Bismillahirrahmanirrahiim...
Sahabat Niniek SS. Yang saya kasihi dimanapun kalian berada...
Benar-benar sakit yang dua ini menguji kualitas diri kita. Lha bagaimana, wong semua-semuanya serba salah ? Jika sudah stadium menengah, makan salah tidak makan salah. Minum obat sakit, tidak minum obat sakit. Tidak makan sakit, makan jika makanan tidak cocok atau tidak aman, lambung sakit, juga gerd bisa kambuh. Untuk berakitifitas sedikit cepat capai ? Untuk naik motor lambung sakit ? Untuk bepergian jauh tak kuat ? Lha gimana ? ritme kehidupan jadi terganggu bahkan terkadang malah menjadi porak poranda.
Jika saatnya ada keperluan bepergian, pergi sakit, tidak pergi urusannya tidak kelar ? Jika harusnya pergi bersilaturahmi atau ada undangan hajat, eh pergi sakit, tidak pergi eh tak enak hati, bonusnya dianehkan sama orang ! Saatnya harus pergi ngaji. Tidak pergi sayang, tapi jika pergi, tak kuat duduk lama, apalagi kan lesehan dilantai, tak tahan dingin, perut jadi super kembung, mbeseseg begah, padahal tak makan apa-apa.
Jika ada yang meninggal...halah ini lagi. Mau takziah nyali sudah ciut duluan, keinget jika kita yang mati bagaimana ya ? Belum berangkat jantung sudah deg-degan seperti lonceng..keringat dingin keluar...lemas gemeteran, dan akhirnya gak jadi berangkat takziah, karena ambruk sendiri !
Inget harus nganter anak ke sekolah. Tidak diantar bagaimana ? anak jadi tak masuk sekolah ? Mau diantar, badan sempoyongan tak karuan seperti ini ? Ya akhirnya terpaksalah mengantar. Sembari hati was-was sepanjang jalan pergi dan pulang ngantar sekolah, dan badan tak keruan rasanya !
Sampai rumah melihat pekerjaan rumah antre menunggu dikerjakan. Karena tak ada pembantu. Yang lantai belum disapu. Yang cucian piring numpuk. Baju kotor menggunung, tak punya mesin cuci. Mana yang harus belanja. Harus masak. Masaknya musti dua lagii..Masak untuk keluarga, dan masak yang aman untuk diri sendiri. Ya Allah...
Hari-hari dipenuhi oleh pekerjaan rutin yang harus dikerjakan..sambil menahan sakit. Belum lagi mikir keuangan yang mepet, banyak hutang, banyak kebutuhan yang harus dibayar.
Belum lagi mikirin sikap orang lain kepada dirinya yang tak pernah bisa kompromi. Tak mau tahu dirinya ini benar-benar menanggung sakit yang “aduhai rasanya...”.
Itulah problematika sakit maag dan Gerd.
Diatas adalah jika ibu-ibu yang sakit. Bagaimana jika bapak-bapak yang sakit lambung ? Lain lagi ceritanya !
Sudah berkali-kali tak bisa masuk kantor. Badan demam, lambung sakit dan kepala berat banget. Di kantor, sering menerima sindiran minir dari teman-teman kantor yang tak enak didengar telinga, bikin hati ini sakit ! Katanya, yang makan gaji butalah...yang kantor moyangnyalah...yang katanya ngapain ngantor kalau tak bisa kerja, karena baru setengah hari sudah tak kuat berdiri. Sudah limbung.
Iyalah. Sebab mereka semua, teman-teman tak pernah mengalami sakit maag atau gerd, jadi tak tahu bagaimana rasanya kepala kliyengan, kepala mau pecah, debaran jantung kaya lonceng, lambung seperti diiris-iris sembilu, belum lagi jika keringat dingin sudah keluar, lemasnya bak mau pingsan.
Mereka, teman-teman dikantor, hanya ngomong seenak perutnya sendiri. He he seandainya mereka yang merasakan mungkin tak akan mudah mencibir.Tak akan mudah ngomong seenaknya. Tak akan mudah mencemooh.
Belum lagi mikir keuangan yang sekarang selalu ngepress ! Tadi pagi, isterinya minta uang untuk arisan ibu-ibu di kampung, dan uang di dompet sudah kosong, tinggal untuk beli bensin pp ngantor. Entahlah bagaimana isterinya hendak mengatasinya nanti.
