Karomah Seorang Kekasih Allah Bag - 1
Bismillahirrahmanirrahiim…
Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam,
Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin.
Sahabat Pembaca Blog Yang Setia…
Yang senantiasa rajin mengikuti artikel-artikel saya dimanapun kalian berada. Semoga pagi ini kalian sudah lebih baik dari sebelumnya. Semoga pagi ini kalian tidak ada yang kambuh. Semoga pagi ini kalian bisa bersyukur atas beribu-ribu nikmat Allah yang Allah taburkan dalam hidup dan kehidupan kalian, yang mungkin luput dari perhatian kalian dan terlupa kalian syukuri.
Pagi ini saya ingin berbagi tentang pemahaman saya atas Karomah Seorang Kekasih Allah. Yang sering saya temui dalam hidup saya, yang tanpa saya sengaja ataupun saya sadari. Tahu-tahu sudah bertemu. Dan tahu-tahu segala keajaiban serta ketakjuban terjadi dalam sekejab. Jika sudah demikian, beribu keharuan dan kebahagiaan yang tak terperi mengaliri relung dada dan relung jiwa saya. Atas karunia besar ini. Sebab untuk bertemu dengan seorang kekasih Allah adalah merupakan karunia besar yang termasuk sulit digapai.
PROFFESOR DOKTOR KADIRUN YAHYA.
Beliau adalah Ayahanda Guru saya, yang bergelar Sayyidi Syech. Beliau telah lama berpulang, tahun 2001, berlindung dalam naungan Allah SWT. Tenang dan penuh kebahagiaan, abadi disisi Allah SWT. Beliau adalah Profesor dibidang kimia dan fisika. Maka ketika Beliau menjelaskan perihal hubungan manusia dengan Allah SWT, tentang Isro’ Mi’raj Nabi SAW dengan pemahaman ilmu fisika dan kimia, alhamdulillah sangat mudah dan gamblang kami tangkap dan pahami.
Beliau adalah Guru Ruhani saya. Yang juga seorang kekasih Allah. Banyak pengalaman ruhani yang saya peroleh dengan beliau. Yang utamanya, beliau selalu menganjurkan agar kami semua murid-muridnya jangan sampai meninggalkan sholat dan berdzikir.
Dunia sudah semakin tua, maka dengan bedzikir kita semua akan terlindungi dari setiap bencana yang menggejala dimana-mana, didunia dan di sekeliling kita. Baik bencana yang timbul dari diri kita sendiri maupun dari luar diri kita. Yang bisa saja sewaktu-waktu menimpa kita dari dalam diri kita sendiri, dari kiri kanan kita, dari atas bawah kita dari depan atau belakang kita. Musibah bisa mengancam dari sekeliling kita ! dari mana-mana !
Bencana dari dalam diri sendiri bentuknya berbagai macam. Bisa sebagai keserakahan, kemunafikan, ketidakjujuran, kemalasan, ketidak setiaan, negatif thinking atau berburuk sangka, iri, dengki, sombong, merasa diri sakti berkaromah, merasa suci sehingga seolah –olah sudah begitu dekatnya dengan Allah SWT padahal sejatinya justru kebalikannya, dan berbagai sifat serta sikap negatif yang lain, yang akan menjerumuskan diri kita dari sisi Allah SWT serta jurang kesengsaraan yang sesungguhnya.
Bencana dari luar diri antara lain musibah bencana alam seperti banjir, gunung meletus, tsunami, gempa bumi, kecelakaan, kebakaran, kerampokan, sakit penyakit, kesusahan, kegelisahan, kesulitan, kecemasan, kepanikan, tidak lulus ujian, tidak naik pangkat, tidak harmonis rumah tangganya, banyak hutang, jauh dari ibadah, sakit penyakit, dibenci teman atau lingkungan dan lain sebagainya. Yang mana bencana dari luar ini juga tak lepas dari akibat ulah diri sendiri, kalau kita mau mawas diri atau meneliti diri sendiri seteliti telitinya.
Kami belum pernah bertatap muka langsung dengan beliau, namun dzikir yang Ayahanda Guru berikan, mampu merubah dengan senyata-nyatanya dari semua sikap dan perilaku buruk kita menjadi sifat dan perilaku hidup yang akhlakul karimah.
