JANGAN MENDZALIMI DIRI SENDIRI
Bismillahirrahmanirrahiim…
Puji dan syukur yang sesuci-sucinya hanya bagi Allah SWT. Pemilik Seluruh Hukum. Shalawat yang setinggi-tingginya dan salam yang penuh kerinduan semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin. Dan juga tak lupa Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam.
Pembaca Blog Yang Saya kasihi, dimanapun kalian berada…
Kita semua tidak bisa membayangkan menjadi diri orang lain. Jadi tak usah kita membayangkan dan ingin menjadi orang lain. Jadilah diri kita sendiri dengan segala kelebihan serta kekurangan yang Allah berikan kepada kita.
Ada seorang teman nun jauh di Banten. Ibu rumah tangga biasa yang tak tega saya untuk menyebutkan namanya. Mempunyai seorang anak yang masih balita, umur 1 tahun. Kehidupannya sungguh sangat papa. Menderita gerd yang sudah sangat parah. Sudahlah. Semua penderitaan rasa sakit dialaminya, seperti yang pernah saya alami dulu. Dari ujung kaki hingga ubun-ubun. Silih berganti rasa sakitnya, tak pernah ada jedanya.
Dari pagi bangun tidur hingga saat malam harusnya tidur lagi, tak pernah sedikitpun mengalami rasa nyaman dalam tubuhnya. Suaminya meninggalkannya karena tak tahan mempunyai isteri yang hanya menyusahkannya. Ia tega pergi tak mau lagi mengurus isterinya yang antara hidup dan mati. Dan tega meninggalkan anaknya semata wayang yang tak ada yang mengurusnya lagi.
Astaghfirullahaladziim…
Jika ingat ibu ini, saya selalu menitikkan air mata. Penderitaan yang dialaminya jauh lebih menderita daripada yang saya alami. Mungkin rasa sakit yang kami alami sama. Karena ibu itu juga sudah sering muntah dan bab bercampur darah. Namun bedanya : Ia hidup sebatangkara, tak punya sanak saudara, suami satu-satunya orang dimana ia menumpukan hidupnya sudah meninggalkannya. Jadi, ia mulai saat itu hidupnya benar-benar hanya bergantung kepada keRidhoan Allah semata, lewat kasih sayang orang-orang yang peduli kepadanya.
Entah itu tetangganya, entah kenalannya, entah siapa saja yang masih menaruh belas kasihan kepadanya. Yang ajaib, tetangga dilingkungannya semuanya baik kepadanya. Waktu ia sehat dulu, mungkin ia orangnya baik, ringan tangan dan peduli kepada kerepotan tetangganya juga, sehingga ketika ibu itu jatuh sakit tak bisa ngapa-ngapain lagi, maka secara bergilir dengan inisiatif sendiri, para tetangga selalu ada yang mengurusnya. Ada yang menungguinya, ada yang membuatkan makanan, ada yang memberinya santunan uang ala kadarnya, dan ada pula yang memberinya obat ala kadarnya pula. Tapi semua obat sudah tak bisa diminumnya lagi, karena lambungnya sudah sangat sensitive sekali.
Sama persis seperti yang saya alami dulu, untuk sekedar minum air putih saja, dari tenggorokan hingga ke anus, sepanjang lambung dan usus, perihnya bukan main !
Dan bedanya dengan saya adalah, ibu itu menderita bukan saja fisiknya, namun juga batinnya. Betapa pedih hatinya, sudah merasakan sakit yang sedemikian penderitaannya, masih merasakan pedih hatinya ditinggal suami tanpa pamit dan tak pulang kembali, tak tahu rimbanya.
Dan saya, sepedih-pedihnya merasakan penderitaan sakit, masih bisa merasakan syukur dan kebahagiaan. Mempunyai suami yang penyayang, dan putri yang sangat besar perhatiannya kepada saya yang sedang sakit.
Apapun yang saya butuhkan selalu saja suami berusaha untuk mengadakannya untuk saya. Saya butuh minum, selalu beliau ambilkan air minum dengan segala ketulusannya. Saya butuh telor ayam kampung yang direbus matang muda, beliau lalu buru-buru membelikannya ke warung dengan mengayuh sepeda butut harta kami satu-satunya yang kami punyai waktu itu.
