dikit emosi, marah, kecewa ? Semuanya harus ! harus ! harus ! sesuai dengan maunya. Blas tak ada toleransi kepada orang lain. Mentang-mentang sudah keluar uang, mau seenaknya sendiri. Bukankah mereka semua juga manusia seperti kita, yang jika diperlakukan tak baik, dimarahi, dibentak, dikatain kasar juga akan sedih akan tersinggung ?

Apa yang tak ingin orang lakukan kepada kita, sebaiknya jangan pula kita lakukan kepada orang lain. Oke ?

-    Seberapa jauh rasa kasih sayang kita kepada sesama

Ketika kita sakit tak sembuh-sembuh, kita diuji seberapa jauh rasa kasih sayang kita kepada sesama kita, terutama orang-orang yang merawat kita. Jika kita mau minta tolong kepada seseorang, tengganglah ia sedang repot tidak, sedang lelah tidak, jangan mentang-mentang kita punya banyak uang dan mampu membayarnya. Memintalah tolong dengan halus, dan ucapkanlah terima kasih dengan tulus jika seseorang telah menolong kita. Jika kita masih bisa melakukannya sendiri, janganlah meminta tolong kepada orang lain. Ini akan menjadi kebiasaan buruk. Suka menyuruh-nyuruh orang ! Begitulah kita bisa mengukur seberapa kasih sayang kita kepada orang lain dari sejauh mana toleransi kita kepadanya.

-    Seberapa jauh keikhlasan kita

Sakit kita yang belum sembuh-sembuh juga sering menguji keikhlasan kita.
Banyak diantara kita yang belum nyadar. Bahwa sakit adalah rencana Allah untuk membenahi diri dan kehidupan kita. Karena ada yang tak benar dimata Allah. Sehingga banyak diantara kita yang tak ikhlas menerima sakit ini. Bahkan dengan enaknya menyalahkan orang lain. Menyalahkan isteri, suami, anak, boss di pekerjaan, teman dan siapa saja. Dianggapnya sebagai penyebab sakit maag ini.

Semakin kita banyak menyalahkan orang lain. Dan tak mau interospeksi diri serta jauh dari keikhlasan, maka akan semakin lamalah kita sembuh dari sakit kita. Seperti saya dulu ! hingga 18 tahun lamanya ! Kalian mau ?

Oleh karena itu kutulis pengalaman yang merupakan hikmah ini, agar kalian tak perlu berlama-lama sakit seperti saya. Usia habis dimakan penyakit ! Yuk kalian ikhlas menjalani sakit ini agar Allah Ridho, dan kalian segera sembuh ! Aamiin..

-    Seberapa jauh rasa syukur kita kepada Allah SWT.

Dalam kondisi sehat saja kita sulit sekali mensyukuri nikmat. Apalagi ketika kita sakit. Kita harus sungguh-sungguh mensyukuri hidup apapun bentuknya. Karena itu adalah pemberian Allah. Sehat atau sakit. Susah atau senang.  Bahagia atau menderita.  Karena didalamnya selalu terkandung maksud baik Allah bagi kehidupan kita. Bukan saja kehidupan dunia namun juga kehidupan akherat kita kelak.

Sakit sering menguji rasa syukur kita. Ada yang sakit mengeluh tak putus-putusnya. Tapi ada yang sakit selalu sabar dan tetap syukur menjalaninya. Ia yakin bahwa badai pasti akan berlalu. Segala hal ada saatnya. Saatnya sakit ya sakit. Saatnya sembuh pastilah sembuh. Inilah yang perlu kalian ketahui. Agar kita selalu bisa mensyukuri nikmat, sehingga akan ditambahkannya nikmat-nikmat yang lainnya kepada kita, bukannya diCabut nikmat-nikmatNya dari kehidupan kita. Jika Allah mencabut nikmat-nikmatNya dari diri dan kehidupan kita. Kita bakal terpuruk, bahkan menangis air mata darah. Jangan sampai ya kawan ?

-    Seberapa jauh kerendahan hati kita

Sulitnyaa berendah hati kepada Allah SWT..Karena kita merasa bahwa segala apa yang ada pada kita, kesuksesan, kebahagiaan, kemuliaan, ketenaran, adalah hasil jerih payah kita sendiri. Adalah hasil dari kerja keras yang kita lakukan ! Sehingga karena kasih sayang Allah kepada kita, diberinya kita sakit. Untuk mengikis segala kesombongan kita, kejumawaan kita, agar kita merasa bahwa kita ini, manusia, tak punya daya serta kekuatan apapun tanpa pertolongan Allah SWT. !

-    Seberapa jauh kebakhilan kita

Ada kalanya ketika sakit akan nampak kebakhilan kita. Watak asli kita. Sangat pelit mengeluarkan uang ! Padahal harta kita berjibun banyaknya. Bahkan untuk membeli obatpun sangat pelit. Maunya obat yang murah-murah, karena sayang jika uangnya berkurang untuk membeli obat. Padahal badan mempunyai hak untuk dirawat. Agar tetap bertahan hidup. Jika lapar harus makan. Jika sakit juga harus diobatkan. Tapi alangkah pelitnya kita. Untuk membeli obat saja pelit. Apalagi untuk memberi uang kepada orang-orang yang telah merawat diri kita. Sebagai ungkapan terima kasih, sebagai penghargaan atas kebaikannya merawat sakit kita, dan sebagai sedekah untuk menjolok ke Ridhoan Allah SWT.

-    Seberapa jauh nafsu kita

Mengapa sakit kita tak sembuh-sembuh ? Biasanya karena kita tak bisa mengendalikan nafsu kita. Nafsu apa saja ! Nafsu makan. Nafsu bekerja. Nafsu bepergian. Nafsu sex. Nafsu angkara dan nafsu-nafsu yang lain. Dalam sakit maag ini kita benar-benar diuji oleh Allah untuk mengendalikan nafsu.

Nafsu makan : jika kita makan sembarangan baik jenisnya maupun porsinya maka sakit maag kita bakalan tak sembuh-sembuh. Nafsu bekerja : Jika kita bekerja ngoyo..tidak ingat bahwa lambung kita sedang sakit, pasti juga gerd kita akan kambuh karena kelelahan. Nafsu bepergian : jika kita tak bisa mengendalikan nafsu bepergian apalagi jarak jauh, maka juga akan menghambat kesembuhan lambung kita karena terkena guncangan kendaraan dan kelelahan. Nafsu sex : jika kita tak bisa mengendalikan nafsu yang satu ini, maka sakit maagpun tak bakal segera sembuh, karena untuk berhubungan suami isteri, kondisi biasanya langsung dropp.

