Bismillahirrahmanirrahiim...
Ya Allah Yang Menciptakan langit dan bumi serta berkuasa atas segala isinya. Yang Maha Penyayang dengan segala peringatanNya. Yang Maha Tegas dengan segala hukumNya. Yang Maha Tak terduga pemberianNya...Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu.
Shalawat serta salam yang sekhalis-khalisnya bagi Junjungan Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, terlimpah pula bagi keluarganya, sahabatnya, serta bagi kita sekalian yang setia kepada ajarannya hingga akhir hayat kelak. Semoga syafaat Beliau senantiasa menaungi kita sekalian umat Beliau didunia dan di akherat kelak. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.
Purworejo sedang berkabung..
40 warga lebih telah meninggal dan 20 orang lebih yang hilang dan masih dalam pencarian, yang terluka parah, yang ada dalam pengungsian, yang terjadi dengan cara yang tak disangka-sangka. Dalam tragedi tanah longsor serta banjir karena hujan lebat yang mengguyur bumi Purworejo hanya dalam 8 jam. Semoga kepergian mereka semua di Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, khusnul khatimah, karena kebanyakan dari mereka sedang berpuasa. Dan bagi anggota keluarga yang ditinggalkan semoga sabar, tabah dan tawakkal atas musibah yang menimpanya.
Tiga hari sebelum peristiwa
Saya mengalami hal yang sangat tidak mengenakkan. Hati ini penuh dengan kegelisahan yang luar biasa. Sedih yang amat sangat. Gelisah yang berat, tak menentu dan sangat sulit untuk dihilangkan. Padahal saya benar-benar sedang tak mempunyai beban pikiran apapun. Yang saya pikirkan saat ini hanyalah bagaimana saya bisa menyelesaikan puasa saya dengan baik dan diterima oleh Allah SWT.
Meskipun lebaran sudah dekat belum terpikir oleh saya kue lebaran dan masakan untuk lebaran. Dari dulu saya selalu lebih mementingkan puasanya daripada lebarannya. Sementara semua orang sudah sibuk dengan memikirkan kue dan masakan lebaran, saya masih sibuk dengan pikiran saya, apakah puasa saya menyenangkan Allah dan bisa diterimaNya ? Itulah yang selalu saya pikirkan jika masa-masa Ramadhan tiba. Selalu ada kekhawatiran jika puasa saya rusak hanya karena perilaku saya yang cacad ketika berpuasa.
Saya berusaha untuk menghilangkan kegelisahan dengan beraktifitas apa saja untuk menepis kegelisahan yang tak beralasan tersebut. Saya melakukan apapun yang bisa saya lakukan untuk menghilangkan kegelisahan yang tak beralasan tersebut, namun tak berhasil. Saya melakukan sholat-sholat sunnah apa saja dengan raka’at yang sebanyak-banyaknya. Namun juga tak bisa hilang. Saya berdzikir dengan apa yang saya mampu. Juga tak bisa hilang, hanya bisa berkurang sedikit.
Saya sedih sekali ketika tak bisa menemukan sumber kegelisahan serta perasaan sedih yang menggayut di hati saya. “Ada apa gerangan ini ? Apakah ada sanak saudara yang sedang terkena musibah atau menderita ?” Ternyata setelah saya mencari informasi, semua baik-baik saja. Yah akhirnya saya hanya bisa menyerahkan kegelisahan tersebut kepada Allah SWT, dengan memohon semoga Allah melindungi keluarga kami dari segala hal yang tak kami harapkan. Dan semoga Allah menjauhkan kami semua dari musibah yang tak kami inginkan. Saya berdzikir hingga ribuan kali tak terhitung hanya untuk menepis rasa yang sangat tak nyaman didalam hati saya.
Saya menangis beberapa kali..
Tiga hari sebelum kejadian tanah longsor itu saya sempat menangis hingga 3 kali. Dan ketika suami saya mengetahui saya menangis, suami saya nampak heran, sebab saya jarang sekali menangis. Apalagi dihadapan orang. Lalu suami saya menanyai :”Ada apa Mi kok nangis ?”, saya hanya mampu geleng kepala. Suami saya tak bertanya lebih lanjut, tapi saya tahu beliau menyimpan keheranan dalam hatinya. Saya sendiripun juga heran, karena tak mengerti apa sebenarnya yang sedang saya sedihkan. Aneh kan ?