Kalau sudah mendapatkannya segera memasaknya sesuai yang saya butuhkan. Itupun jika kami sedang mempunyai uang. Jika tidak, sayapun diam, tak bakalan saya meminta telur ayam kampung untuk direbus.
Rasanya tak tertelan untuk makan sendiri telur ayam kampung yang hanya sebutir itu. Karena uang yang ada ya hanya untuk membeli sebutir itu saja. Anak dan suami terpaksa mengalah demi diri saya agar lekas sembuh. Karena kondisi saya sedang sangat dropp, jika tidak ditopang dengan mengkonsumsi telur walaupun hanya sebutir, maka akan sangat lemasnya, dan tak bisa untuk membuka mata. Tak kuat untuk bangun, apalagi untuk berdiri dan berjalan.
Jika kondisi saya sedang bagus, maka gantian beli telor untuk anak atau untuk suami. Jarang sekali dalam sehari kami bisa makan telur bareng-bareng bertiga makan telur semua. Karena kepapaan keluarga kami.
Putri saya juga anak yang sangat berbakti. Subhanallah…Dari sejak bayi hingga ia dewasa ini, sekalipun belum pernah ia meminta sesuatupun kepada bapaknya maupun kepada saya ibunya. Apa minta kue, apa minta es cream, apa minta sate, apa minta baju baru ketika lebaran, atau minta dibuatin sekedar kolak pisang ketika saat Ramadhan tiba, belum pernah !
Siapa yang mengajarinya sejak kecil agar ia tak pernah meminta sesuatupun kepada kami orang tuanya ? Subhanallah ! siapa lagi kalau bukan Allah Yang Maha Memahami serta mengijinkan semuanya terjadi didunia ini. Bahkan selembar daun yang jatuhpun tak luput dari pengetahuanNya.
Ia persis seperti suami saya. Yang tak pernah meminta sesuatupun dari saya isterinya. Sepanjang pernikahan kami belum pernah suami saya menyuruh saya untuk membuatkan minuman teh untuknya. Katanya :”Gak usah dibuatin mi, nanti kalau pengin minum tak ambil sendiri”.
Anak sayapun persis kayak bapaknya. Tak pernah meminta sesuatupun ! Subhanallah ! Tidak seperti anak-anak lain pada umumnya. Minta ini, minta itu. Sudah dibelikan ini minta yang itu, sehingga seringkali orang tuanya dibuatnya pusing tujuh keliling untuk memenuhi permintaan anaknya. Saya tak bisa membayangkan menjadi ibu yang mempunyai anak yang banyak keinginannya.
Sayapun tak bisa membayangkan bagaimana menderitanya ibu yang dari Banten tersebut. Jika ingat soal ini. Betapa bahagianya mempunyai suami dan anak yang sangat mengasihi, menyayangi dan memperhatikan saya. Mereka berdua bagaikan malaekat dan bidadari yang siap melayani saya ketika saya sakit dulu. Alhamdulillah Ya Allah…Allah Hu Akbar..
Hingga ketika saya sudah sembuh ini, saya masih tak boleh ini tak boleh itu. Tak boleh makan ini tak boleh makan itu, tak boleh mengerjakan ini tak boleh mengerjakan itu, khawatir saya akan jatuh sakit lagi seperti dulu.
Adakah kalian yang mengalami penderitaan seperti ibu dari Banten itu ? O..ternyata banyak juga teman. Jika sakit kalian masih belum seberapa, haturkan syukur yang dalam kepada Allah SWT agar kalian tak diberiNya sakit yang jauh lebih parah dari saat ini. Dengan rasa syukur kalian mudah-mudahan menjadi asbab turunnya ke-Ridhoan Allah SWT.kepada kalian semua. Ya ?
Selalu saja ada sisi-sisi dalam kehidupan kita, yang masih bisa kita syukuri, meskipun seterpuruk apapun keadaan kita. Karena bersama kesulitan selalu ada kemudahan ( kata Mbah Nun Ainun Nadjib ). Bukan sesudah kesulitan ada kemudahan, namun bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Dan Allah tidak akan menguji hambaNya melebihi kemampuan yang Dia berikan untuk seseorang.