Salah satu contoh. Ada seorang murid yang masih baru, datang untuk ikut melingkar di surau kami untuk berdzikir berjamaah. Memakai pakaian ketat, tanpa jilbab. Kami semua ternganga risih. Tapi kami semua tak ada yang mengingatkan sekalipun kami wajib saling mengingatkan untuk sebuah kebaikan.
Sayapun tak mengingatkannya dengan kata-kata, khawatir kalau murid baru tersebut tersinggung sehingga justru tidak mau datang lagi ke surau untuk berdzikir berjamaah. Saya dan tentu teman-teman yang lain, mendoakan murid baru tersebut agar diberikan hidayah dalam hal berpakaian yang benar sebagai muslim serta mengenakan jilbab karena itu adalah wajib untuk seorang perempuan, menutupi auratnya.
Apalagi Ayahanda Guru, yang telah mampu menembus dimensi ruang dan waktu tentu juga mendoakan semua murid-muridnya, memohonkan ampun atas dosa-dosa muridnya, serta mendoakan semua kesulitan dan kesusahan murid-muridnya agar diangkat oleh Allah SWT, dengan doanya yang sangat mustajabah.
Benar saja, ketika kami bertemu kembali dalam suatu dzikir bersama dengan murid baru yang dulu berpakaian ketat dan tak berjilbab itu, eh subhanallah…Alhamdulillah…ternyata dia sudah mengenakan pakaian yang longgar yang tak menampakkan aurat tubuhnya, dan juga telah berjilbab rapi. Allah telah mengabulkan doa kami bersama. Tentu yang utama adalah karena doa yang mustajabah dari Ayahanda Guru. Dan doa kami semua untuk murid baru tersebut, akan kembali dalam bentuk kebaikan-kebaikan oleh Allah SWT. Amiin.
Itulah salah satu kharomah seorang kekasih Allah. Doanya sangat mustajabah !
Oleh karena itu jika kita bisa bertemu atau bersilaturahmi dengan para kekasih Allah, alangkah beruntungnya hidup kita, karena langsung ataupun tidak, hidup kita akan menjadi tercerahkan.
Ini ni kisah-kisah pertemuan saya dengan para kekasih Allah :
Suatu hari, saya dan suami saya diajak oleh kakak ipar saya, laki-laki, kerumah kenalannya di daerah Bugel, Begelen Jawa Tengah. Dekat dengan makam Nyai Begelen yang terkenal itu. Kalau makam Nyai Begelen diseberang timur jalan raya yang menuju arah Yogyakarta dari Purworejo, maka rumah kenalan kakak ipar ada di seberang barat dari jalan raya, jadi berlawanan arah dengan makam Nyai Begelen.
Setelah ngobrol panjang lebar dengan tuan rumah, tak terasa sudah maghrib. Kami berjamaah di mushollanya ayah dari kenalan kakak ipar ini. Sebuah musholla kecil yang terletak diantara pepohonan jati yang daunnya sudah pada meranggas. Menimbulkan sensasi tersendiri ketika kami berjalan diantara pepohonan jati yang menjulang tinggi menuju ke musholla yang agak jauh dari rumah. Ketika kami sholat, rasanya seperti berada di masjid tiban ditengah hutan. Sepiii, hanya suara jangkrik dan serangga malam yang suaranya kraaak…kraaak…kraaak memerindingkan bulu roma.
Setelah selesai sholat maghrib, kami langsung pamitan pulang. Menuju jalan raya kembali yang juga agak jauh dari rumah kenalan kakak ipar itu. Melewati rerimbunan pohon besar, melewati sawah-sawah. Bagi orang-orang pedesaan suasana ini tentu sudah biasa, tapi bagi kami yang biasa tinggal didaerah kota yang dimana-mana terang benderang, tentu suasana gelap-gelap seperti ini menimbulkan sensasi lain dalam hati. He he dasar penakut !