Jadi mampu tidak kita mengendalikan nafsu-nafsu kita agar lekas sembuh ? Itu terserah kalian semua !

-    Seberapa jauh ketergantungan kita kepada Allah SWT ?

Nah inilah yang terpenting. Mampukah kita hanya bergantung saja kepada Allah SWT. Untuk segala hal dalam hidup kita ? Sejauh mana ketergantungan kita kepada Allah SWT. Maka ketika sakit lama tak sembuh-sembuh ini akan terlihat kualitas diri kita. Bagaimana sebenarnya diri kita ini. Termasuk type yang manakah diri kita ? Apakah kita sudah menjadi manusia yang “Berkualitas” ? Yang bertaqwa kepada Allah SWT. ? Manusia Islam yang kaffah ? Yuk kita renungkan sejenak !

Demikian, “maag dan Gerd Menguji Kualitas Diri”. Semoga ada manfaatnya. 

Insya Allah semoga bisa bertemu lagi dalam artikel yang akan datang. Dan semoga kalian semua cepat sembuh ya !

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Purworejo, 9 juli 2017

Salam Perenungan
Niniek SS

Apakah Kita Sudah Bersyukur ?

Bismillahirrahmanirrahiim...

Apakah Kita Sudah Bersyukur ?

Sahabat Niniek SS. yang saya sayangi semuanya...

Marilah coba kita cermati apakah kita sudah bersyukur setiap saat dalam hari-hari yang kita lalui.

Banyak orang bisa mengucapkan “Alhamdulillah...” namun sebenarnya hatinya belum bersyukur kepada Allah SWT...mulutnya memang mudah mengatakan, namun hatinya masih sulit untuk meng”iya”kan..bersyukur !

Ketika melek mata bangun pagi, siapakah yang kita ingat pertama kali ? Apakah Allah ? belum tentu ! Bisa jadi pertama kali yang kita ingat, wah ini sudah jam berapa ? Aduh aku bangun kesiangan..sudah jam 5.00 mana nasi habis, belum ada yang untuk sarapan anak-anak. Astaghfirullah...Lalu sholatnya seperti dikejar anjing, terbirit-birit..yang ada dalam hatinya, pikirannya, bukan Allah...tapi sesudah sholat ini, mau buru-buru nanak nasi dan bikin telor ceplok..

Nah luu..Lalu siapakah Tuhan yang kita sembah tadi ketika sholat ? BayanganNyapun tak nyangkut ? Apalagi rasanya ? Apalagi wujudNya ? Jika sudah begini, bagaimana sholat mau “nyambung”, bagaimana doa mau “makbul”...mustahil bukan ?

Nah inilah salah satu jawaban, mengapa sholat kita sering tak tumakninah, doa sering tak terkabul. Karena dilakukan dengan “terburu-buru” dan asal saja, sembarangan !!! Boro-boro ta’zim !

Mustinya ketika pertama kali bangun, melek mata, tersadar, bahwa ternyata kita masih diijinin hidup, tidak mati ketika semalam tidur, hati bersyukur kepada Allah, lalu diikuti dengan mulutnya berbisik lembut mengatakan “Alhamdulillah Ya Allah, masih Engkau beri kami hidup kembali hari ini, berkahilah hidup kami sekeluarga hari ini, bimbinglah senantiasa, dan lindungilah kami. Jauhkanlah kami dari dosa, dan dekatkanlah kami kepada taqwa kepadaMu, dan berikanlah kemudahan serta RidhoMu, agar hidup kami penuh manfaat hari ini Ya Allah”...Lalu menginjakkan kaki ke bumi setelah turun dari tempat tidur, dengan perlahan ucapkanlah “bismillah”...Tidak tergesa-gesa. Tidak buru-buru !

Artinya, kita mengawali hari dengan Nama Allah..tentu akan ada keberkahan dalam hari itu, ada perlindungan, ada pertolongan, ada bimbingan, dan ada Ridho Allah SWT.

Namun jika bangun sudah terburu-buru, sholat terburu-buru, semuanya terburu-buru..Lihat saja apa yang akan terjadi sepanjang hari itu ! Banyak kegagalan, kegelisahan, keluh kesah, mungkin kesialan atau ketidaknyamanan yang lain...

Sahabat Niniek SS yang saya hormati...

Apa sih makna bersyukur ? Apakah dengan mengucap alhamdulillah sudah cukup syukur kita ?

Suatu hari saya mendapatkan oleh-oleh dari kenalan yang datang kerumah, ada 2 kg gula pasir ( gulaku ), teh sariwangi 2 kotak, kue-kue kering, juga kue-kue basah..Saya sangat bersyukur, atas kasih sayang dari kenalan tadi, yang mau repot-repot membawa buah tangan untuk saya, yang pada galibnya itu adalah pemberian dari Allah SWT.

Tanpa digerakkan oleh Allah, mana mungkin kenalan saya membeli oleh-oleh yang cukup berharga bagi kondisi keuangannya yang tak berlebih ? Alhamdulillah...Sepulangnya kenalan saya dari rumah saya, saya langsung berpikir, kepada siapa lagi pemberian ini harus diteruskan ?

Lalu saya hanya mengambil 1 kg gulaku saja serta satu dua potong kue basah. Dan yang lainnya, teh sariwangi serta semua kue kering dan dan kue basah yang lain langsung saya berikan kepada tetangga agak jauh, yang janda dan punya anak yatim. Saya tambahkan beras, telor dan mie yang saya beli di warung sambil lewat ketika kerumahnya. Serta uang yang pantas untuk transport anaknya ke sekolah.

Ada kebahagiaan yang luar biasa, direlung hati melihat ibu janda itu menangis menerima pemberian itu..sambil mulutnya berbisik lirih..”alhamdulillah, matur nuwun sanget bu Nien” ( Alhamdulillah, terima kasih sekali bu Nien)...suaranya tercekat di tenggorokan...

Bagi saya mungkin pemberian itu tak seberapa, apalagi saya hanya menyalurkan oleh-oleh dari tamu. Namun bagi ibu janda itu, betapa teramat berharganya pemberian itu. Mungkin saja saat itu ia benar-benar tak punya uang sepeserpun. Tak punya beras, tak punya apa-apa untuk dimakan. Dan mungkin saja ia sedang bersedih memikirkan uang saku untuk anak-anaknya besuk pagi ke sekolah ? 

