Bismillahirrahmanirrahiim…
Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam,
Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin.
Sahabat Pembaca Blog Yang Setia…
Hallo teman-teman semua, pagi ini lebih segar ya setelah kalian banyak minum air mentah yang higienis, trus menjalani hidup bagi orang sakit maag sebagaimana yang saya anjurkan dalam Buku Panduan Rahasia Sembuh Sakit Maag Kronis ?
Kali ini saya akan berbagi Soal Jalan Hidup, tentu saja menurut saya, menurut rasa nurani, bukan menurut kaidah. Jadi mohon maaf, jangan salah tafsir lebih dahulu. Saya sama sekali tak bermaksud untuk menggurui, hanya bermaksud berbagi, barangkali ada manfaatnya yang bisa diambil.
Jalan hidup bagaikan sebuah jalan, tidak selamanya mulus. Kadang jalannya naik, kadang turun. Kadang rata kadang kasar dan berlubang. Kadang ada kerikil malah kadang ada batu besar didepan kita. Kadang licin kadang tidak. Kadang lurus kadang berbelok bahkan menikung sangat tajam.
Kita hidup tentu ada tujuannya, sebagaimana orang hendak bepergian. Dan banyak jalan yang bisa dipilih. Namun kemanapun kita hendak bepergian menuju tujuan kita, tentu harus membawa bekal, dan mengukur kekuatan diri kita. Sudah cukupkah bekal kita.
Ada sesuatu dalam hidup ini, yang cukup atau tidak cukup bekal kita, setuju atau tidak setuju, Dan kita sudah belajar menempuh perjalanannya atau belum untuk sampai kesana, pasti akan kita alami, adalah kematian. Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang, dan tak bisa ditawar-tawar kapan datangnya.
Adakah kita sudah mempersiapkan kematian kita sejak dini ? Masa depan yang sesungguhnya, adalah kehidupan akherat. Kehidupan sesudah kematian. Yang kekal abadi selamanya. Bukan masa depan didunia ini yang diwarnai dengan simbul status. Harta benda, pangkat dan jabatan.
Muhammad Rasulullah SAW. beserta seluruh keteladanannya dan Al Qur’an diturunkan Allah didunia ini tujuannya sebenarnya adalah hanya satu. Agar kita semua manusia didunia bukan hanya kaum muslim saja, semua bertauhid kepada Allah SWT, menyembah dan mengabdi kepadaNya, berkehidupan selamat dan bahagia, dunia hingga bersambung ke akheratnya dan bertemu dengan wajahNya yang penuh dengan Ke Maha Muliaan.
Dunia sudah digelar Allah SWT dengan segala isinya untuk kehidupan manusia dan segala makhlukNya. Dan untuk menjalaninya, sudah dilengkapi dengan Kitab Petunjuk Yang Maha Benar, Maha Dahsyat dan Maha Sakti dan Maha Sempurna.
Kehidupan didunia yang kita jalani sehari-hari ini yang sebenar-benarnya adalah untuk tujuan akherat. Rugi sebenar-benar rugi jika apa yang kita lakukan ketika kita hidup ini adalah hanya bertumpu pada tujuan material semata. Tujuan dunia semata.
Orang sering sekali mengeluh untuk hal-hal yang tak patut dikeluhkan. Sebagaimana dalam awal tulisan ini saya sampaikan bahwa jalan tak selamanya mulus. Demikian juga dengan jalan yang harus kita tempuh dalam kehidupan ini.
Kadang jalannya naik, kadang turun. Jika jalannya naik, berarti kita sedang harus berjuang, meningkatkan kewaspadaan, ya kita bersabar, mohon kekuatan dan perlindungan kepada Allah SWT, agar bisa sampai keatas, dengan selamat. Jika telah sampai diatas dengan selamat, kita wajib bersyukur, karena tanpa perlindungan Allah SWT, bisa saja kendaraan kita selip atau mundur kebelakang mencelakai kendaraan yang ada dibelakang kita.
Demikian dalam kehidupan. Ketika kita banyak ujian, jangan mengeluh. Sebab semua yang terjadi ada dalam bingkai pengetahuan Allah SWT. Yang wajib kita lakukan adalah selalu mohon ampunan, mensyukuri pemberianNya dan mohon perlindungan dan bimbinganNya.
Ketika kehidupan kita telah sampai dipuncak tangga, jangan sombong atau jumawa. Sebab tanpa ijinNya tak mungkin semuanya akan terjadi. Semua kesuksesan bukan semata hasil kerja keras kita, tapi yang utama adalah karena RidhoNya. Dan harus selalu kita ingat bahwa dalam harta yang kita miliki tertumpang milik orang lain. Sudahkah kita tunaikan ? Sudahkah kita bersedekah secara proporsional ?
