Bismillahirrahmanirrahiim..
Allah Maha Besar dengan segala yang diciptakanNya. Maha Suci Seluruh Asma dan PerbuatanNya. Maha Rahasia Seluruh KehendakNya. Maha Unik Setiap pemberianNya. Maha Nyata Seluruh Hukum-HukumNya. Dan Maha Tegas Setiap PeringatanNya. Sembah, puji dan syukur hanya layak Bagi Allah SWT. Pemilik Setiap Keagungan.
Yang Risalah KebenaranNya dibawakan ke dunia oleh Rasulullah SAW. Nabi Agung yang penuh keteladanan. Yang penuh kedermawanan. Yang penuh kearifan. Yang penuh kerendahan hati dan kebesaran jiwa. Yang namanya selalu dikenang sepanjang jaman. Semoga salam serta shalawat senantiasa tercurah atas Beliau dan keluarganya serta para sahabatnya yang sangat dicintainya juga semoga terlimpah kepada kita sekalian yang mengikuti ajaran Beliau hingga akhir hayat kita. Aamiin.
Sahabat Solusi Sakit Maag yang saya kasihi...
Lebaran telah berlalu, dimana kita telah mengakhiri puasa Ramadhan dengan saling bersilaturahmi dan bermaaf-maafan. Puasa yang senantiasa kita rindukan kedatangannya telah usai. Semoga nafas dan semangat ibadah kita tidak ikut usai dengan berakhirnya Ramdhan ini. Lebaran merupakan Budaya Tahunan rakyat Indonesia yang beragama Islam, yang dilakukan setahun sekali untuk menandai Perayaan Hari Raya Idul Fitri. Yang tak pernah terlewatkan, dan sekaligus menjadi simbul prestise setiap keluarga.
Sepertinya, pada hari lebaran, akan nampak, siapakah dan bagaimanakah seseorang itu dengan ekonominya. Berlomba-lomba orang mengerahkan segenap kekuatannya untuk menyambut lebaran. Entah uang darimana. Yang penting ada saat lebaran. Masakan serta makanan dan kue-kue yang disediakan melebihi anggaran hari-hari biasa.
Bahkan banyak ibu-ibu yang mungkin kehilangan malam lailatul qodarnya karena siangnya telah disibukkan membuat kue lebaran, jauh-jauh hari sebelum lebaran tiba. Untuk konsumsi keluarga sendiri maupun untuk dijual. Memanfaatkan situasi lebaran untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Astaghfirullah...
Di musholla-musholla atau di masjid-masjid justru pada sepuluh hari terakhir makin susut jamaah sholat tarawehnya. Entah karena sudah kehilangan semangat Ramadhonnya entah karena itu tadi lebih disibukkan dengan persiapan menyambut lebarannya. Sangat memprihatinkan.
Beberapa hari menjelang lebaran harga di pasar-pasar membubung tinggi berkali lipat tak bisa dibendung. Dan herannya, semua dagangan laris manis tanjung kimpul. Dagangan habis duit juga ngumpul. Berapapun tingginya harga bahan makanan tak menjadikan orang surut untuk membelinya. Bahkan menjadi kebanggaan tersendiri jika bisa membuat opor ayam kampung dengan harga ayam yang perekor menyentuh 200.000 Gila-gilaan !!!
Di Jawa Tengah, pada hari lebaran, tak pernah ketinggalan di setiap rumah tangga selalu tersedia ketupat dan opor ayam. Meskipun sedikit selalu ada. Sepertinya ketupat atau lontong opor menjadi simbul trend masa lebaran.
Segala macam kue kering, kick yang super enak, kurma kualitas prima, buah yang aneh-aneh banyak terdapat pada rumah tangga orang-orang mampu..
Saya sehabis sholat I’ed berusaha menyempatkan untuk bersalaman dengan segenap ibu-ibu yang hadir pada sholat I’ed, untuk meminta maaf atas salah dan khilaf selama ini. Dan berusaha untuk sowan bersilaturahmi keliling komplek perumahan kepada para sesepuh yang sudah tak bisa sholat I’ed.