Satu jam telah berlalu, mobil yang lalu lalang lewat tak ada satupun yang mau berhenti ketika kami stop. Memang daerahnya termasuk jalan bebas hambatan, apalagi malam hari, jadi kendaraan yang lewat selalu kencang. Hampir putus asa kami menyetop kendaraan untuk pulang. Haripun semakin malam. Eh secara spekulasi saya meminta tolong secara ruhani kepada Guru saya Ayahanda Guru, waktu itu Ayahanda masih hidup :”Ayah tolong..tak ada kendaraan yang mau distop Ayah”…karena sudah lelah berdiri, jongkok, berdiri, jongkok lagi, dipinggir jalan, menunggu kendaraan yang lewat.
Eh ajaib, begitu hati saya selesai bicara kepada Ayah Guru. Tiba-tiba ada bis yang lewat dan mau berhenti ketika kami stop, padahal sebelumnya berapa kendaraan saja yang terus bablas ketika kami stop. Alhamdulillah Ya Allah, berkat doa yang Ayah Guru sampaikan kepada Allah untuk menolong kami, tanpa menunggu menit, hanya bilangan detik langsung dikabulkan oleh Allah SWT. Itulah doa seorang Wali Allah. Dan ajaibnya lagi, bis yang kami tumpangi, melewati rumah dokter dimana kakak ipar saya mau minta surat ijin untuk kantornya karena sudah beberapa hari meninggalkan pekerjaannya.
Padahal rumah dokter itu berada didalam kota. Sedangkan biasanya bis yang datang selalu melewati jalan lingkar kota, tak pernah lewat jalur dalam kota. Jika memikirkan hal itu, hingga sekarangpun rasanya belum hilang ketakjuban saya pada kebesaran Allah SWT. Dan sepertinya Allah selalu mengabulkan doa hambaNya yang dikasihiNya secepat kilat ! Bahkan sering kali tak akan mampu dinalar oleh otak kita. Subhanallah…
Ayahanda Guru, mempunyai murid di seluruh dunia yang menurut catatan tak kurang dari 17.000 orang. Yang pada setiap Hari Guru, mereka termasuk saya pada datang bersilaturahmi di kediaman beliau di Wilayah Arco Bogor. Meskipun beliau telah berlindung disisi Allah, semua kenangan ruhani bersama beliau takkan hilang selama hayat dikandung badan. Kharismatiknya, fatwa-fatwanya, serta teguran-tegurannya selalu sangat berkesan dihati setiap kami para muridnya.
ABAH ANOM SURYALAYA
Pangarso Abah Anom adalah sesepuh dari Pondok Pesantren Suryalaya, yang mengampu tak kurang dari 10.000 orang santri yang tersebar di seluruh perumahan penduduk Suryalaya di sekitar Pondok.
Keharuman nama dan kearifan beliau sudah tak asing bagi dunia Pesantren di Pulau Jawa. Bahkan juga dikalangan pejabat tinggi negara dimana para menteri juga suka berkunjung untuk sowan menghadap Abah Anom, untuk mencari solusi masalah-masalah yang menyangkut kenegaraan, atau masalah-masalah pribadi mereka masing-masig.
Abah Anom, pada hari-hari tertentu ketika beliau masih hidup, menerima pisowanan masyarakat dari mana-mana. Untuk konsultasi memohon solusi tetek bengek masalah hidup. Beliau juga mempunyai Pusat Rehabilitasi Narkoba dan orang-orang yang depressi. Yang ditangani oleh Abah Gaos menantunya, serta para pembantu beliau yang lain.
Suatu hari, saya mengantarkan adik angkat saya dari Jember, yang mengalami depressi. Kami serombongan sampai di Ndalem Pondok sudah sore hari. Pisowanan sudah ditutup. Terpaksa saya mengambil kartu antrean untuk sowan pada pisowanan esok hari dan kami mendapat no antri 58.
Besuknya, kami serombongan menghadap pada pisowanan jam 8 pagi. Semalam kami dipersilahkan menginap di kediaman Abah Gaos, sambil melihat-lihat tempat rehabilitasi depressi untuk adik angkat saya.
Dan subhanallah, pada pisowanan kami pagi itu tak disangka, kami yang mendapat nomor urut 58 ternyata dipanggil untuk yang pertama kali. Apa yang menjadi pertimbangan beliau Abah Anom untuk memanggil kami yang pertama wallohua’lam. Bahkan beliau berkenan mengulurkan tangan beliau untuk bersalaman dengan saya, dan yang lain tidak…Saya terima ini sebagai nikmat dan karunia Allah semata, yang sungguh luar biasa bagi saya...
