SAKIT ADALAH KESEMPATAN EMAS UNTUK MUHASABAH DIRI
SAKIT ADALAH KESEMPATAN EMAS UNTUK MUHASABAH DIRI
Mengapa ? Karena kalau kita sedang sakit terpaksa dihempaskan pada keadaan dimana tidak setiap kali bisa meminta tolong kepada orang lain kecuali kepada Alloh SWT. Yang tak bosan-bosannya mendengarkan aduan kita. Jeritan kita. Rontaan kita. Keluh kesah kita. Dan segala kepedihan kita. Tanpa pernah marah atau menyalahkan langsung, sebagaimana ketika kita mengeluh kepada manusia.
Bismillah...
Alloh menciptakan manusia dengan langit dan buminya
Alloh menciptakan manusia, sempurna dengan segala fasilitasnya didunia. DiciptakanNya alam semesta seisinya agar manusia bisa beribadah kepadaNya dengan nyaman, bahagia, sejahtera, tanpa suatu apapun.
Bahkan untuk mencapai kebahagiaan yang kaffah dunia hingga akheratnya, Allah melengkapinya dengan tuntunan petunjukNya, yaitu Muhammad SAW. beserta Al Qur’anul Karim. Agar manusia tidak tersesat jalan mencari ranah kebenaran yang DikehendakiNya...Termasuk dalam menempa diri untuk menjadi manusia yang seutuhnya ketika kembali ke alam keabadian...Kembali ke Haribaan Ilahi Robbi...
Alloh menakdirkan manusia dengan tawaran sebelum dilahirkan
Sebelum manusia dilahirkan, ketika di alam ruh, sebenarnya manusia telah memilih takdirnya. Namun ketika didunia, manusia sering mengingkari apa yang telah dipilihnya. Sehingga ketika didunia kehidupannya sulit, tak nyaman, sering tertimpa musibah, sakit penyakit, yang ada hanya mengeluh dan mengeluh. Bukannya menyerahkan hidupnya kepada bimbingan dan petunjuk Allah melalui ranah Al Qur’anul Karim yang telah diturunkan oleh Alloh SWT. kepada Muhammad SAW. kekasihNya, untuk umat manusia.
Alloh menyuruh manusia taat serta memberikan kisi-kisi caranya
Alloh menciptakan manusia pada hakekatnya adalah hanya untuk menyembah kepadaNya. Tetapi pada kenyataannya banyak orang yang tak mengerti kesejatian penciptaan. Sehingga dalam hidupnya hanya menuruti keinginan dan ambisinya, tanpa mengacu kepada hakekat penciptaan dirinya. Ambisinya yang ingin menjadi ternama, paling kaya, paling berprestasi sehingga saling bersaing untuk mencapai keinginannya sendiri-sendiri. Disinilah manusia sering tertipu, menemukan apa yang jauh dari yang dikehendakinya. Orang lupa bahwa ia sesungguhnya bukanlah milik dirinya sendiri.
Jika manusia menyadari, bahwa hidupnya, atau keberadaannya adalah kehendakNya, alangkah lebih baik sejak awal berserah diri kepada kehendakNya, daripada memenuhi hasratnya dengan banting tulang namun tak menemukan apa yang dicarinya dan jauh dari kebahagiaan. Padahal, Alloh sudah memberikan petunjuk untuk kebahagiaan dunia dan akherat kepada manusia dengan Al Qur’anul Karim sebagai kisi-kisinya. Melalui teladan Rosulullah SAW, sebagai penunjuk jalan kebenaran yang telah disempurnakan dari zaman ke zaman.
Alloh menerima kembalinya manusia dengan segala kemurahan ampunanNya.
Masih belum cukup sebatas itu kasih sayang Allah kepada hambaNya, Alloh masih menyempurnakan dengan memberinya ampunan kepada setiap hambaNya yang bertaqwa, yang berbuat dosa dan bertaubat kepadaNya, untuk kembali kepada Alloh dalam kesempurnaan fitrohnya. Subhanalloh. Alloh Hu Akbar...Sayangnya banyak orang yang menganggap bahwa kebenaran akherat adalah berita kebenaran yang masih samar-samar yang masih dicurigai kevalidannya. Astaghfirullahaladziim...