Beras dan kebutuhan sembako sudah habis. Bayaran sekolah anak-anak belum dilunasi. Lagi-lagi ini sudah tanggal 20, paling lambat bayar tagihan PAM dan Listrik ! Kalau tidak kena denda atau listrik dicabut ! Pusiiiing...Ya Allah..Harus kemana lagi cari duit dengan badan sakit begini ? Allah..tolonglah saya..
Itu belum seberapa. Ketambahan dirumah, isteri tak mau tahu kalau dirinya benar-benar sakit. Tanpa perasaan isterinya selalu bilang :”Pak..pak, sakit kok tak sembuh-sembuh. Mbok berobat yang bener !”..”Mbok cari uang tambahan pak, untuk bayar hutang. Hutang kita sudah menggunung.."
Itulah problematika yang terjadi pada para penderita maag kronis dan gerd yang lama tak sembuh-sembuh. Tidak saja mengenai ibu-ibu namun juga bapak-bapak. Keharmonisan rumah tangga juga sering terganggu saking tidak fahamnya mereka akan penyakit maag dan gerd. Sehingga sering terjadi kurang pengertian serta toleransi. Banyak kok yang akhirnya bercerai, karena salah satunya tak kuat menanggung beban.
Ekonomipun jadi sering tekor atau kedodoran. Karena pengeluaran untuk berobat yang terus menerus. Sementara sumber penghasilan ya dari itu-itu saja, tak ada yang lain. Hal ini tak pernah menjadi masalah bagi yang mampu. Masih banyak aset atau simpanan harta yang bisa dijual untuk berobat. Meskipun begitu lama-lama terasa juga. Loh perhiasannya kok sudah habis. Lah tanahnya beberapa tempat juga sudah dijual untuk pengobatan modern yang banyak membutuhkan biaya mahal. Namun hasilnya masih tetap NIHIL !!! Itulah uniknya sakit maag dan gerd ! Sangat sulitnya diobati !
Demikian juga bagi para pelajar dan para mahasiswa mahasiswi yang terkenai. Banyak diantara mereka yang kemudian cuti kuliah atau bahkan terpaksa DO ( Drop Out ), karena pengobatannya memerlukan waktu yang lama dan tak terukur.
Saya sering membantu menangani pengobatan mereka, para mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi, sehingga tahu. Bahwa sakit maag dan gerd ini bukan saja mengenai orang-orang dewasa, namun juga anak-anak muda.
Sangat disayangkan pemerintah kurang tanggap terhadap kasus maag dan gerd ini, sehingga belum ada satupun di Indonesia Pusat Rehabilitasi Sakit Maag Dan Gerd ! Sedangkan untuk penyakit-penyakit tertentu yang sulit penanganannya sudah didirikan Rumah Sakit Khusus untuk menanganinya. Seperti Rehabilitasi Jantung Harapan Kita di Jakarta. Rehabilitasi Paru-Paru di Rewulu Wates. Rehabilitasi Kanker Indonesia di Jakarta.
Padahal, untuk penyakit maag dan gerd ini, di Indonesia sudah merupakan penyakit yang menggejala di masyarakat. Hampir setiap keluarga, selalu saja ada anggota keluarga yang terkena maag, hanya saja hal ini tak pernah mereka perhatikan. Tahu-tahu maag sudah berkembang menjadi gerd, atau asam lambung yang parah.
Mudah-mudahan kedepan di Indonesia ada Pusat-pusat Rehabilitasi bagi penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan dimana memerlukan penanganan yang khusus. Khususnya Rehabilitasi untuk maag dan Gerd ! Aamiin Ya Rabb.
Saya ingin mendirikan klinik Rehabilitasi Maag Dan Gerd, namun sarana dan prasarananya masih jauh dari terwujud. Baru niatan saja yang menggebu !!! Terserah Allah sajalah !
Maag Dan Gerd Menguji Kualitas Diri. Memang betul !
- Seberapa jauh iman kita ?