Sesudah itu, pada hari kedua bersama adik-adik bersilaturahmi kepada Bulik serta sesepuh keluarga yang masih ada. Untuk menyambung silaturahmi dan memohon doa beliau. Lalu berame-rame berziarah kemakam bapak dan ibu yang sudah lama wafat. Ada rasa haru dan syukur campur aduk ketika berada di makam. Mengingatkan saya, bahwa kita semua akhirnya juga akan ke sana nantinya. Mati !
Ketika berada di makam bapak dan ibu, bersama-sama, ada pelajaran yang cukup menarik. Kami semua 14 bersaudara ( meskipun tinggal 9 bersaudara ) dilahirkan dari ibu yang sama dan dari ayah yang sama. Alias kami terlahir dari ibu dan bapak satu. Namun kami menjadi kami masing-masing. Ada yang jadi pengusaha dengan kendaraannya toyota landcruisser milik sendiri bukan rentalan. Ada yang jadi PNS dengan segudang hutang yang menggunung hingga menenggelamkan diri sulit untuk bangun, entah bagaimana pola ekonominya hingga bisa seperti itu.
Ada keponakan saya yang sangat gigih dalam berikhtiyar, dilakoni jualan lotek ( semacam gado-gado ) demi anak-anaknya supaya bisa kuliah, sampai tangan kanannya setiap malam sakit karena untuk menguleg bumbu lotek berpuluh-puluh bungkus setiap siangnya. Masya Allah.
Bahwa takdir adalah hak prerogativ Allah untuk menunjukkan bahwa Allah selalu mempunyai perhatian dan rencana khusus kepada masing-masing orang, yang selalu spesial tak ada yang sama antara satu takdir dengan takdir yang lainnya. Inilah pelajaran yang saya petik.
Dan saya sendiri ? Alhamdulillah cukup sangat saya syukuri menjadi diri saya yang sekarang ini...menjadi alat Allah untuk membantu kalian semua bisa sembuh dari sakit maag dan gerd kalian yang cukup menyiksa diri. Membantu menyadarkan kalian, bahwa sakit adalah “HADIAH dari ALLAH” untuk menaikkan derajat ruhani kalian di Hadapan Allah.
Tetapi kalian, juga saya dulu...melihat dan merasakan sakit kita dengan jiwa kekerdilan kita, dengan kaca mata batin yang penuh suudzon kepada Allah. “Mengapa saya diberi sakit yang seperti ini dan sekian lamanya tak kunjung sembuh juga, tapi orang lain semua sehat, semua bahagia, semua sejahtera. Mengapa ?”....
Berbahagialah dan bersyukurlah kita yang diberi sakit dan belum sembuh. Jika kita kuat, PASTI akan indah pada akhirnya ! Dan PASTI akan berbuah manis ! Seperti saya sekarang ini. Alhamdulillah sudah sehat dan tak pernah kambuh yang berarti. Setiap hari Allah memberi rejeki kepada kami sekeluarga melalui buku maag yang kalian pesan.
Jika saya mau, tentu penjualan buku sudah bisa saya pergunakan untuk membangun rumah yang layak untuk dihuni. Paling tidak yang seharga lebih dari 200 juta. He he, boro-boro bangun rumah ? Rumah kakak ipar yang kami tempati sekian lama dengan gratis alias dibebaskan dari uang kontrak saja, belum bisa terbeli. Barang satu gram emaspun juga tak terbeli. Biarlah. Tak pake perhiasan juga tak masalah.
Uang yang saya kumpulkan dari buku maag yang kalian pesan, atau dari seribu dua ribu sisa ongkir kalian, larinya untuk sahabat-sahabat kami para dhuafa. Alhamdulillah mata mereka selalu berkaca-kaca bahkan menangis setiap menerima pemberian yang kami sampaikan.