Sedangkan ia punya anak-anak yatim yang harus makan, butuh biaya sekolah dan kebutuhan lain. Tentu ketika ada rejeki yang tak terduga seperti tadi, hatinya takjub kepada kebesaran Allah, rasa syukurnya tak terhingga sehingga menyebabkan ibu janda itu menangis, tak bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas karena saking terharunya.

Setan berbisik dalam hati saya :”Nien alangkah bodohnya kamu. Ngapain gula pasir serta teh sariwangi kamu kasihkan kepada ibu janda itu ? Bukankah dirumahmu sering banyak tamu ? Dan kamu sendiri selalu minum dengan gula pasir “gulaku” dan teh sariwangi ? Dan kue kering itu bukankah bisa kamu simpan untuk tamu-tamumu nanti ? Dan kue-kue basah itu bukankah kue kesukaanmu ?

Karena sudah lama belajar, saya jadi sering tak menggubris bisikan setan tadi. Ia memang selalu menjadi provokator jika saya hendak berbuat baik. Dan saya sering menjadi tak peduli kepada bisikan setan, karena ia sering memperdaya dan menjebak !!!

Sahabat Niniek SS yang saya sayangi, dimanapun kalian berada...

Syukur bukan sekedar ucapan alhamdulillah. Tapi adalah tindakan nyata dimana kita sungguh-sungguh merasa “cukup” dengan pemberianNya..

Semisal kita sudah punya motor yang masih bisa dipakai untuk lalu lintas. Tiba –tiba tetangga beli motor baru yang bagus...Hatinya langsung tergerak :”Ah saya juga mau beli..Kredit juga gak papa, bukankah sisa gaji masih cukup jika diambil untuk angsurannya ? mengapa tidak”..Lalu ia berunding dengan isterinya kalau ingin ambil kredit sepeda motor yang baru, sisa gajinya masih cukup ini diambil untuk angsurannya.

Isterinya, yang tak tahu hitungan gaji suaminya, menurut saja apa kata suami. Karena ia setiap bulannya hanya dijatah suaminya, dan tak pernah tahu urusan gaji suaminya. Tunjangan-tunjangan, uang lemburan maupun uang insentif yang lainnya. Isterinya adalah profil perempuan yang sederhana, lugu dan penurut, dan tak banyak tuntutan. Subhanallah...

Apakah laki-laki ini adalah laki-laki yang bersyukur ? Mustinya, ketika melihat tetangganya beli motor baru, ikut senang. Bukan ikut-ikutan ingin beli, meskipun kredit. Sedangkan motornya bukannya masih bagus untuk berangkat ketempat kerja ? Tak pernah mogok atau rewel ? Jadi uang yang harusnya untuk angsur motor baru, bisa untuk kebutuhan lain..Padahal sebentar lagi anaknya yang sulung lulus SMP, butuh uang pendaftaran untuk masuk SMA yang tak sedikit memerlukan uang !

Akhirnya benarlah dugaan kita. Ketika anak sulungnya diterima di SMAN, membutuhkan uang banyak..Uangnya tak cukup untuk membayarnya karena sudah untuk membayar uang muka motor kemarin ! Nah, ujung-ujungnya ia meminjam pada bank mingguan yang bunganya tak kalah besar dengan bunga rentenir.

Inilah kebangkrutan ekonomi keluarga kecil pada umumnya disekitar kita, main ambil kredit tanpa pikir panjang kesudahannya. Allah sudah berfirman jauhi riba...Yang meminjamkan uang dengan yang meminjam riba sama saja hukum dan dampaknya dalam kehidupan, karena melanggar perintah Allah SWT.

Allah SWT. sebenarnya selalu memberikan rejeki “cukup” kepada setiap orang..sesuai dengan kebutuhan masing-masing dalam setiap makom orang...Jika ada yang sampai kurang/berhutang, pasti ada yang “error” dalam hidup kita. Dan itu PASTI ! 

Bukan orang lain yang salah tapi diri kita sendiri yang kurang bersyukur dengan apa yang ada, sehingga terpaksa harus berhutang untuk sesuatu yang belum ada, yang mungkin itu bukan kebutuhan yang benar-benar mendesak, namun hanya menuruti nafsu yang sering menjerumuskan manusia.

Semisal saja begini : Hari ini, Allah berikan rejeki makanan hanya untuk cukup dengan lauk tahu dan tempe. Itulah takdir kita, karena uang kita memang hanya cukup untuk membeli tahu dan tempe saja. Namun nafsu berontak :”Ah tahu lagi, tempe lagi, bosan !!!”. Lalu nafsu memerintahkan otak untuk berjalan ke warung agar hutang telor ayam, bayarnya gampang kapan-kapan kalau sudah ada uang...

Nah, jika kita menurutinya berjalan ke warung berhutang telor, jadilah kita punya hutang telor ayam di warung...Sehari, dua hari, seminggu hingga sebulan, ditunggu-tunggu belum ada juga rejeki uang untuk membayar hutang telor. Mulailah hati gelisah, tidur tak nyenyak makan tak enak..Terjadilah pergunjingan :”Eh bu Nien sudah lama banget hutang telor hanya ½ kg tak dibayar-bayar lho ?”...lalu ramailah pergunjingan dikalangan ibu-ibu, bu Nien hutang telor di warung Bu Inah tak dibayar-bayar !

Tapi lain ceritanya jika ketika kita makan dengan lauk tahu atau tempe, bersyukur. “Alhamdulillah Ya Allah..Engkau beri kami rejeki yang cukup. Nasi putih hangat dengan sayur bening bayam dan lauk tempe goreng serta sambal, alangkah lezatnya..Kami bisa makan dengan enak, ada rejeki yang Engkau berikan, tenggorokan tak ada kendala untuk menelan. Badan kami sehat-sehat saja, sehingga makan apapun saja enak. Alhamdulillah Ya Allah, Engkau berikan kami kesehatan dan keselamatan untuk kami sekeluarga.

Nah meskipun mungkin terbayang telor dadar ketika makan, namun hati menangkisnya :”Ya, insya Allah kalau ada rejeki lebih, dan Allah Ridho, pasti saya bisa makan telor dadar di lain waktu”..

Jika demikian maka tak akan pernah terjadi Bu Nien hutang telor di warung. Tak akan pernah terjadi tidur tak nyenyak makan tak enak karena memikirkan hutang telor. Tak akan terjadi rasa malu kepada pemilik warung, dan tak akan terjadi pergunjingan di warung gara-gara hutang telor tak mampu bayar. Iya kan ? Dan Allah Ridho kepada kita, karena kitapun Ridho kepada pemberianNya yang hanya berupa lauk tahu atau tempe saja.