Tapi sebelumnya, kegelisahan saya beberapa kali sempat saya utarakan kepada suami saya, juga staff admin saya mbak Sulma. Tiga hari berturut-turut sebelum kejadian.
Tiga malam berturut-turut tak bisa tidur.
Aneh sekali. Tiga hari sebelum kejadian tanah longsor itu selama 3 malam berturut-turut saya tak bisa tidur. Padahal biasanya sehabis sholat isya’ kena bantal saja saya langsung wwweeeeerrrr..tertidur pulas saking capeknya. Apalagi ketika siang harinya capek ngurus paket dan pekerjaan online termasuk melayani kalian yang telephone, WA serta BBM yang tak pernah berhenti.
Saya masih ingat sekali. Hari itu hari Jum’at siang, 17 Juni 2016, Jam 14.00. Sebelum jam 14.00 mbak Sulma sudah dijemput oleh Pak Ustadz Zakaria ( Bapak dari mbak Sulma ). Di rumah saya belum mulai hujan. Tapi angin yang bertiup dari arah utara Purworejo ( tempat dimana terjadinya tanah longsor ) terasa agak kencang dan dingin. Mendung yang bergayut di langit utara Purworejo telah gelap menghitam. Menunjukkan sebentar lagi di daerah sana akan terjadi hujan lebat. Angin yang datang memang terasa sangat tak enak. Lain dari angin pertanda hujan yang saya rasakan pada hari-hari biasa.
Angin yang datang sepertinya mengisyaratkan, bahwa ada sesuatu yang akan terjadi . Bebalnya saya ! Saya tak berusaha mengurai isyarat yang sebenarnya sangat jelas ini. Apalagi jika saya mau menghubungkan dengan kegelisahan yang saya rasakan 3 hari terakhir ini.
Pak Ustadz Zakaria mengutus mbak Sulma memakai mantel hujannya. Yang selalu disiapkan oleh Ustadz dijok belakang sepeda motornya. Mbak Sulma masih berkilah :”Nanti sajalah makenya wong belum hujan Bi” dalam bahasa jawa kromo inggil kepada Abinya. Pak Ustadz menyahut :”Belum hujan gimana wong Purworejo sudah deras sekali tadi”. Mbak Sulmapun segera memakai mantelnya.
Kami, saya dan suami mengantar kepulangan Pak Ustadz Zakaria dan mbak Sulma hingga mereka berdua hilang dari pandangan mata. Namun ada sebersit kekhawatiran dalam hati, bagaimana kalau mbak Sulma kena hujan deras dijalan nanti, mengingat mendung di langit utara Purworejo begitu gelapnya, dan rumah mbak Sulma ada disana ? Ya Allah, kasihan sekali...Mudah-mudahan saja mbak Sulma dan Pak Ustadz sudah sampai dirumahnya sebelum hujan tiba, demikian doa saya dalam hati.
Kami segera masuk rumah, dan mengunci pintu depan. Angin sudah bertiup kencang, tanda bahwa sebentar lagi hujan deras akan tiba. Saya mengambil beberapa jemuran baju yang masih ada dijemuran belakang rumah yang belum sempat saya angkat. Siiplah. Diluar rumah sudah tak ada sesuatu yang patut dikhawatirkan. Kecuali sepeda butut. harta kami yang tak khawatir kami tinggal diluar rumah meski tak pernah kami kunci sekalipun.
Hujanpun mulai tiba. Sangat lebatnya. Suasananya sungguh mencekam. Langit gelap bagaikan ada raksasa yang mencengkeram bumi. Hujan benar-benar bagaikan ditumpahkan dari langit. Saya dan suami diam dengan pikiran yang berkecamuk..”Hujan kok begini lebatnya ya Bah, semoga cepat berhenti, kalau tidak biasanya ada tanah yang longsor seperti tahun-tahun yang lalu” kata saya. Suami saya menyahut :”Yah mudah-mudahan saja tidak” dengan suara yang tak yakin, mengambang penuh keraguan. Saya masih kepikiran, :”Mbak Sulma sudah sampai rumah belum ya ?”...sebab rasanya baru saja saya menutup pintu kok hujan langsung bres turun !