Sakit maag dan gerd yang lama tak sembuh-sembuh sering membuat krisis iman kita. Sudah berobat kemana-mana. Berganti-ganti dokter. Berpindah-pindah alternatif. Mencoba macam-macam terapi, namun masih nihil hasilnya. Penyakit masih betah ngeram di badan. Biaya masih terus mengalir, bahkan makin parah makin banyak biaya yang harus dikeluarkan.
Sementara dari kita penderita, banyak yang mengeluh, Allah Tak adil. “Dimanakah Allah ? Mengapa tak mendengar dan menjawab doa-doaku ?”. Suamiku. Anakku. Saudara-saudaraku sudah bosan merawatku. “Bukan hanya mereka saja yang bosan merawatku. Aku yang sakitpun sudah bosan dengan penyakitku yang tak sembuh-sembuh” Begitulah gerutu kalian. Banyak lagi yang lalu putus asa. “Mengapa Allah tidak mengambil saja nyawaku, daripada aku menderita dan tersiksa sepanjang waktu seperti ini”. “Lebih baik aku mati saja. Aku benar-benar sudah tak tahan dengan apa yang kurasakan setiap waktu !”
Tapi ada juga kalian yang sabar. “Ya Allah, Engkau beri hamba sakit, pasti ada obatnya. Hanya belum ketemu. Pertemukan hamba Ya Allah, dengan obat dari sakitku ini”. Atau :”Ya Allah sabar serta kuatkanlah diri saya untuk menjalani ujianMu yang begini berat. Ampunilah segala dosaku”. “Ya Allah sudah pantas kalau Engkau berikan hukuman sakit ini kepadaku, mengingat dosa-dosaku kepadaMu yang sudah tak terhitung lagi. Semoga dengan sakit yang Engkau berikan kepadaku ini, bisa meringankan dosa-dosaku. Ampunilah dosa-dosaku Ya Allah. Dan jauhkan diriku dari segala dosa serta kemaksiatan, seperti yang dulu sering kulakukan”
Kalian yang sabar tak banyak keluhan. Setiap sakit kalian tahan dengan untaian doa dan kepasrahan. Pagi, siang, sore, dan malam. Kalian tak pernah lepas dengan doa-doa kalian. Kalian berharap, sebanyak doa yang kalian panjatkan kepada Allah, mudah-mudahan ada satu doa yang Allah dengar dan kabulkan untuk kalian. Yaitu doa pengampunan dosa dan kesembuhan. Subhanallah...
Dari cara kalian menjalani sakit akan kelihatan bagaimana kualitas iman kalian. Apakah kita yakin bahwa sakit ini adalah pensucian diri dari Allah SWT. Agar kita fitri kembali. Ataukah kita tak peduli dengan hikmah yang ada dalam sakit ini, sehingga kalian menjalani sakit ini sembarangan dan putus asa !
- Seberapa jauh ketekunan kita
Banyak orang yang sakit tidak tekun menjalani upaya. Baru minum obat beberapa kali sudah bosan tak mau melanjutkan karena dirasa tak ada perubahannya. Baru minum morinda beberapa hari saja, dan merasakan reaksinya yang mual, yang pusing, yang diare, yang sembelit, yang lemas, yang demam sedikit saja, sudah menyerah. Padahal membelinya dengan mahal.
Reaksi itu memang harus dilewati, harus dirasakan, harus tabah menjalani kalau ingin sembuh dengan morinda. Karena kinerja morinda ketika ia bertemu dengan sel yang tak sehat dalam tubuh PASTI akan bereaksi. Reaksinya ya seperti yang saya sebutkan diatas tadi. Jika tak mau merasakan reaksinya, ya jangan mengharapkan sembuh dengan morinda. Padahal untuk sementara ini, herbal yang terbukti mustajab untuk mengobati maag kronis dan gerd barulah morinda lebih-lebih kalau bisa didukung dengan terapi minum air mentah yang higienis. Subhanallah ! Luaaar biasa !
Jika kita ingin segera sembuh dari maag dan gerd, harus tekun. Tekun minum obatnya. Tekun berdoa kepada Allah SWT. Sang Pemilik Kesembuhan. Dan tekun menjalani apa saja yang mendukung kesembuhan. Misal tak boleh naik motor dulu, ya berusahalah jangan naik motor dulu. Perut tak boleh diurut, ya jangan diurut dulu. Tak boleh angkat yang berat-berat, ya jangan angkat yang berat-berat dulu.