Bandingkan keadaan yang pertama karena kita tak bersyukur, dengan keadaan yang kedua karena kita bersyukur. Lebih menenteramkan yang mana ? Lebih membahagiakan yang mana ? Lebih dihargai orang yang hidupnya sederhana namun tak punya hutang, atau yang berhutang tak mampu bayar ?

Ini adalah pelajaran sepele yang mungkin luput dari perhatian kita. Namun cobalah renungkan teman. Allah itu sangat menghargai seseorang yang selalu merasa cukup dengan pemberianNya ( qona’ah ), dan sebaliknya tidak suka dengan orang yang hidup selalu merasa kurang, meskipun yang DiberikanNya sebenarnya sudah selalu cukup.
Orang yang selalu merasa cukup dengan pemberian Allah, itulah sesungguhnya orang yang tahu bersyukur. Sedangkan janji Allah, barang siapa yang selalu bersyukur, maka akan ditambahkanNya nikmatNya kepadanya...

Lihatlah kehidupan orang-orang yang bersyukur...Tenang...damai...tak pernah ada masalah dalam kehidupannya. Dan semuanya berjalan dengan mulusnya...Makan seadanya. Pakaian seadanya..Sekolah anak-anak selalu berprestasi. Saatnya maghrib anak-anak dirumah membaca Al Qur,an, sesudah cukup dilanjutkan dengan belajar.

Saatnya ulangan nilainya selalu bagus. Saatnya kenaikan kelas alhamdulillah selalu naik dengan prestasi yang selalu gemilang. Tak pernah dipanggil guru karena kenakalan di sekolah. Saatnya kelulusan alhamdulillah lulus dengan baik. Dan saatnya mencari sekolah lanjutan, mulus jalannya, seolah Allah selalu memberikan yang terbaik kepada keluarga orang ini. Bahkan seringkali, sebelum lulus sudah ditawari pekerjaan !

Apakah keberuntungan itu datangnya tiba-tiba, bagaikan rejeki nomplok ? Tidak ada yang tiba-tiba dan kebetulan. Semuanya melalui proses. Proses perjalanan dan waktu.

Sebagaimana contoh diatas tadi, cerita punya cerita, rahasianya ya karena ia sekeluarga selalu belajar bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT. dan taat kepada Hukum-hukumNya !

Jika rasa bersyukur ini selalu ditanamkan sejak awal dalam diri anak-anak, maka anak-anak ini kedepan, tidak akan mudah tergoyahkan oleh glamournya kehidupan. Karena sejak kecil sudah terbiasa menjalani kesahajaan dengan bersyukur. Akan menjadi anak-anak yang tangguh, tidak cengeng menghadapi masalah. Karena sudah terbiasa mensyukuri apa yang ada, dan selalu menggantungkan segala hal kepada Ridho Allah semata.

Sahabat Niniek SS.dimanapun berada..

Jika kalian ingin hidup tenang, banyak keberuntungan, belajarlah bersyukur dengan apa yang ada..Boleh berangan-angan atau bercita-cita tapi jangan bernafsu, karena kalian akan terpuruk kepada kerugian bahkan kebangkrutan hidup yang tak pernah kalian sangka-sangka sebelumnya...

Kalian tahu ? Ada sebuah kisah nih. Ada suami isteri yang pekerjaannya, suaminya sebagai guru SMA senior, dan isterinya guru SMP senior. Artinya masa pengabdiannya sudah cukup lama. Anaknya tiga, laki-laki dan  dua perempuan.

Seharusnya, jika mereka berdua selalu bersyukur, kehidupan mereka sudah sangat mapan. Sudah memiliki rumah sendiri di sebuah perumahan elit. Sudah mempunyai mobil bagus dan motorpun beberapa. Harusnya cukup dengan penghasilan mereka berdua yang dua-duanya mendapatkan tunjangan sertifikasi bukan ?

Namun apa ? Suami isteri itu adalah tipe orang yang wah, senang dipuji, dan selalu menjaga image. Sehingga sering sekali ganti perabotan rumah tangga meskipun masih sangat bagus. Ganti-ganti mobil. Ganti-ganti tas, baju, sepatu, dan segala aksesores diri yang lainnya.

Awalnya gajinya mencukupi. Lama-lama ? Karena keinginannya membeli barang-barang baru tak terbendung, maka dibelinya segala barang baru dengan kredit. Krdeit mobil, kredit motor, kredit baju-baju baru, kredit perabotan rumah tangga yang baru, kursi, lemari baju, TV, sampai ke tas sekolah dan panci presto dikreditnya.

Akhirnya, angsuran kreditnya membengkak. Bingung untuk menutupnya. Ujung-ujungnya pinjam koperasi sana koperasi sini. Inipun masih kurang. Lalu terpuruklah keluarga ini kedalam lubang rentenir yang susah sekali untuk terlepas. Hari-hari hidupnya hanya dibelenggu hutang !!! Tak tersisa sedikitpun konsentrasinya untuk memikirkan yang lain. 

Meskipun mulutnya tersenyum, namun pandangannya kosong dan menderita. Karena setiap saat penagih hutang mendatanginya. Mendesaknya...Bahkan mengancamnya !

Kita semua tidak ingin seperti ini bukan ? Hidup dalam bayang-bayang hutang dan kesedihan, sehingga persoalan yang lain menjadi terabaikan, termasuk ibadah kita ? Compang – camping teman !

Bersyukur adalah menghargai pemberian.

Kita sering mulut mengucapkan alhamdulillah. Namun hati tak konek blas kepada Allah. Seolah-olah sudah syah jika mulut kita mengucapkan alhamdulillah untuk rasa syukur kita.

Jika bersyukur adalah menghargai pemberian, lalu bagaimana cara kita mewujudkan penghargaan kita kepada yang memberi sesuatu kepada kita ?

Siapakah yang selalu memberikan kebutuhan kepada kita setiap saat tanpa kita minta, tanpa mengucapkan sepatah katapun ketika menyerahkan pemberianNya kepada kita, seolah tak peduli dengan apapun yang diberikanNya kepada kita ?

Dari soal pemberian hidup dan kehidupan, pemberian nafas, pemberian kesehatan dan keselamatan, pemberian pertolongan, pemberian rejeki, pemberian prestasi, kebahagiaan, keberuntungan, kemuliaan, ampunan, rahmat dan karunia ? Siapa ? Apakah kita bisa menghitung nilai atau harga pemberian yang kita terima setiap saat ini ? Tidak bukan ?