Yang di dalam rumah saja suasananya mencengkeram seperti ini, apalagi yang berada diluar rumah. Dengan kilat petir yang sabung menyabung adu keperkasaan. Ya Allah..Saya sangat trauma dengan hujan deras bercampur petir. Ingat peristiwa ketika 2 kali pernah tersambar petir dulu.
Saya dan suami saya tak henti-hentinya berdoa..Dan gencar sms serta telepon ke putri kami yang ada di yogya supaya tak pulang sore itu. Sebab biasanya ia pulang pada jumat sore. Gelisah sekali ketika sms tak terkirim-terkirim dan telpone juga tak diangkat. Apakah Adin sudah dijalan yaa ? pikir saya. Saya gelisah, mondar mandir dari ruang tamu kekamar tidur, dari kamar tidur balik keruang tamu lagi. Tak ngerti harus bagaimana saya mengusir kegelisahan.
Alhamdulillah. Plong banget rasanya ketika saya kembali telpon, Adin mengangkatnya. Ternyata tadi hapenya sedang di chass. Saya beritahu ia, kalau mau pulang besuk pagi saja. Sabtu. Jangan saat itu, karena cuaca Purworejo sedang tidak mendukung. Kalau pulang nanti repot. Sebab jika hujan seperti ini, sawah yang biasa dilewatinya pasti banjir. Lewat akses jalan yang lain tambah mengkhawatirkan, tentu sepi sekali, tak ada orang yang lewat karena hujan sangat lebat campur petir sabung menyabung. Mana biasanya pulang sampai kerumah habis maghrib.
Alhamdulillah Adin anak yang baik, selalu mau mendengar nasehat orang tua. Saya tahu ia sangat kecewa karena sudah siap-siap pulang kerumah, dan tak jadi pulang.
Dirumah, tiba-tiba lampu mati. Adzan maghrib sebentar lagi tiba. Hujan seperti ditumpahkan dari langit. Subhanallah. Benar-benar Allah sepertinya sedang ingin menampakkan KuasaNya kepada manusia. Dengan cahaya lampu hape yang tak seberapa, kami, saya dan suami membatalkan puasa kami. Lalu sholat maghrib berjamaah bergelap-gelap. Tak nyaman banget. Kalau lagi seperti ini baru menyadari, betapa nikmatnya cahaya lampu. Alhamdulillah jadi ingat kelalaian kami kemarin-kemarin, yang kadang terlupa tak mensyukuri nikmatnya nyala cahaya. Subhanallah. Rupanya manusia memang harus selalu dibegitukan oleh Allah. Diberi musibah-musibah untuk selalu ingat kembali kepadaNya. Besar kecilnya ujian tergantung kepada tingkat keimanan kita masing-masing. Allah Hu Akbar !
Malam itu lampu sebentar mati, sebentar hidup lagi, akhirnya mati lama hingga kami tertidur setelah sholat taraweh, tak bisa baca Qur'an. Sampai kami terbangun sahur hujan belum juga berhenti. Alhamdulillah listrik sudah menyala, sehingga ada semangat untuk makan sahur. Menjelang subuh baru hujan berhenti. Tapi rintik-rintik. Tidak menjadi terang sama sekali.
Pagi-pagi sekali ada WA dari Adin putri saya, bahwa ia insya Allah sedang bersiap-siap untuk pulang dari Yogya. Saya seneeeng banget membacanya. Putri saya Adin mau pulang. Tiba-tiba ia memberitahu bahwa ada tugas mendadak dari kampusnya untuk menyelesaikan materi untuk persiapan rapat mendatang, jadi bisanya pulang nanti siang. Waduuh, sudah terlanjur syenang Adin mau pulang pagi-pagi batal lagi deh !
Tiba-tiba siang hari sekitar jam 11.00 ia menulis lagi di WA :”Mi dik Adin bingung nih, sudah siap mau pulang, tapi ada berita bahwa akses jalan dari yogya ke Purworejo terputus. Jembatan Kali Bogowonto yang di Bagelen airnya meluap sehingga jalan tak bisa dilewati kendaraan, untuk sementara ditutup”.