“Setiap ketekunan selalu akan membuahkan hasil” , ketahuilah !
- Seberapa jauh kesabaran kita
Ketika sakit tak sembuh-sembuh, kita sering kehilangan kesabaran kita.
Kesabaran dalam menjalani sakit.
Banyak kan yang kemudian tak sabar dalam menjalani sakit ? Banyak mengeluh. Ngata-ngatain dokternya dokter yang tak becus, untuk apa praktek ? Ngobatin maag saja tak sembuh-sembuh ? Tak sabar dengan pelayanan orang-orang yang merawat kita. Entah itu suami atau isteri. Entah anak atau saudara. Padahal mereka sudah sangat telaten merawat kita. Dan mungkin sudah mengurbankan kepentingan-kepentingan mereka untuk merawat kita. Iya kan ?
Sabar dalam minum obat.
Kalian ini maunya instan. Maunya sekali minum obat, penyakitnya langsung cling ! sembuh ! Demikian dengan minum morinda. Maunya dengan satu botol saja penyakit kalian akan sembuh total ? Ya mana ada ? Lha wong morinda itu, botol pertama baru untuk kebutuhan cleansing atau detox penyakit. Dan itu juga masih tergantung pada berat ringannya sakit. Makin parah sakit makin banyak juga kebutuhan akan morindanya. Minum obat apapun harus sabar, agar lekas sembuh. Karena obat apapun selalu melalui proses didalam tubuh.
Sabar dalam berdoa.
Kalian pasti selalu memohon kesembuhan kepada Allah SWT. Agar segera diberi kesembuhan. Namun tentu banyak dari kalian menjadi bosan dan putus asa untuk terus berdoa dan berdoa. Karena seolah doa kalian hanya terbang diudara dan tak pernah sampai. Seolah Allah tak mendengar doa-doa kalian apalagi mengabulkannya. Buktinya kalian belum sembuh sembuh juga, padahal sepertinya kalian sudah mengerahkan segala daya upaya kalian.
Pemahaman seperti ini keliru ! Karena Allah sangat senang dengan orang-orang yang berdoa. Apalagi yang berdoa adalah Umat Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Apalagi jika mereka yang berdoa itu sabar dan bersungguh-sungguh. Dan Allah sedang memilihkan yang terbaik untuk kita. Namun kita tak sabar menunggu dikabulkannya doa, itulah masalahnya. Sehingga ketika doa hendak dikabulkan, kita sudah berdoa untuk yang lainnya lagi, sehingga Allah urungkan untuk mengabulkan doa yang sebelumnya. Doa untuk kesembuhan. Lalu salahkah Allah jika kemudian kita tak sembuh-sembuh ? Yuk kita renungkan bersama !
Sabar dalam berikhtiyar.
Tentu kita sudah berikhtiyar dengan semaksimal mungkin. Untuk mengobati sakit kita. Namun belum sembuh-sembuh juga. Hingga harta kita sudah habis untuk berobat belum juga sakit kita sembuh. Pikir kita. Sakit kita sembuh karena obat ! Sehingga jika tak ada lagi uang untuk membeli obat, ya sudahlah, tak perlu berikhtiyar lagi.
Kita lupa, sebenarnya yang dahsyat bukan obatnya. Namun Ridho Allah bagi kesembuhan ini. Obat habis tak soal. Karena yang dahsyat, yang menyembuhkan adalah kekuatan Allah bukan kekuatan obat. Jadi burulah Ridho Allah agar turun ijin kesembuhanNya bagi kita. Dengan apa ? Dengan doa yang istikhomah, yang sungguh-sungguh !
Doa bisa langsung, bisa dengan media, misal air putih, atau makanan. Mohonlah dengan sungguh-sungguh agar air putih itu bisa menjadi wasilah kesembuhan bagi sakit kita. Jadi tak perlu dengan obat. Jika yakin so pasti akan sembuh. Bismillah..
- Seberapa jauh toleransi kita
Sakit yang tak sembuh-sembuh sering menguji seberapa jauh toleransi kita kepada orang lain. Iya kan ? Sudah laper nih. Nasi lembek belum mateng. Marah! Nyuruh anak beli obat, eh lupa dibeliin, karena anak banyak tugas kampus. Emosi ! Mau periksa ke rumah sakit. Sopir agak lambat bawa mobilnya, marah ! Padahal sopir pelan bawa mobil khawatir lambung juragan tambah sakit kena guncangan kendaraan. Dengar laporan istri uang sudah habis. Berang ! Padahal memang minggu ini banyak sekali kebutuhan yang harus ditutup.