Tapi malam hari sebelumnya saya sudah bermimpi persis seperti apa yang terjadi pagi itu, diterima yang pertama dalam pisowanan dan diajak salaman oleh beliau. Rupanya inilah lambang dari mimpi saya semalam. Subhanallah, paginya menjadi kenyataan.
Pengalaman yang kedua adalah, karena adik ipar saya lalu sembuh dengan cepat di Panti Rehabilitasi stress disana, maka ketika kakak ipar saya juga mengalami depressi, tanpa pikir panjang langsung saya bawa sowan lagi ke Abah Anom untuk diobatkan.
Ketika sampai di tapal batas kota Tasikmalaya dengan daerah sebelumnya, saya melihat pemandangan gaib dimana Ayah Guru kami menyerahkan kakak ipar yang stress itu kepada Abah Anom Suryalaya untuk diobati. Kata Ayahanda Guru :”Tolong yah diobati Abah Anom…” sambil tangan kanan Ayahanda menepuk-nepuk pundak Abah Anom seperti layaknya seorang kakak minta tolong kepada adiknya. Abah Anompun hanya tersenyum, mengangguk dan membalas penuh takzim kepada Ayahanda Guru :”Insya Allah bismillah…Tuan Kadirun”. Begitulah keakraban antara kekasih Allah, meskipun beliau berdua mungkin belum pernah bertemu secara fisik. Itu tak begitu esensi, karena sudah bisa silaturahmi antar ruhani.
Ternyata benar, kakak ipar kami disana diterima dengan sangat baik, diobati dengan baik dan sembuh dengan baik pula. Di Panti Rehabilitasi Depressi dilingkungan Pondok Pesantren Suryalaya didaerah dekat Tasik Malaya, Jawa Barat. Alhamdulillah Ya Allah. Sampai saat ini jika mengenang beliau Abah Anom, air mata saya bisa menetes karena haru dan rindu.
MBAH MAD WATUCONGOL
Beliau ini memimpin Pondok Pesantren di tempat tinggal beliau di daerah Watucongol dekat kota Muntilan Magelang. Hampir setiap orang di daerah Magelang dan sekitarnya telah mengenal bahwa Mbah Mad Watucongol ini seorang kekasih Allah.
Mbah Mad Watucongol ini mempunyai keunikan sendiri. Yaitu senang berbelanja batik. Hampir setiap hari selalu pergi untuk belanja batik. Ya konon hampir setiap hari, ini menurut abdi dalem yang ada di ndalem pesantrennya.
Awalnya saya heran, loh diruang tamu tempat menerima tamu-tamunya kok banyak berjajar lemari-lemari besar yang berisi kemeja-kemeja batik, dan semuanya masih baru ! Persis seperti berada dalam ruang pameran batik. Dan yang unik lagi, diantara sekian ratus hemd batik yang dipajang dalam almari diruang tamunya tak ada satupun yang sama motifnya. Karena saya sudah melihatya sendiri !
Usut punya usut, setelah saya bertanya kepada santrinya yang meladeni para tamu sebelum diterima oleh Mbah Mad, ternyata kebanyakan baju-baju batik itu dibeli Mbah Mad di Butik-Butik bukan sembarang dibeli di Toko Batik atau di pasar. Unik sekali idenya !
Lalu mengapa kok Mbah Mad koleksi sebegitu banyak kemeja batik, sehingga setiap habis ashar meluangkan waktu untuk membeli kemeja-kemeja batik itu ? Kata santri kepercayaannya, bahwa baju-baju batik itu hanya dikenakan oleh Mbah Mad hanya sekali untuk didoakan, sesudah itu lalu dipajang di almari batiknya dan tanpa dicuci !
Konon, baju-baju batik itu bisa untuk obat. Jika ada seseorang yang sakit, sedikit saja dari kain baju batik itu dicelupkan kedalam air putih dan diminum, atas ijin Allah penyakit seseorang akan bisa sembuh.
Baju-baju batik itu boleh dimiliki oleh para tamu dengan mengganti sedekah sama seperti harga pembelian di tokonya, tanpa Mbah Mad mengambil untung. UNIK bukan ? Ya Allah ada-ada saja !