Jika jalanan menurun, kita juga harus selalu waspada dan hati-hati. Oleh karena itu betapa pentingnya untuk senantiasa bersandar kepada Allah pada setiap keadaan, agar kita tidak jatuh tergelincir dalam marabahaya yang tidak kita ketahui.
Kedaan yang tidak kita duga sebelumnya, atau tidak kita fahami perihalnya inilah yang sering benar-benar membuat kita bingung dan stress. Akan tetapi jika sebelumnya, segala sesuatunya sudah kita sandarkan kepada naungan Allah SWT, pasti akan ada jalan keluar yang tak kita duga-duga pula sebelumnya. Itulah keajaiban barokah Allah.
Jalan, kadang rata kadang kasar dan berlubang.
Demikian juga kehidupan. Didepan kita selalu menghadang berbagai ujian dan kendala yang tidak kita sangka-sangka sebelumnya. Kadang sederhana atau kecil permasalahannya, namun terkadang sangat dilematis dan super pelik untuk dipecahkan, bahkan bagai benang kusut masalahnya.Tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan, dan tak ada persoalan yang tak bisa dipecahkan, jika kita selalu memohon pertolongan dan bimbingan Allah SWT.
Jalan, kadang ada kerikil malah kadang ada batu besar didepan kita.
Kerikil adalah kendala kecil yang harus tetap kita waspadai dan kita singkirkan dengan bijak. Meskipun kecil, jika tidak kita singkirkan, apalagi runcing, bisa saja menancap di kaki kita, luka, kemudian infeksi lalu tetanus tentu bisa berakibat dengan kematian.
Dalam hidup ini juga ada hal-hal yang kelihatannya sangat sepele. Dan kita tahu bahwa hal itu kalau dibiarkan barangkali saja cepat atau lambat akan bisa membahayakan. Namun kita tidak segera bertindak. Sehingga ketika hal sepele itu menjadi masalah besar yang sulit dipecahkan kita baru menyesal, mengapa dulu-dulu hal sepele ini tak segera disingkirkan atau diselesaikan.
Misal saja begini. Kita diikuti oleh seorang adik perempuan yang masih lajang. Kita mempunyai teman laki-laki yang sudah mempunyai isteri. Karena teman kita itu sering main kerumah kita, dan yang selalu membuatkan minum adalah adik kita. Maka akrablah mereka berdua, meskipun masih dalam batas-batas normal sekedar mengobrol dirumah.
Sejak awal, sebagai kakak seharusnya kita sudah mengingatkan kepada adik kita, agar setelah mengeluarkan minum, adik tak boleh keluar lagi keruang tamu dimana ada tamu laki-laki. Karena adiknya sudah dewasa dan bukan muhrim dengan teman kita. Dan menurut anggapan kita, tak mungkinlah tema kita mau macam-macam karena sudah mempunyai isteri. Keduanya, adiknya dan teman kita adalah semua berperilaku baik-baik. Sopan dan tidak neko-neko.
Sebenarnya hati kecil kita sudah memberikan aba-aba agar menasehati adik kita. Namun atas dasar pertimbangan tadi maka kita tak menasehati adik kita, bahkan dibiarkanlah sesekali adik kita ngobrol dengan teman kita yang memang sering datang kerumah kita.
Hati kita sebagai kakak, sejak awal sebenarnya sudah menangkap gejala yang aneh diantara mereka berdua. Tapi kita biarkan saja dan kita tak mengingatkannya. Inilah yang saya maksudkan contoh sebuah batu kerikil dalam kehidupan. Yang kita melihat, dan sudah merasa dikemudian hari bisa menimbulkan kesulitan, namun kita cuek, dan tak segera berusaha menyelesaikan sebelum hal yang menyulitkan itu terjadi.
Akhirnya setelah keduanya berhubungan erat dan sulit dipisahkan, repotlah kita, dan menjadi bumerang bagi kita karena yang satu adik kita, dan yang lain adalah teman baik kita.
Oleh karena itu, sebenarnya apa yang ada didalam Al Qur’an bukan sekedar merupakan kisi-kisi hidup manusia, utamanya Umat Muslim. Namun juga sebagai petunjuk sekaligus rambu-rambu bagi kita Umat Muslim, apa yang sebaiknya kita lakukan dan apa yang sebaiknya kita hindari agar hidup kita selamat di dunia dan di akherat.
Bukan Al Qur’an hanya sekedar berisi petunjuk dan rambu-rambu dunia dan akherat saja, namun memuat semua tanda-tanda yang ada dalam diri manusia (sebagai micro cosmos) dan tanda-tanda yang ada pada alam (sebagai macro cosmos). Semuanya ada.