Duh..duh..duh..kapan mau sembuhnya kalau dikit dikit emosi, marah, kecewa ? Semuanya harus ! harus ! harus ! sesuai dengan maunya. Blas tak ada toleransi kepada orang lain. Mentang-mentang sudah keluar uang, mau seenaknya sendiri. Bukankah mereka semua juga manusia seperti kita, yang jika diperlakukan tak baik, dimarahi, dibentak, dikatain kasar juga akan sedih akan tersinggung ?
Apa yang tak ingin orang lakukan kepada kita, sebaiknya jangan pula kita lakukan kepada orang lain. Oke ?
- Seberapa jauh rasa kasih sayang kita kepada sesama
Ketika kita sakit tak sembuh-sembuh, kita diuji seberapa jauh rasa kasih sayang kita kepada sesama kita, terutama orang-orang yang merawat kita. Jika kita mau minta tolong kepada seseorang, tengganglah ia sedang repot tidak, sedang lelah tidak, jangan mentang-mentang kita punya banyak uang dan mampu membayarnya. Memintalah tolong dengan halus, dan ucapkanlah terima kasih dengan tulus jika seseorang telah menolong kita. Jika kita masih bisa melakukannya sendiri, janganlah meminta tolong kepada orang lain. Ini akan menjadi kebiasaan buruk. Suka menyuruh-nyuruh orang ! Begitulah kita bisa mengukur seberapa kasih sayang kita kepada orang lain dari sejauh mana toleransi kita kepadanya.
- Seberapa jauh keikhlasan kita
Sakit kita yang belum sembuh-sembuh juga sering menguji keikhlasan kita.
Banyak diantara kita yang belum nyadar. Bahwa sakit adalah rencana Allah untuk membenahi diri dan kehidupan kita. Karena ada yang tak benar dimata Allah. Sehingga banyak diantara kita yang tak ikhlas menerima sakit ini. Bahkan dengan enaknya menyalahkan orang lain. Menyalahkan isteri, suami, anak, boss di pekerjaan, teman dan siapa saja. Dianggapnya sebagai penyebab sakit maag ini.
Semakin kita banyak menyalahkan orang lain. Dan tak mau interospeksi diri serta jauh dari keikhlasan, maka akan semakin lamalah kita sembuh dari sakit kita. Seperti saya dulu ! hingga 18 tahun lamanya ! Kalian mau ?
Oleh karena itu kutulis pengalaman yang merupakan hikmah ini, agar kalian tak perlu berlama-lama sakit seperti saya. Usia habis dimakan penyakit ! Yuk kalian ikhlas menjalani sakit ini agar Allah Ridho, dan kalian segera sembuh ! Aamiin..
- Seberapa jauh rasa syukur kita kepada Allah SWT.
Dalam kondisi sehat saja kita sulit sekali mensyukuri nikmat. Apalagi ketika kita sakit. Kita harus sungguh-sungguh mensyukuri hidup apapun bentuknya. Karena itu adalah pemberian Allah. Sehat atau sakit. Susah atau senang. Bahagia atau menderita. Karena didalamnya selalu terkandung maksud baik Allah bagi kehidupan kita. Bukan saja kehidupan dunia namun juga kehidupan akherat kita kelak.
Sakit sering menguji rasa syukur kita. Ada yang sakit mengeluh tak putus-putusnya. Tapi ada yang sakit selalu sabar dan tetap syukur menjalaninya. Ia yakin bahwa badai pasti akan berlalu. Segala hal ada saatnya. Saatnya sakit ya sakit. Saatnya sembuh pastilah sembuh. Inilah yang perlu kalian ketahui. Agar kita selalu bisa mensyukuri nikmat, sehingga akan ditambahkannya nikmat-nikmat yang lainnya kepada kita, bukannya diCabut nikmat-nikmatNya dari kehidupan kita. Jika Allah mencabut nikmat-nikmatNya dari diri dan kehidupan kita. Kita bakal terpuruk, bahkan menangis air mata darah. Jangan sampai ya kawan ?