Deg ! firasat buruk ! Saya langsung memastikan. Pasti di Purworejo ada tanah longsor ni ! Benar juga, teman-teman relawan Purworejo segera memberikan info tentang terjadinya tanah longsor di beberapa titik yang justru sebelumnya sudah ditandai sebagai titik rawan longsor.
Semua kaget. Semua terkesima. Kejadian tanah longsor dan banjir besar ini begitu serentak dibeberapa tempat. Dan sama sekali sungguh diluar dugaan. Karena begitu cepatnya terjadi. Tanah dimana longsor itu terjadi merupakan longsoran baru diatas tanah yang kontur tanahnya dinilai cukup labil.
Di daerah Caok dan Donorati, dimana terbanyak kurban meninggal, beberapa waktu sebelumnya sebenarnya sudah dipasang kawat penanda tanah rawan yang diujungnya dipasang alarm yang sewaktu-waktu jika tanah mulai bergerak bisa dibunyikan agar penduduk bisa segera bersiaga. Namun penduduk menyepelekan kawat tersebut. Malah memanfaatkan kawat itu sebagai jemuran baju. Mereka menganggap tak mungkinlah longsor, karena mereka tinggal berpuluh-puluh tahun sejak nenek moyang mereka disitu juga tak pernah terjadi longsor.
Sebagaimana juga sering terjadi didaerah-daerah lain yang rawan bencana, sebenarnya Pemerintah sudah cukup tanggap dan sigap dalam tindakan penanggulangan bencana. Namun penduduk sering tidak mau mengerti. Mereka lebih percaya kepada keyakinan mereka bahwa selama mereka tinggal ditempat mereka berpuluh tahun juga tak pernah terjadi apa-apa, daripada mempercayai anjuran Pemerintah.
Mereka sangat tinggi kepasrahannya kepada Takdir Allah daripada harus meninggalkan rumah mereka untuk sesuatu yang masih mereka ragukan. Demikian juga penduduk didaerah Caok dan Donorati. Wallohua’lam ! Tak bisa kita salahkan. Jika saya yang menjadi mereka, mungkin sayapun akan memilih tetap tinggal daripada meninggalkan rumah dengan permasalahan baru yang tentu akan muncul dikemudian hari ditempat yang baru.
Karena kawat yang sedianya sebagai penghantar bunyi alarm telah dipergunakan sebagai tali jemuran oleh penduduk, maka ketika BPBD membunyikannya alarm tak bisa berbunyi. Dan terjadilah musibah itu. Tanpa bisa dihambat sama sekali ! Itulah alam kalau sudah berkehendak. Atas Kehendak Allah SWT. Astaghfirullahal’adziim..
Satu demi satu korban terus bertambah. Hingga hari kemarin sudah lebih dari 40 orang yang telah dievakuasi. Kejadiannya sore hari menjelang buka puasa.
Begitu mengharukannya. Karena mereka sedang bersiap-siap untuk berbuka puasa, bersiap-siap menyambut adzan tiba, namun Allah berkehendak lain. Mereka dipanggil Allah menghadap ke HaribaanNya ketika belum sempat berbuka puasa. Semoga mereka semua, korban musibah ini meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Amiin Ya Rabbal’Alamiin.
Lain longsor lain pula kisah banjir yang terjadi di Purworejo.
Lain longsor lain pula kisah banjir yang terjadi di Purworejo.
Pada titik-titik rawan banjir seperti Daerah Krandegan, tim SAR Purworejo sudah siap di Posko Krandegan ketika cuaca mulai tak bersahabat. Ketika hujan lebat mulai mengguyur Purworejo tak berhenti-berhenti, mereka sudah standby disana. Namun diluar dugaan sama sekali, ketika Tim SAR sedang mulai bergerak mengatasi air yang mulai naik di Desa Krandegan dan menolong penduduk. Ada informasi bahwa banjir bandang telah terjadi di Daerah Jenar Purwodadi yang sebelumnya tak pernah tersentuh banjir sama sekali.Sehingga Tim SAR Purworejo terpaksa mencari bantuan ke Tim SAR dari Yogyakarta untuk mengatasi banjir di Daerah Jenar Purwodadi Purworejo.