Bahkan, banyak yang tidak menyadari bahwa itu semua adalah pemberian. Pemberian dari Allah SWT, sebagai bentuk dari kasih sayangNya...Karena tak menyadari, maka tak tahu untuk menghargainya, apalagi mensyukuriNya ! 

Kita baru ngerti menghargai waktu setelah terlambat. Menghargai sehat setelah sakit. Menghargai betapa berharganya nafas yang Allah berikan, setelah menderita gerd dan nafas engap. Menghargai rejeki uang setelah tak punya uang dan sangat susah mencarinya. Dulu ketika berada enggan berbagi dengan para dhuafa. Kini ketika kondisinya dijungkirbalikkan oleh Allah dari orang berada menjadi orang yang susah makan baru tahu, betapa tanpa pertolongan Allah manusia hidup tak bisa ngapa-ngapain !

Oleh karena itu sekecil apapun pemberian Allah, hargailah, ucapkanlah syukur kepada Allah SWT. menghadaplah secara khusus sesudah sholat untuk bersyukur ! Lalu tindakan nyata, wujudkanlah ungkapan syukur dengan berbagi kepada sesama yang membutuhkan tanpa mereka minta lebih dahulu. Pemberian yang layak, yang pantas, bukan pemberian ala kadarnya, karena itu wujud ungkapan syukur kita kepada Allah SWT.

Coba saja bagaimana bingungnya jika lampu mati. Apakah mata kita ada fungsinya ? Gelap pekat bukan ? tanpa cahaya ? Bayangkanlah jika di dunia ini tak ada matahari atau bulan yang menyinari bumi ? Bayangkanlah jika udara yang kita hirup harus membayar ? Berapa harga yang harus kita keluarkan !!! Itu baru nilai dari cahaya dan udara. Lalu jika nilai dari nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita, kita hitung...mampukah kita menghitungnya ? Dan mampukah kita membayarnya ? Padahal setiap saat selalu kita butuhkan ? Dari sisi manakah kita bisa mendustakan nikmat-nikmatNya. Dari manakah kita tak harus bersyukur ?

Dosa besar jika kita menganggap kita bisa membeli segalanya, mentang-mentang kita punya segudang uang ! Demikian juga dosa besar pula, jika kita menganggap bisa membeli nasib orang dengan semena-mena mentang-mentang kita banyak duit. 

Ada hukum yang tak tertulis dan tak berbunyi, yang berlakunya adalah PASTI dan TERAMAT DAHSYAT ! Yaitu hukum Allah SWT.yang akan mengenai siapa saja tanpa kecuali yang melanggarnya dan tak mentaatinya.

Dengan pelanggaran Hukum Allah yang kita lakukan, sadar maupun tidak, bisa mengubah kehidupan kita 360 derajat dari aduhai menjadi astaga !!!???...Demikian sebaliknya, dengan ketaatan kepada Hukum-Hukum Allah yang kita takzimi setiap saat, bisa mengubah 360 derajad dari keadaan yang sangat memprihatinkan kepada derajad yang dimuliakan oleh Allah tak tanggung-tanggung.

Semuanya berawal dari bagaimana kita bersyukur.

Baiklah, demikian dulu artikel ini saya tulis, semoga bisa menjadi perenungan kecil di Bulan Ramadhan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan ini. Semoga kita semua bisa menjalani ibadah Bulan Suci Ramadhan ini dengan penuh keberkahan serta kesungguhan hati. Dan semoga ibadah kita layak, serta diterima oleh Allah SWT. Aamiin Ya Rabb. Tak lupa salam serta shalawat yang semulia-mulianya saya haturkan kepada Junjungan kita, Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW.

Alhamdulillahirabbil’alamiin...

Purworejo, 12 Juni 2017.

Salam Tauhid,
Niniek SS

Cara Mensikapi Pikiran Negatif Pada Sakit Maag Dan Gerd

Bismillahirrahmanirrahiim

Allah Maha Kuasa dengan segala CiptaanNya. Maha Suci dengan segala AsmaNya. Maha Lembut dengan segala SifatNya. Maha Tegas dengan segala HukumNya. Maha Sempurna dengan segala AturanNya. Maha Bijak dengan segala KetetapanNya. Dan Segala Maha yang lainNya.

Sahabat Sakit Maag dan Gerd dimanapun kalian berada...

Maag atau gerd tak sembuh – sembuh disebabkan oleh berbagai faktor pemicunya. Salah satunya adalah pikiran negatif yang seringkali melintas dalam benak kita dan sulit kita hindarkan. Pikiran – pikiran negatif inilah yang sering menghambat kesembuhan. Karena pikiran – pikiran ini seringkali hinggap dalam benak kita. Mungkin awalnya ringan. Namun makin sering kita pikirkan akan terakumulasi dalam bawah sadar kita.

Jika kita ketemu dengan hal yang berkaitan dengan apa yang sedang kita pikirkan, maka akan makin tercekamlah pikiran kita kepada hal tersebut. Jika hal ini tak segera kita atasi atau hilangkan, maka pikiran kita akan benar – benar menjadi terganggu. Dan jika hal ini terjadi terus menerus, maka lambung kita bisa menjadi semakin parah. Karena hubungan antara pikiran dengan lambung sangatlah eratnya.

PIKIRAN NEGATIF KEPADA ALLAH

Semua orang beragama tahu, bahwa Allah wajib kita sembah dan kita muliakan. Karena Allahlah bumi dan langit ada. Daratan dan lautan tercipta. Manusia dengan segala kebutuhannya terselenggara. Ada kehidupan. Yang kemudian berkembang menjadi dinamika budaya yang beraneka macam ragamnya.

Namun alangkah sulitnya untuk menempatkan Allah SWT. diatas segala kepentingan kita. Jika sedang menemui kesulitan, kita justru disibukkan dengan mencari solusi diluar Allah. Yang ujung – ujungnya justru membuat kita lebih terpuruk dan lebih jauh dari Allah SWT.