Saya dan suami saya suatu hari diajak oleh seorang teman untuk sowan ke kediaman Mbah Mad Watucongol. Sebelumnya saya belum pernah sowan ke Mbah Mad Watucongol. Dasarnya memang saya paling senang jalan-jalan, apalagi sowan ke Aulia Allah, apalagi ke tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya, maka pucuk dicinta ulam tiba ketika ada teman yang mengajak kami kesana gratis he he.
Kira-kira jarak 5 km sebelum sampai ke tujuan. Tiba-tiba hujan deras sekali, seperti ditumpahkan dari langit sehingga mobil tertutup pandangannya. Kami yang berada didalam mobil hanya mampu melihat pandangan kedepan, dalam jarak 1 meter saja, sehingga mobil terpaksa jalannya nggremet pelan sekali. Kamipun juga penuh was-was kuatir bila terjadi kecelakaan, jika tiba-tiba saja ada kendaraan yang ngebut dari arah depan.
Tiba-tiba saya ingat peristiwa ketika saya secara ruhani meminta tolong kepada Ayahanda Guru saat mau menyetop kendaraan sepulang dari kenalan kakak ipar dulu. Secara spontan tiba-tiba saja saya sudah menguhubungi mbah Mad secara ruhani dan mengucap :”Assalamu’alaikum Mbah Mad. Mbah, hujan kok derasnya seperti ini to mbah, mbok mohon barokahnya Mbah, biar hujannya berhenti, agar kami sampai dirumah Mbah Mad tidak basah, terima kasih ya Mbah”.
Lho benar-benar terjadi keajaiban. Seperti hujan itu miliknya Mbah Mad dan nurut sama Mbah Mad. Hujanpun berhenti mendadak, padahal sebelumnya derasnya luar biasa sehingga air tetesannya sebesar biji jagung.
Jaman saya masih kecil dulu, kalau main hujan-hujanan, kena hujan yang deras pipi dan dahi sakit, pedes. Maklum kami anak kampung, ketika kecil dulu jika hujan senang main hujan-hujanan, sangat mengasyikan, saling ciprat air dengan teman. Apalagi kalau ada kubangan yang lalu penuh air, kami berendam disitu persis kerbau dalam kubangan. Itulah sepintas kenangan masa kecil saya, yang sangat mengasyikkan.
Saya lalu mengucap syukur Alhamdulillah ke Hadlirat Allah atas karuniaNya, dimana hujan diijinkanNya segera berhenti, dan tak lupa sayapun segera berucap dalam hati :”Mbah Mad, terima kasih ya Mbah, hujannya sudah berhenti”
Lah tak lama kami sampai ditempat mbah Mad. Dan anehnya ketika kami serombongan mau pulang, tiba-tiba Mbah Mad melambaikan tangan beliau kearah kami. Saya pikir yang dipanggil oleh Mbah Mad adalah teman saya, yang punya kepentingan sowan kepada beliau, eh ternyata saya. Sayapun lalu mendekat kepada beliau, lalu beliaupun mengulurkan tangan beliau kepada saya, dengan heran dan takjub sayapun mencium punggung tangan beliau dengan takzim.
Sayapun juga diberinya amalan tanpa saya memintanya. Dada saya penuh dengan rasa haru setiap kali sowan menghadap para aulia, selalu saja saya, mendapat kasih sayang dan berkahnya. Subhanallah Alhamdulillah.
Demikianlah Karomah Seorang Kekasih Allah. Doanya sangat mustajabah. Dan apapun bisa dijadikan sarana untuk melaksanakan hajatnya. Seperti Mbah Mad, atas ijin Allah, bisa menghentikan hujan dalam sekejab. Atas ijin Allah bisa menjadikan baju-baju batiknya sebagai lantaran untuk menolong orang. Atas ijin Allah bisa memberikan amalan yang jika diamalkan secara istiqomah benar-benar luar biasa manfaatnya.
Seperti amalan yang diberikan kepada saya, setelah amalan tersebut saya amalkan dengan istiqomah setelah mendapatkan ijin dari Guru rohani saya, ternyata bisa mecerahkan pemahaman batin bagi saya.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kalian semua. Nantikan lanjutannya pada artikel yang akan datang. Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Salam Penulis,
Niniek SS.