Kita tak usah membayang-bayangkan keadaan orang lain. Karena Allah hadirkan setiap keadaan untuk seseorang selalu “pas” untuk yang bersangkutan. Jadi hanya orang yang bersangkutanlah yang seharusnya “tahu” mengapa dan ada apa Allah takdirkan sesuatu hal untuknya.
Kembali ke soal Jangan mendzalimi diri sendiri.
Manusia terdiri dari jasad dan ruh. Masing-masingnya mempunyai “hak” dan kuwajibannya. Hak badan adalah dibuat sehat agar bisa menjalankan kuwajiban hidupnya. Dan hak ruh adalah belajar mengenal dirinya agar bisa mengenal Tuhannya dan kelak kembali kealam ke-Tuhanan dengan sesempurna-sempurnanya sebagaimana awal ia diciptakan. Hidup di bumi dan kembali ke Alam akhir menuju Tuhan.
Ketika manusia hidup. Jasad dan ruh harus berkolaborasi, saling menolong dan membantu. Keduanya tak bisa melaksanakan kuwajiban-kuwajibannya secara sendiri-sendiri.
Ruh akan menjadi sempurna kembalinya, jika jasadnya ketika didunia juga sepenuhnya taat dan mengabdi kepada Allah SWT, dengan bimbingan Allah SWT. yang diteladankan sempurna-sempurnanya oleh Rasulullah SAW.
Demikian juga, jasadnya akan menjadi jasad yang ibadahnya diterima oleh Allah SWT, jikalau menuruti ruh yang taat serta mengabdi hanya kepada Allah SWT. Jadi yang terbaik, jasad harus dibimbing oleh ruh. Ruhlah yang harus menjadi imam bagi jasad. Namun ruhpun harus dalam bimbingan seseorang yang dalam dirinya sudah tinggal Nurun Ala Nurin, sehingga bisa membimbing jalan bagaimanakah yang harus ditempuh oleh suatu jasad dengan ruhnya didunia, agar kelak ruh bisa kembali sesempurna-sempurnanya ke Hadlirat Allah SWT tempat kembalinya seluruh kebinasaan.
Nah, menurut pengamatan serta pengalaman saya sendiri. Banyak diantara kita yang sakit belum sembuh-sembuh ini, jika kita runut kebelakang, ternyata dulu itu kita sering mendzalimi diri sendiri.
Bekerja dan berpikir tidak mengenal waktu. Kerja, kerja dan kerja, harus selesai. Lupa makan, lupa minum, lupa istirahat dan yang utama barangkali, lupa ibadahnya.
Ketika kita bekerja keras, banting tulang pagi hingga malam, bahkan terkadang malam hingga pagi lagi, entah untuk mencari uang atau untuk urusan organisasi, memang tidak berdampak seketika. Tidak sehari dua hari kita akan langsung merasakan akibatnya. Namun dalam kurun waktu yang lama baru akan terasa.
Awalnya terlambat makan, lalu kurang istirahat, terforceer pikirannya, tahu-tahu setelah sekian tahun kemudian breeeg !!! Tiba-tiba kita kena serangan penyakit yang aneh.. Debar jantung seperti lonceng, pandangan mata gelap, sekujur tubuh keluar keringat dingin terutama kaki dan tangan, lemaaas, tubuh gemetar, uluhati sakit setengah mati…dan rasanya benar-benar seperti mau mati !
Ketika diperiksa dokter, dokter memberikan vonis :”Oh ini hanya asam lambung Bu, tidak apa-apa, nanti juga sembuh. Minum obat saja ya, hindari makan yang pedas-pedas dan goreng-gorengan”. Hanya begitu kata dokter. Dan kita menurut serta percaya saja dengan apa yang disampaikan oleh dokter, karena itu memang bidangnya, keahliannya, memeriksa orang sakit dan memberinya obat.
Kita lalu menjadi bingung sendiri. Apa yang dikatakan dokter sudah diturut. Tak makan yang pedas-pedas maupun goreng-gorengan. Obatpun sudah diminum tertib sesuai petunjuk. Namun kok tak sembuh-sembuh ya ? Sehari, seminggu, sebulan, setahun…hingga tujuh tahun lebih, tak sembuh juga. Bahkan makin parah dari hari kehari. Dimana salahnya ?