Ketika kita sakit maag atau gerd tak sembuh – sembuh berbagai pikiran melintas dalam benak kita campur aduk. Seringkali kita meragukan keadilan Allah kepada kita. Ketika kita demikian sulitnya hidup, disisi yang lain banyak orang – orang yang sepertinya lancar – lancar saja kehidupannya. Sepertinya mereka tak pernah mengalami kesulitan apapun !
Kita sakit maag atau gerd sudah begitu lamanya hingga bertahun – tahun. Sudah diupayakan dengan segala ikhtiyar namun belum kunjung sembuh juga. Hingga seluruh harta yang kita punyai ludes untuk berobat. Namun sakit kita tak kunjung sembuh juga. Sementara banyak orang yang katanya juga sakit maag, hanya beli proomaag di warung habis satu emplek sudah sembuh. Banyak juga yang katanya sakit maag, lalu ke dokter dan diberi obat maag, sembuh juga. Buktinya bertahun – tahun kemudian mereka tak pernah mengeluh sakit maag lagi. Bisa beraktifitas seperti biasa dan tak pernah ke dokter lagi.

“Apa sebenarnya yang Allah kehendaki dari sakit saya ini ?” Tentu banyak diantara kalian yang berfikir seperti itu. Lalu melintas ketidak adilan Allah di benak kita. Walaupun kita menjadi ragu – ragu sendiri terhadap tuduhan – tuduhan yang simpang siur kepada Allah. Kita menjadi ketakutan sendiri kepada Allah, takut jika tuduhan yang melintas dalam benak kita kepada Allah itu adalah tuduhan yang justru akan mendatangkan dosa baru dalam diri kita.

Kita tahu bahwa lintasan pikiran buruk kepada Allah adalah dosa, namun kita sulit sekali untuk mengusir atau menghilangkannya. Setiap kita kesulitan sesuatu, atau setiap kesakitan mendera, selalu pikiran buruk itu datang lagi dan datang lagi. Astaghfirullahaladziim..

Allah adalah Dzat Yang Maha Sempurna segalanya. Termasuk dalam mencipta, memberikan takdir, mengatur jalannya kehidupan, mengatur rotasi bumi, matahari, bulan dan bintang, serta gerak seluruh alam semesta raya. Tak ada yang meleset seinchipun setiap perhitungan Allah. Semua diciptakan dengan begitu sempurnanya, dengan ketelitian serta kecermatan yang Maha Tinggi.

Masihkah kita ragu ? bahwa kesedihan kita, sakit penyakit kita, segala kesulitan kita adalah bagian dari rencana Allah yang Maha Baik dan Maha Sempurna untuk kita ? Jika hidup kita telah ditetapkan dengan suatu ketentuan Yang Maha Baik, Yang Maha Sempurna dari Allah untuk kita, pantaskah kita mengeluh ? Menggerutu ? Bersungut – sungut ? Bersedih bahkan sampai putus asa ?

Jika sakit ini merupakan jalan menuju kesempurnaan diri, jalan menuju pengampunan Allah, menuju Kasih SayangNya, mengapa kita tidak menerimanya dengan ridho, dengan sabar, dengan tawakkal hingga kesembuhan itu datang ? Bahkan menyongsong karuniaNya diujung sana dengan sukacita dan penuh pengharapan ? Meskipun yang kita rasakan saat ini adalah penderitaan yang tak terperi bahkan rasanya tak berujung dan tak berpangkal !!!

Allah tak akan membebani manusia melebihi kemampuannya. Dan Allah Maha Tahu akan kemampuan tiap – tiap orang, karena Allahlah yang menciptakan diri kita ! Masihkah kita ragu akan fakta ini ?

Berpikir tentang keunikan organ manusia saja kita tak mampu menembus rahasiaNya, apalagi mengupas tentang jalannya takdir tiap – tiap orang, termasuk takdir kita sendiri. 

Segala yang diciptakan apapun didunia ini selalu menganut segi keseimbangan bagi yang lain. Dan tak ada sesuatupun yang Diciptakan Allah dengan sia – sia. 

Jika tak ada cacing, bagaimana tanah bisa subur meskipun selalu disiram hujan ? Karena dalam seekor cacing terdapat zat yang bisa menggemburkan tanah sehingga bisa subur ditanami.

Jika tak ada tumbuh tumbuhan mana mungkin manusia mendapatkan oksigen yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya ? Sebab fungsi daun adalah menyimpan oksigen yang selanjutnya saat dibutuhkan akan dikeluarkan ke udara. Rasakan saja mengapa di tempat yang rimbun oleh pepohonan rindang selalu lebih sejuk dan segar udaranya jika dibanding dengan tempat yang tandus tanamannya ? Akar pepohonan juga berfungsi menyimpan air yang ada di tanah sehingga tanah akan terjaga kelembabannya. 

Marilah kita belajar mengakrabi alam sekitar, agar kita lebih mengenal akan hakekat Kebesaran Allah SWT. dan bahwa BETAPA Allah sangat mencintai manusia !

Jika kita bisa memikirkan, memahami, serta mengerti tentang hal – hal yang saya sampaikan diatas, insya Allah pikiran kita akan selalu positif kepada Allah SWT. Tak akan ada lagi pemikiran yang melintas dalam benak kita bahwa Allah adalah tak adil..memberiku sakit dan tak sembuh – sembuh sementara  memberikan kesehatan yang segar bugar kepada tetangga. Memberikan kemiskinan kepadaku dan memberikan kekayaan yang melimpah kepada tetangga. Memberikan rumah tangga saya tak pernah tenteram kepada keluargaku, sementara memberikan kehidupan yang damai sejahtera kepada keluarga tetangga.

Pikiran – pikiran negatif yang melintas dalam benak kita insya Allah semuanya akan sirna, jika kita faham akan karakter Allah yang sangat – sangat mencintai manusia. Yang Allah sangat ingin membahagiaan dunia akherat manusia dengan Menurunkan NabiNya yang ummi, yang diutusNya membawa Risalah Yang Agung Al Qur’anul Karim sebagai Lentera penunjuk jalan bagi hidup manusia.

PIKIRAN NEGATIF KEPADA ORANG TUA

Allah menurunkan takdir kepada manusia bukan tiba – tiba dengan bim salabim meskipun Allah Maha Berkehendak. Apapun yang Allah berikan dalam kehidupan manusia selalu mengalami proses. Agar manusia bisa belajar. Seperti perjalanan kehidupan manusia sendiri, melalui janin yang dikandung ibu, dilahirkan, belajar miring, tengkurep, duduk, merangkak, belajar jalan, hingga bisa berlari kencang. Memerlukan tahapan proses, dan perlu waktu yang tak sedikit. Dalam perjalanan menjadi manusia dewasa, seseorang tak bisa berdiri sendiri.

Ada seseorang yang diutus oleh Allah untuk melahirkannya, merawat, membesarkan serta mendidiknya adalah ibu kita. Ada seseorang yang Allah utus untuk mencarikan nafkah baginya, agar kehidupannya bisa berlangsung, untuk melindunginya, ialah ayah kita. 