Dan tak ada persiapan sama sekali bagi penduduk Jenar ketika terjadi musibah banjir ini. Airnya begitu deras datang tiba-tiba menerjang apa saja, meskipun ketinggian air hanya setinggi 1 meter atau setinggi dada orang, namun cukup membuat barang-barang perabotan rumah tangga seperti kulkas dan lain-lain terseret arus banjir. Ya Allah..
Ada beberapa titik banjir yang mengenai tempat-tempat yang sebelumnya tak pernah tersentuh banjir, seperti Desa Gebang, Desa Berjan dan lain-lain. Sehingga Menteri Sosial memerlukan turun meninjau ke lokasi, karena demikian mengenaskannya musibah yang menimpa Purworejo ini. Musibah yang bukan saja menjadi musibah daerah namun sudah menjadi musibah Nasional.
Dan bagi kami masyarakat Purworejo, semoga musibah ini bisa menjadi peringatan yang nyata bagi kami sekalian, bahwa tentu masih banyak perilaku kami yang maksiat, yang tak berkenan bagi Allah SWT. sehingga kami diperingatkan seperti ini. Daerah yang tak pernah banjir menjadi banjir besar. Daerah yang diperkirakan tak akan terkena longsor malah longsor dan menewaskan banyak warga. Meskipun jauh-jauh hari BPBD Purworejo sudah memprediksikan hal ini dan telah melakukan tindakan-tindakan penanggulangan.
Di bulan yang disucikan. Allah Hu Akbar ! Hanya kami masing-masing dan Allah saja yang mengetahui, tentang perbuatan kami yang membuat Allah murka dan perlu menurunkan peringatanNya bagi kami sekalian. Semoga Allah masih berkenan mengampuni dosa seluruh masyarakat Purworejo, dan menggantinya dengan Rahmat serta Keberkahan di waktu-waktu yang akan datang. Aamin Ya Rabbal'alamiin.
Bulan ini merupakan bulan yang sangat tepat untuk kami khususnya masyarakat Purworejo, untuk merenung, untuk interospeksi diri, untuk mohon ampunan bagi kami semua, dan mohon rahmat serta keberkahan untuk masa-masa yang akan datang dunia dan akherat kami.
Dalam masa berkabung ini saya menyampaikan rasa duka cita saya yang sangat mendalam, kepada semua keluarga korban dari musibah banjir dan tanah longsor ini, semoga mereka semua meninggalnya khusnul khotimah. Dan kepada keluarga korban semoga Allah memberikan kesabaran, ketabahan dan tawakkal. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.
Kepada semua fihak, juga para pembaca blog yang telah peduli dan telah memberikan bantuannya dalam musibah ini, baik berupa tenaga, moril dan materiel yang demikian besarnya, demikian tulusnya dan penuh perhatian yang hingga hari inipun masih terus mengalir, saya sebagai bagian dari masyarakat Purworejo yang sedang berkabung ini, mengucapkan “Terima kasih yang begitu mendalam dan tak terukur”, semoga Allah memberikan balasan yang jauh lebih baik dan berlipat, apalagi dilakukan pada bulan Ramadhan, dimana seluruh tingkap langit dibukakan oleh Allah Rahmat, Karunia dan AmpunanNya. Ya Allah..
Selaku pengelola blog www.solusi-sakit-maag.blogspot.com ini, kami mohon maaf kepada semua pemesan produk, apabila dalam minggu ini layanan kami kurang memuaskan, bahkan mungkin mengecewakan, telat membalas sms, BBM, atau WA, atau tidak mengangkat telpon, karena diri saya benar-benar sedang berduka dan kehilangan, karena ada beberapa sanak kerabat yang ikut menjadi kurban dalam musibah ini. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
Astaghfirullahal’adziim...
Purworejo Berkabung , 25 Juni 2016
Salam Berkabung,
Niniek SS
Labels:
EDISI SPESIAL,
PURWOREJO BERKABUNG,
Renungan
Thanks for reading Purworejo Berkabung. Please share...!
0 Komentar untuk "Purworejo Berkabung"