Antara dunia dan akherat benar-benar tak bisa dipisahkan hakekatnya. Hanya secara fisik saja keduanya berbeda. Yang satu nyata, dan yang lain goib. Yang kehidupan dunia bisa disaksikan secara nyata oleh manusia, dan kehidupan akherat hanya akan kita saksikan ketika manusia sudah berpisah ruh dari badannya.
Namun ada orang-orang tertentu, yang pada saat sakaratul mautnya ia bisa melihat batas antara dunia dan akherat sehingga ketika antara sadar dan tidak, sebelum ruhnya benar-benar lepas dari badannya, ia bisa memberikan nasehatnya kepada yang masih hidup, namun sudah tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari yang hidup, jadi ia hanya melakukan komunikasi satu arah saja. Dan kita yang hidup, hanya bisa menyimak saja apa yang ia sampaikan dengan seksama.
Dan hanya atas kehendak Allah saja ketika ada seseorang yang diberi penglihatan berita akherat ketika ia masih hidup didunia. Bukan karena manusia itu istimewa, namun karena Allah Ridho memberikan kabar langitNya kepadanya.
Saya pernah menerima kabar langit ini. Ceriteranya begini : Suatu hari Pondok Pesantren dimana dulu saya pernah belajar disana, di Jember Jawa Timur, mengadakan perjalanan ziarah ke 9 makam Wali Allah di sepanjang pulau Jawa. Dari mulai Sunan Ampel di Surabaya hingga sampai ke Banten.
Kami, anak-anak santri yang semuanya putri, menaiki bus besar pariwisata yang muat lebih dari 50 orang. Dan Ibu Nyai bersama rombongan menaiki mobil kecil yang hanya muat beberapa orang, seingat saya bentuknya MPV bukan sedan.
Nah pada awal keberangkatan, mobil Ibu Nyai berada didepan. Eh ternyata ketika sampai di Makam Gunung Jati Cirebon, bus yang kami tumpangi ternyata sudah sampai lebih dahulu di Kompleks Makam.
Setelah kami sholat dhuhur, sambil menunggu kedatangan rombongan Ibu Nyai, maka kami semua menunggu di seputar lokasi makam. Kami semua duduk-duduk di seputar lokasi makam. Nah saya duduk, sambil punggung saya bersandar pada batu nisan sebuah makam. Karena badan penat sekali dan terkena semilir angin yang bertiup diseputar makam, saya sempat terlelap sejenak tak ingat apa-apa alias tertidur sambil bersandar pada batu nisan tadi.
Nah ketika tidur itulah saya dinampaki pemandangan yang luar biasa mengerikan yang seumur umur belum pernah saya temui dalam mimpi-mimpi saya.
Jadi disananya seperti disebuah padang tandus, yang sangat gersang dan luaaaas sekali, dan tak ada sebatangpun pohon yang tumbuh disana. Rumputpun tidak. Trus saya melihat ada semacam kawah yang seperti luas kawah pegunungan Tengger, dimana pada pinggir kawah itu dibatasi dengan kawat berduri yang sangat kokoh.
Didalam kawah itu semua api yang menyala-nyala sangat ganas dan panasnya. Satu-satunya orang yang berada diluar area kawah dan berada diluar kawat berduri itu hanya saya seorang. Tak ada yang lain.
Saya melihat didalam pagar kawat berduri diseputar kawah api itu ada ribuan orang yang sedang disiksa. Setiap orang dengan satu orang penjaga yang memakai pakaian dari besi seperti prajurit Romawi Kuno. Wajahnya bengis tak berperasaan.
Mereka menjambak rambut masing-masing orang dan dicelupkannya kedalam kawah api yang ganas itu. Tapi tak dilepaskannya. Ketika setiap orang yang dimasukkan kedalam kawah api itu dia akan menjadi leleh seperti ter atau aspal yang menyala. Lalu ketika diangkat kembali keatas lelehan aspal menyala yang sebenarnya tubuh manusia itu, ketika terkena angin akan kembali menjadi bentuk manusia lagi. Lalu begitulah seterusnya diangkat, dicelupkan lagi, angkat lagi dicelupkan lagi dalam kawah api.
Oke kisah ini saya buat bersambung, silahkan baca lanjutannya pada “Jalan Hidup Bag-2” ya. Yang sekaligus saya tulis hari ini juga. Selamat menikmati.
Demikianlah teman, tentang Jalan Hidup. Ambil jika ada manfaatnya, dan buang jauh-jauh jika ada mudhlaratnya. Terima kasih atas kunjungan kalian semua di blog ini, jika ada yang tak berkenan tolong maafkan saya ya ? Semua karena keterbatasan saya. Semoga kita semua menjadi insan Muslim yang selalu dinaungi oleh RidhoNya. Amin Ya Rabbal Alamiin.
Alhamdulillahirabbil’alamin.
Salam Penulis,
Niniek SS
0 Komentar untuk "Jalan Hidup Bag - 1"