Kedua orang tua kita adalah orang – orang yang diutus oleh Allah untuk membesarkan, merawat, mendidik kita hingga menjadi seperti yang sekarang ini ? Oleh karena itulah kita wajib berbakti kepada kedua orang tua kita, terutama Ibu.

Nah, ketika kita sakit, tak bisa berobat, tak punya uang, terkapar menderita ditempat tidur, mengapa orang tua dibawa – bawa ? :”Ya Allah, mengapa aku dulu terlahir dari orang tua yang miskin ? sehingga aku tak bisa sekolah tinggi, dan jodohkupun hanya kuli bangunan, dengan gaji yang jauh dari cukup untuk menutup kebutuhan hidup. Dan akupun hanya bisa lulus SD sehingga aku hanya bisa menjadi pembantu rumah tangga dengan gaji yang tak seberapa ? Mengapa aku tak terlahir sebagai anak orang kaya, sehingga bisa sekolah tinggi, S1,S2 bahkan S3 ? Bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar, dengan gaji berlimpah. Jika aku sakit bisa opname di ruang VIP rumah sakit besar. Ruangan besar yang nyaman dengan fasilitas yang komplit dan sangat memadai ? Dengan dokter – dokter canggih yang siap menangani setiap keluhan dengan mahirnya ?” Begitulah keluhan kita ketika kita sakit dalam kondisi tak mampu !

“Tidak seperti nasibku saat ini, miskin, sakit tak sembuh – sembuh. Tak punya uang untuk berobat. Tidur dalam kamar pengap dirumah kumuh berhimpit – himpit dengan rumah tetangga. Karena ini di Jakarta. Boro – boro beli obat. Untuk makan hari – hari saja susah”. Begitu pula gerutu kita hari – hari. Orangtua kita yang tak tahu apa – apa malah disalah – salahkan. Sudah tak pernah mendoakan orang tua, ini malah mengkambinghitamkan bahwa nasib kita adalah karena kesalahan orang tua kita. Ya Allah...

Seharusnya pikiran kita, kita balik. Ya Allah, alhamdulillah, meskipun kami miskin selalu Engkau beri kami pertolongan dan petunjuk, Engkau lindungi kami sehingga tak terjatuh dalam kehidupan yang sesat. Engkau beri kami suami yang taat beribadah, tak pernah meninggalkan sholat Jum’at, selalu rajin bekerja, tak neko – neko. Ia tak tergiur dengan penghasilan yang besar namun dengan menipu, mencuri atau memperdaya orang. Alhamdulillah atas semua pemberianMu ini Ya Allah. Jika kami Engkau beri sakit belum sembuh – sembuh, alhamdulillah agar kami menyadari dosa – dosa kami dan memohon ampunanMu. Lebih mendekat kepadaMu dan belajar mensyukuri nikmatMu. Berilah kami kekuatan serta kesabaran dalam menjalani takdirMu hingga datangnya kesembuhan yang akan Engkau berikan".

Terima kasih Ya Allah, Engkau lahirkan kami dari orang tua kami, orangtua yang mendidik kami menjadi manusia yang baik meskipun kehidupan kami miskin, daripada kami menjadi orang kaya tapi menjadi koruptor yang akhirnya harus masuk bui, dan menciderai nikmat yang Engkau berikan.
Ampunilah segala dosa kedua orang tua kami Ya Allah. Berikan rahmat, karunia, serta kebahagiaan kepada mereka diharituanya. Ampunilah kami yang sampai saat ini saya belum bisa berbakti kepada kedua orangtua Ya Allah. Berilah mereka berdua kesehatan, iman yang semakin taqwa kepadaMu sebagai bekalnya dihari kemudian. Rawatlah mereka dihari tuanya ini sebagai mereka telah merawatku dimasa kecil. Kabulkanlah doa kami ini Ya Allah".

Demikian hendaknya kita mendoakan kedua orang tua kita untuk kebaikannya diharituanya ini.

Jika kita bisa berpikir mulia seperti itu, insya Allah meskipun mampunya hanya dengan sekedar minum air kunyit, makan daun lidah buaya, minum air gambir, lalap daun dewa, lalap daun handelium, maka tak ada yang mustahil bagi Allah untuk memberikan kesembuhanNya bagi kita, meskipun menurut penjelasan Bu Niniek dalam artikel – artikelnya di blog, bahwa gerd yang sudah parah sangat sulit diobati karena lambung sudah sangat sensitif ketika kemasukan apapun.

PIKIRAN NEGATIF KEPADA SUAMI

“Sudah jam segini, belum pulang juga, kemana saja sih tuh orang ? Apa mungkin dia selingkuh kali...karena beberapa bulan ini, semenjak aku sakit maag, aku tak bisa melayaninya. Baik lahir maupun batin. Aku tak bisa lagi memasakkannya. Tak bisa menemaninya jalan – jalan dengan anak – anak ke mall. Tak bisa melayaninya ditempat tidur. Tak bisa datang lagi ke pertemuan ibu – ibu dikantornya. Tak bisa lagi menyiapkan kemejanya untuk kekantor. Semua tak bisa lagi kulakukan gara – gara sakit yang tak sembuh – sembuh ini ! sebel bal bel !” Begitulah gerutu kita.

Hati kita jadi panas, pikiran kita jadi terbakar ketika memikirkan suami kita kemungkinan telah selingkuh diluaran. Lalu gerd kita tiba – tiba kambuh, lemas, dada berdebar kencang, kepala pening kunang – kunang..lambung sakit bagai diremas – remas. Bagaimana ini ? Kita menjadi panik bukan main. Dirumah anak – anak sudah tidur. Pembantu sudah pulang. Suami belum datang. Dan Allah menghilang jauh entah kemana ! Itulah banyak diantara kita yang sering berpikir negatif seperti itu. Dan akibatnya, kita sendirilah yang menanggung !

Oleh karena itu, berpikirlah yang positif. “Kok suami belum pulang yah, udah jam segini ? Ah mungkin dia sedang lembur. Mencari tambahan untuk mengobatkan aku. Kasihan sekali dia. Semenjak aku sakit, dia sangat repot. Sering kelelahan merawat aku sakit. Suamiku ikut kurus karena memikirkan sakitku. Dulu tak pernah lembur. Tapi sekarang sering lembur. Hanya karena ingin dapat tambahan hasil. Ya Allah, berilah suami saya sehat dan kuat, tidak jatuh sakit. Ringankanlah pekerjaannya. Lindungilah dalam perjalanan pulang. Jauhkan dari marabahaya apapun. Aamiin.”