Betapa berharganya sekedar 5 kg beras, 2 liter minyak goreng, 1 botol besar kecap, 1 kg gulaku, 2 pak teh celup, mie 10 bungkus, dan beberapa toples kue kering untuk lebaran yang cukup enak bagi mereka. Serta dengan beberapa lembar uang sekedar untuk transport bersilaturahmi lebaran. Air mata yang meleleh di kedua pipi mereka ketika menerimanya, mewakili rasa syukur kami kepada Allah SWT. bahwa alhamdulillah, kami telah diijinkanNya berbagi dengan puluhan saudara-saudara kami para dhuafa dan anak-anak putus sekolah.
Bahkan saya tak sempat memikirkan diri sendiri untuk lebaran. Baju juga baju ala kadarnya saja, sandal dan tas juga pemberian kakak bertahun-tahun yang lalu masih enjoy saya pakai karena nyamannya.
Bukan itu saja, kami juga membagikan pemberian yang sama sebagai hadiah kepada kenalan-kenalan kami yang ketika kami menjadi dhuafa dulu banyak menolong dan membantu kami, memberikan perhatian serta kasih sayang mereka dengan penuh ketulusan tanpa pamrih. Kami banyak berhutang budi kepada banyak orang, banyak merepotkan orang lain, sanak saudara dan handai taulan ketika saya sakit yang begitu panjang dulu.
Sekaranglah saatnya, ketika saya Allah ijinkan menerbitkan buku panduan maag, yang kemudian kalian pesan, hasilnya banyak kami sedekahkan kepada sahabat para dhuafa, anak-anak yatim piatu, dan untuk membalas budi siapa saja yang pernah menolong dan membantu kami disaat-saat hidup kami begitu sulitnya. Dengan beginilah dada saya menjadi lapang, hidup saya penuh kebahagiaan, karena meskipun sedikit kami bisa berbagi. Itulah cara saya bersyukur. Dengan sedikit yang saya punya, saya terus belajar untuk berbagi.
Kembali ke Mengapa Paskca Lebaran Maag dan Gerd Kambuh ?
Pada masa lebaran, makanan dan kue-kue berlimpah dihadapan kita. Dan semuanya merupakan makanan pantang. Opor ayam, berminyak. Ayam goreng kasar. Rendang daging kasar dan pedas. Ikan bumbu acar manis, rasanya asam. Kue-kue, banyak mentega, coklat dan bergula banyak. Buah : anggur, kelengkeng, apel, piir, kiwi, semuanya manis dan mengandung asam. Lalu apa dong yang bisa kita pilih ? Masak lebaran suruh makan dengan sayur bening bayam dan labu siam ? Kasihan deh..
Pada akhirnya kitapun mencicipi segala makanan atau kue-kue yang terhidang. Awalnya mencicip sedikit, namun berulang kali. Atau karena enaknya kebablasan. Inilah yang menjadi biang keladi kambuhnya maag dan gerd kita.
Kecuali itu suasana lebaran mengharuskan kita tetap menyambut tamu bagaimanapun keadaan tubuh kita. Paling tidak untuk bersalaman bermaaf-maafan. Meskipun kita tak bisa bepergian, kita tetap kedatangan tamu. Yang ingin bersilaturahmi pada kesempatan Idul Fitri ini.
Dilakoni mudik bersusah payah. Hingga terjadi musibah kemacetan di Jalan Tol Brebes yang menelan kurban jiwa hingga 18 orang. Saking penginnya kita yang berada di kota besar seperti Jakarta, atau Bandung untuk bersilaturahmi dengan orang tua serta sanak saudara di kampung halaman. Tak terpikirkan tentang pengurbanan yang harus dijalani sepanjang perjalanan mudik sampai ke kampung halaman. Betapa susahnya. Macetnya itu lho dijalan ! Panasnya di perjalanan. Pengabnya dalam bis jika naik bis umum yang tanpa AC. Belum lagi yang dilakoni membawa anaknya yang masih kecil mudik naik motor, saking tak punyanya alternatif lain kecuali naik motor satu-satunya.