- Seberapa jauh kerendahan hati kita
Sulitnyaa berendah hati kepada Allah SWT..Karena kita merasa bahwa segala apa yang ada pada kita, kesuksesan, kebahagiaan, kemuliaan, ketenaran, adalah hasil jerih payah kita sendiri. Adalah hasil dari kerja keras yang kita lakukan ! Sehingga karena kasih sayang Allah kepada kita, diberinya kita sakit. Untuk mengikis segala kesombongan kita, kejumawaan kita, agar kita merasa bahwa kita ini, manusia, tak punya daya serta kekuatan apapun tanpa pertolongan Allah SWT. !
- Seberapa jauh kebakhilan kita
Ada kalanya ketika sakit akan nampak kebakhilan kita. Watak asli kita. Sangat pelit mengeluarkan uang ! Padahal harta kita berjibun banyaknya. Bahkan untuk membeli obatpun sangat pelit. Maunya obat yang murah-murah, karena sayang jika uangnya berkurang untuk membeli obat. Padahal badan mempunyai hak untuk dirawat. Agar tetap bertahan hidup. Jika lapar harus makan. Jika sakit juga harus diobatkan. Tapi alangkah pelitnya kita. Untuk membeli obat saja pelit. Apalagi untuk memberi uang kepada orang-orang yang telah merawat diri kita. Sebagai ungkapan terima kasih, sebagai penghargaan atas kebaikannya merawat sakit kita, dan sebagai sedekah untuk menjolok ke Ridhoan Allah SWT.
- Seberapa jauh nafsu kita
Mengapa sakit kita tak sembuh-sembuh ? Biasanya karena kita tak bisa mengendalikan nafsu kita. Nafsu apa saja ! Nafsu makan. Nafsu bekerja. Nafsu bepergian. Nafsu sex. Nafsu angkara dan nafsu-nafsu yang lain. Dalam sakit maag ini kita benar-benar diuji oleh Allah untuk mengendalikan nafsu.
Nafsu makan : jika kita makan sembarangan baik jenisnya maupun porsinya maka sakit maag kita bakalan tak sembuh-sembuh. Nafsu bekerja : Jika kita bekerja ngoyo..tidak ingat bahwa lambung kita sedang sakit, pasti juga gerd kita akan kambuh karena kelelahan. Nafsu bepergian : jika kita tak bisa mengendalikan nafsu bepergian apalagi jarak jauh, maka juga akan menghambat kesembuhan lambung kita karena terkena guncangan kendaraan dan kelelahan. Nafsu sex : jika kita tak bisa mengendalikan nafsu yang satu ini, maka sakit maagpun tak bakal segera sembuh, karena untuk berhubungan suami isteri, kondisi biasanya langsung dropp.
Jadi mampu tidak kita mengendalikan nafsu-nafsu kita agar lekas sembuh ? Itu terserah kalian semua !
- Seberapa jauh ketergantungan kita kepada Allah SWT ?
Nah inilah yang terpenting. Mampukah kita hanya bergantung saja kepada Allah SWT. Untuk segala hal dalam hidup kita ? Sejauh mana ketergantungan kita kepada Allah SWT. Maka ketika sakit lama tak sembuh-sembuh ini akan terlihat kualitas diri kita. Bagaimana sebenarnya diri kita ini. Termasuk type yang manakah diri kita ? Apakah kita sudah menjadi manusia yang “Berkualitas” ? Yang bertaqwa kepada Allah SWT. ? Manusia Islam yang kaffah ? Yuk kita renungkan sejenak !
Demikian, “maag dan Gerd Menguji Kualitas Diri”. Semoga ada manfaatnya.
Insya Allah semoga bisa bertemu lagi dalam artikel yang akan datang. Dan semoga kalian semua cepat sembuh ya !
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Purworejo, 9 juli 2017
Salam Perenungan
Niniek SS
Labels:
BERSYUKUR,
EDISI SPESIAL,
Interospeksi,
KASIH SAYANG,
Kiat-Kiat Sembuh
Thanks for reading Maag Dan Gerd Menguji Kualitas Diri. Please share...!
0 Komentar untuk "Maag Dan Gerd Menguji Kualitas Diri"