Nah jika kita bisa berpikir positif seperti ini, insya Allah akan ada keberkahan yang turun, sehingga kita akan lekas sembuh, karena pikiran kita selalu positif, energi kita juga energi positif. Jika kita memiliki energi positif maka kita juga akan menarik energi – energi yang positif diluar diri kita, karena diri kita ini adalah bersifat magnet, yang bisa menarik segala sesuatu diluar tubuh kita. Jika yang tertarik selalu energi positif, maka tubuh kita bertambah sehat, hati kita akan selalu tenang, damai dan bahagia meskipun sedang sakit.

PIKIRAN NEGATIF KEPADA ISTERI

Ada lagi suami yang sakit, dan belum sembuh – sembuh, setiap hari marah – marah kepada isterinya. Apa saja yang dilakukan isterinya selalu saja salah. Tak ada yang benar dimatanya. Yang katanya dia sakit gara – gara mikirin isterinya yang pemboroslah. Tak bisa masaklah. Malaslah. Tak becus ngurus anaklah. Dia hanya melempar semua kesalahan kepada isterinya, tanpa mau sedikitpun interospeksi diri. Ia, suami ini, maunya semuanya sempurna, perfect, tak boleh ada salah, tak boleh ada cela, harus selalu the best.

Dia tak mikir. Bagaimana ia bisa menjadi pejabat yang berprestasi. Kariernya menjulang tinggi. Namanya harum tak bercela. Siapa yang berada dibelakangnya ? Dia tak mikir bagaimana isterinya mengimbangi langkah peningkatan kariernya dengan banting tulang menata rumah tangganya dengan apik. Tak punya hutang yang berarti. Merawat anak – anaknya dengan penuh kasih sayang. Mendidiknya dengan penuh perhatian. Antar jemput sendiri anak – anak ke sekolahnya. Anak – anak sehat wal’afiat, sekolahnya lancar, rajin mengaji dan baca Al Qur’an. Hormat kepada orang tua. Ia mendampingi anak – anaknya ketika sedang belajar ataupun mengaji. Kurang Apalagi ?

Di kegiatan kemasyarakatan, isterinya ini juga bisa aktif. Kumpulan PKK ibu – ibu tak pernah absen, juga pada pengajian rutin. Ia, isterinya, rela tak bekerja meskipun mengantongi ijazah Insinyur, semata karena ingin mengabdi kepada keluarga secara total. Melayani suami, mengurus rumah tangga dengan baik. Mendidik anak – anaknya dibawah asuhannya sendiri bukan hanya diserahkan kepada baby sitter atau pembantu demi mengejar karier yang ujung – ujungnya hanyalah memperoleh segepok uang dan prestise ! namun anak – anaknya akan kehilangan perhatian serta kasih sayang yang sangat dibutuhkannya dalam masa pertumbuhan seorang anak !

Inilah hikmah atau pembelajaran yang banyak diberikan kepada kita ketika kita sakit tak kunjung sembuh. 

Ada apa dengan sakit kita ? Itulah yang selalu harus menjadi tanda tanya besar bagi kita, agar kita bisa segera menemukan hikmahnya. Dan semua ada dalam diri kita, bukan dalam diri orang lain. Sakit adalah karena kita. Dan belum sembuh – sembuh juga karena kita sendiri ! Bukan karena sebab orang lain !

PIKIRAN NEGATIF KEPADA ANAK

Ketika kita sakit, banyak berpikir negatif kepada anak. Anak yang tak tahu diuruslah. Anak yang tak bakti kepada orangtualah. Anak yang nakallah. Anak yang malaslah. Semua ocehan negatif melintas dalam benak kita. Tahu orang tua sakit bukannya memperhatikan malah ngeluyur terus. Kalau disuruh tak segera berangkat, tapi entar lu entar lu. Sebentar, nanti dulu ! Padahal kita minta tolong sangat buru – buru. Misal kondisi sangat darurat. Kita butuh air teh panas yang encer dengan sedikit gula untuk menolong rasa yang mau pingsan ini. Tapi anak kita yang kita suruh malah dengan cueknya terus bermain hapenya. Siapa yang tak kesal ? Mau membuat teh sendiri badan tak kuat untuk bangun dari tempat tidur. Akhirnya kita misuh misuh ngegerundel dalam hati. Loh lambung kok jadi tambah tak karuan rasanya ? Lha iyalah ! lha wong emosinya kenceng, lambung kok suruh tenang ya tak bisa teman.

Semestinya kita tak usah marah – marah. Mohon saja kepada Allah :”Ya Allah tolonglah saya. Ampunilah dosa saya. Ringankanlah penderitaaan saya. Ijinkanlah saya bisa minum air teh hangat encer dengan sedikit gula, namun saya tak berdaya membuatnya Ya Allah” Cobalah. Nanti, tak lama kemudian anak pasti akan segera beranjak dari duduknya lalu membuatkan teh hangat yang kita butuhkan. Hatinya digerakkan oleh Allah tanpa kita harus menyuruh - nyuruhnya.

Kita refleksikan ke masa kecil ketika kita juga menjadi seorang anak. Ketika orang tua kita sakit, kita juga cuek kepada orang tua kita Bukan ? Apakah waktu kita kecil pernah menawari membuatkan teh hangat kepada beliau orang tua kita saat beliau sakit ? Tidak bukan ? Mengapa kita menuntut banyak kepada anak – anak kita. Itulah dunia anak – anak, yang selalu asyik dengan dunianya sendiri tanpa mau acuh dengan keadaan di sekelilingnya.

Jika kita bisa berpikir begini kita akan menjadi arif pikiran kita. Kita akan selalu mau memaafkan anak – anak kita jika ia bersalah, tak menurut, tak patuh, bahkan sering menjengkelkan.

BELAJAR MEMAHAMI DAN MEMAKLUMI SEGALA KEADAAN

Jika kita mau belajar memahami dan memaklumi setiap keadaan, maka kita insya Allah akan bisa selalu berpikir positif. Tak ada orang yang keliru. Yang salah adalah pikiran kita, yang salah adalah diri kita, bukan orang lain.

Demikian dulu share saya tentang BAGAIMANA CARA MENSIKAPI PIKIRAN NEGATIF PADA SAKIT MAAG. Semoga bermanfaat. Jika ada salah mohon maaf yang setulusnya.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Purworejo, 19 Nopember 2016

Yang selalu menggali ilmu maag,
Niniek SS
Back To Top