Tak bisa dibayangkan betapa pengurbanannya. Itulah suasana lebaran di Indonesia. Yang kaya akan budaya dan unggah ungguh kepada orang tua dan yang lebih tua. Betapa baktinya. Maka dilakoninya bersusah-payah mudik karena hanya sekali setahun pada kesempatan Hari Raya Idul Fitri untuk bisa bersilaturahmi kepada orang tua dan bermaaf-maafan dengan sanak saudara. Subhanallah.
Lalu kita, yang berada di kampung, sebagai tuan rumah yang merawat orang tua, sekalipun diri kita sendiri sedang sakit, bisakah kita berdiam diri ketika saudara-saudara dari kota pada datang bersilaturahmi ? Tidak bukan ?
Meskipun mereka hanya datang untuk 2 atau 3 hari, betapa melelahkannya momentum setiap lebaran. Namun juga sangat membahagiakan karena bisa berkumpul dengan orang tua dan sanak saudara.
Para penderita sakit maag dan gerd seperti kita, jika belum sangat parah hingga bisanya terbaring ditempat tidur, tak ada yang tahu bahwa kita sedang sakit. Karena kita masih bisa beraktifitas. Masih bisa tersenyum ceria meski dibalik itu kita sedang menahan sakit. Dan semua tentu kita tangani sendiri karena semua orang, juga bersibukria dengan lebarannya sendiri. Susah mencari bantuan tenaga ketika lebaran tiba.
Tentu banyak hal dari lebaran, disamping kegembiraan bisa berkumpul dengan orang tua dan sanak saudara, yang memicu kambuhnya maag dan gerd kita. Ya makanan yang melimpah, ya aktifitas lebaran yang membuat kita kelelahan, juga perjalanan jauh bersilaturahmi yang membuat lambung kita terguncang-guncang karena kendaraan.
Terkadang tak bisa dihindari suara-suara sumbang yang sering tercetus dari saudara-saudara yang hidupnya sukses dikota, kepada kita yang hidup didesa, dengan kondisi ekonomi yang kembang kempis karena dirundung sakit yang belum sembuh-sembuh juga hingga saat ini. Tak perlu berkecil hati.
Semoga tulisan ini bisa menjadi wawasan kita semua, dalam menghadapi insha Allah lebaran tahun mendatang. Kita tarik hikmahnya, baik buruknya, dari pelajaran lebaran tahun-tahun yang silam, demi keselamatan kita, demi kebaikan kita, dan demi keberlangsungan kekeluargaan kita dan lingkungan kita.
Lalu tips apa yang bisa saya berikan untuk menanggulangi kambuhnya maag dan gerd kalian pada pasca lebaran ini ? Kembalilah pada menu sehat kalian, ekstra beristirahat, banyak minum air putih, bebaskan pikiran kalian dari segala tetek bengek yang tak perlu dipikirkan.
Kembalilah kepada baktimu kepada Allah SWT, dengan meningkatkan ibadah yang lebih baik dari sebelumnya. Bukan hanya berhenti pada saat bulan Ramadhan saja. Agar Allah-pun memelihara kita sebagaimana bakti kita kepadaNya bahkan berlipat ganda.
Semoga Allah SWT. memberikan Rahmat dan KaruniaNya dari silaturahmi yang telah kita lakukan pada lebaran tahun ini. Aamiin Ya Rabbal’alamiin..
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Purworejo 16 juli 2016
Selamat Merenung
Niniek SS
Labels:
GERD,
IDUL FITRI,
KAMBUH,
MAAG
Thanks for reading Mengapa Pasca Lebaran Maag Dan Gerd Kambuh ?. Please share...!
habis lebarang makannya terlalu banyak sehingga asam lambung naik.. menyebabkan sakit perut y...
BalasHapusMbak Sinta,
HapusTuh kan, benar apa yang ibu katakan dalam artikel ini, makanya lebaran mendatang jaga ya makan jangan terlalu banyak, supaya gak kambuh. Tapi mudaha-mudahan lebaran mendatang sudah sembuh maagnya sehingga mencicipi makanan apa aja perut tak sakit.
Terima kasih atas kunjungannya diblog, semoga manfaat.
Salam,