Salahnya, diwaktu yang lalu kita sering mendzaliimi diri sendiri. Badan mempunyai hak makan, minum, istirahat agar tetap sehat, agar bisa menjalani hidup, beribadah dengan baik, namun kita menyepelekannya.
Ruhani juga demikian, mempunyai haknya untuk belajar menjadi dewasa dengan mengaji, membaca Al Qur’an dengan beribadah bersama jasadnya, dengan berbuat baik bersama jasadnya, namun kita tak pernah memperhatikan apalagi menjalankannya.
Yang terpikir oleh kita dimasa yang lalu hanyalah kerja, kerja dan kerja. Uang, uang dan uang ! Organisasi, organisasi dan organisasi !
Jika kita sudah terpuruk sakit tak sembuh-sembuh seperti ini, tak bisa ngapa-ngapain, apakah pekerjaan, uang serta organisasi yang kita dipuja-puja diwaktu yang lalu bisa menolong kita ?
Bahkan pekerjaan akan meninggalkan kita karena kita di PHK ! dan berapapun uang yang kita miliki tak mampu juga menolong sakit kita hingga ludes semua uang kita untuk berobat, belum juga sembuh sakit kita ! Apalagi organisasi dimana kita dulu dipuja-puja ? Apakah ketika kita sekarang hanya bisa tergeletak ditempat tidur, mereka yang dulu memuja-muja kita, mengelu-elukan kita, sekarang juga masih bersikap yang sama kepada kita ? Masih beruntung jika teman-teman kita ada yang peduli dan ingat menengok serta menanyakan keadaan kita !
Paling paling komentar mereka :”Ooh…sakit maag ?”…Karena sampai sekarang ini, penyakit maag, meskipun sudah masuk menjadi rangking 4 pembunuh manusia, masih tetap juga diremehkan orang.
Penyakit maag, masih dianggap sakit, yang dengan teratur makan dan tak banyak mikir akan segera sembuh ! Tak sesederhana itu teman. Kalau sesederhana itu pemikiran orang, tak akan ada ribuan orang yang sekarang ini menderita maag kronis di Indonesia yang kemudian berlanjut menjadi GERD dimana penderitaannya jauh lebih parah dibanding maag yang sudah kronis sekalipun.
Jika maag kronis keluhannya berkisar seputar uluhati yang sakit, mual dan kehilangan nafsu makan, maka jika sudah berkembang menjadi GERD lain lagi ceritanya. Apalagi jika GERDnya sudah parah. Seluruh tubuh akan merasakan sakit dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun seperti saya dulu. Dan itu sepanjang waktu tanpa jeda !
Seluruh tubuh merasakan pegal linu. Tangan, kaki, pinggang punggung sakit. Entah karena apa. Uluhati selalu perih. Tiba-tiba saja badan lemas, gemetar dan kliyengan tak tahu ujung pangkalnya. Kepala sakit sekali berdenyut denyut, telinga sakit berdenging, dan hidung bumpet padahal tidak flu. Nafas sesak ngos-ngosan jika sedikit saja untuk beraktifitas yang mengeluarkan tenaga. Debar jantung tak perlu diceritakan lagi, yang setiap saat berdebur bikin panik dan cemas yang tak beralasan. Jika lupa makan sesuatu yang sedikit kena minyak atau sedikit kekenyangan, maka perut rasanya seperti balon yang baru saja dipompa, penuh, seseg, dan bersendawa yang tak bisa dihentikan.Bisa berhenti semau sendiri.
Sendawa ini serta kliyengan yang paling susah diatasi. Karena belum pernah ada bacaan atau literatur yang mengupas masalah sendawa. Mengapa, kenapa dan bagaimana mengatasinya. Tiba-tiba muncul dan tiba-tiba berhenti sendiri.
Jika GERD sudah cukup parah, yang ditandai dengan sendawa yang lama atau panjang setiap kali, lalu sering muncul sariawan parah diseluruh rongga mulut, maka lebih enak perut kosong dari pada isi.
Jika GERD sudah mengenai tenggorokan dan tenggorokan sering radang, maka betapa menderitanya, karena untuk menelan air saja sangat sakit, apalagi untuk makan makanan yang tentu teksturnya lebih kasar daripada sekedar cairan. Ya Allah..
Jika malam hari, takut untuk memejamkan mata ketika saatnya harus tidur, karena begitu mata terlelap, maka selalu saja leher seperti dicekik orang. Jika siang hari sulit dan sakit untuk menelan, maka demikian penderitaan yang saya alami dulu pada setiap malam.
Lalu…
Bukankah sekarang ini, penyesalan yang kita rasakan akibat dulu kita sering mendzaliimi diri sendiri, sekarang tak bisa ditebus dengan pekerjaan kita, uang kita, dan pengabdian kita di organisasi dimasa yang lalu ?
Jadi marilah kita sadari. Mengabdilah kepada sesuatu yang pasti, yang kekal, dan yang menjanjikan, adalah ALLAH semata. Bukan yang selainNya ! Jika seluruh waktu kita, kita abdikan untuk tunduk dan taat hanya kepada Allah SWT. melalui keteladanan Rassul kita yang mulia Baginda Nabi Muhammad SAW, maka sepahit-pahit penderitaan kita akan selalu berujung pada keselamatan serta kebahagiaan, tak lain !
Dan pesanku kepada kalian semua yang belum sakit maag, Janganlah kalian mendzaliimi diri sendiri. Lakukanlah semuanya menurut ritme serta irama alam. Jujur, tidak ngoyo, tidak banyak keinginan, banyak bersyukur, sehingga hidup kita tidak kemrungsung atau diburu-buru apapun.
Diburu ataupun tidak, jika sudah rejekinya pasti takkan kemana. Yang wajib diburu hanyalah Allah, bukan surganya ! jika Ridho Allah sudah kita peroleh, surga juga takkan kemana. Mengapa memburu surgaNya jika kepada pemiliknya saja kita belum mengenalNya. Aneh bukan ?
Nah, agar kita semua tak lagi mendzaliimi diri sendiri, maka berilah hak jasad dan ruh kita, agar kita bisa menjalani hidup ini sesuai fitrah kita. Sehat jasmani dan ruhani, selamat dan bahagia sejahtera dunia dan akherat. Amin Ya Rabbal Alamiin. Semoga tulisan ini manfaat bagi kita semua, dan sampai jumpa insha Allah di artikel yang akan datang.
Terima kasih atas kunjungan kalian di Blog ini. Semoga Allah SWT.melimpahkan ampunan serta keberkahannya yang luas kepada kita sekalian. Aamiin Yaa Robbal'alaamiin.
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Edisi Revisim Purworejo, 10 Agustus 2024
Salam tauhid selalu
NiniekSS
Labels:
NASEHAT
Thanks for reading Jangan Mendzalimi Diri Sendiri. Please share...!
Subhanallah...
BalasHapusSungguh realistis Bu..
Semoga bermanfaat. Amin...
Subhanallah..
HapusDengan ilmu Allah yang mengalir kedalam dada tiap-tiap hambaNya yang dikehendakiNya, semoga mendapatkan RidhoNya bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang. Amiin. Terima kasih telah berkunjung di blog ini.
Salam Sehat.
Bu..... sungguh ...Marem bila baca blog ini......tp kenyataan di saya.......suka lupa.......
BalasHapusMbak Candra
HapusAlhamdulillah jika artikel-artikel dalam blog ini ada manfaatnya. Semoga saya terus bisa konsisten dalam menulis, dan semoga Allah senantiasa berkenan memberikan inspirasi untuk saya tulis sebagai bahan sharring.
Terima kasih atas kunjungan setianya di blog he he.
Salam,
Ibu,perut saya terasa kembung,sulit bersendawa dan lambung perih...saya menderita penyalit maag yang bagaimana bu ???
BalasHapusMas Afdal Arshavient
HapusItu masih maag biasa, tapi sudah ada asam lambung yang naik atau gerd, mungkin pernah terjadi tekanan pikiran yang agak berat, makan makanan yang ekstrem pedas, asam, atau berminyak. Dan bisa jadi pernah kelelahan yang lumayan.
Segera diobati agar tidak menjadi gerd yang sangat menyiksa. Paling tidak silahkan pesan buku ibu untuk bimbingan atau panduan perawatannya sehari-hari.
Salam,