Alloh menghamparkan bumi dan langitnya untuk kebutuhan manusia
Alloh Maha Pemurah. Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sehingga dihamparkanNya bumi dan langit seisinya, agar manusia mau mengusahakannya sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya. Allah sangat bertanggungjawab. Tidak hanya sekedar menciptakan tubuh manusia dengan segala kesempurnaannya. Namun dilengkapinya dengan sarana untuk memenuhi hajat hidup manusia itu sendiri. Manusia tinggal mengolahnya dengan segala bentuk ikhtiyarnya. Itupun tanpa pertolongan Allah manusia tak mempunyai daya kekuatan apapun. Kurang apa pemberian Alloh kepada manusia, jika manusia masih kurang mensyukuri segala nikmatNya ? Hari-hari hanya penuh keluhan. Penuh tuntutan. Penuh kemasygulan dan ketidak puasan. Manusia hanya dipenuhi dengan mendzalimi dirinya sendiri, itulah mengapa banyak Rahmat dan Karunia Allah yang kemudian menghilang dari kehidupannya. Bukankah itu sangat merugi ?
Manusia hidup dengan pilihannya sendiri, mengapa masih mengeluh ?
Manusia hidup dengan takdirnya sendiri yang sebenarnya sudah dipilihnya sendiri ketika berada dialam ruh. Tapi mengapa di kehidupan dunianya masih selalu mengeluh dan mengeluh ? Jika merasa tak berdaya, mustinya segera kembali kepada Sang Khaliq untuk memohon bimbingan dan petunjukNya, agar tidak terus tersesat jalan hingga kematiannya.
Sakit adalah kesempatan untuk muhasabah diri.
Sakit adalah kesempatan manusia untuk muhasabah diri. Meneliti diri dari segala dosa dan kekurangan atas kehidupan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Apakah saya sudah taat kepada Tuhan ?
Taat dalam menjalani hidup sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Taat dalam beribadah dan mengabdi. Taat dalam menjalani perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Taat dalam menjaga diri dengan segala kesucian lahir maupun batin, dari segala bentuk kebatilan, kemunafikan, kemusrikan dan kejahatan.
Apakah saya sudah bertanggungjawab atas hidup saya ?
Bertanggungjawab dalam kedudukan saya baik sebagai : Orangtua, sebagai Bapak, sebagai ibu, sebagai anak, sebagai suami, sebagai isteri, sebagai tetangga, sebagai anggota masyarakat, sebagai takmir masjid, sebagai karyawan kantor, sebagai buruh bangunan, sebagai pedagang, sebagai penjaga pintu kereta api, sebagai petani, sebagai apapun bidang pekerjaan yang saya geluti ? Atau sebagai apapun status beserta segala tanggungjawab yang harus saya pikul ? Apakah saya sudah bertanggungjawab atas semuanya ?
Apakah saya sudah bersyukur telah dihidupkan dan dihidupi oleh Alloh SWT ?
Untuk apa manusia diciptakan ? Kepada siapakah saya harus mengabdi dan berbakti ? Bagaimana saya harus menjalani hidup ini ? Siapakah yang menciptakan diri saya dan memberi saya kehidupan ? Dimanakah posisinya saya hidup saat ini ? dan bagaimanakah seharusnya saya bersikap ? Tentu semua pertanyaan yang berkecamuk dalam benak itu harus mendapat jawaban yang benar. Agar manusia tak tersesat jalan. Baik didunianya maupun nanti ketika ada di akherat. Dimanakah jawaban itu terletak ? Ialah dalam Al Qur’an yang pelaksanaannya telah diteladani oleh Nabi akhir jaman yaitu Yang Mulia Rosulullah SAW.
Ribuan karunia Allah yang diberikan kepada manusia yang manusia “wajib” tahu dan mensyukurinya. Kalau belum tahu carilah hingga ketemu lalu bersyukurlah !
Renungkanlah. Soal sembelit saja menimbulkan masalah yang cukup menggelisahkan. Apalagi kalau keluarnya fases ada darahnya. Soal jantung berdebar saja membuat kita panik. Perut kesakitan segera lari ke UGD mencari pertolongan. Tak ada uang padahal harus bayar utang sekarang, membuat pikiran kita buntu ! Dan banyak masalah yang selalu menjadikan manusia lari mencari pertolongan. Padahal, semuanya ada Yang Maha Mengatur. Mengapa tidak lari mendekat kepada Yang Maha Mengatur ? Yang Maha Tahu akan segala sesuatu. Apa yang harus dilakukan oleh manusia. Inilah kelemahan kita semua. Bak pepatah mengatakan gajah dipelupuk mata tiada tampak, kuman diseberang lautan nampak. Ibarat Allah Yang Maha Kuasa ada didepan mata dengan segala ke MahaanNya tidak kita gubris, namun sesuatu nun jauh diseberang sana yang masih abu-abu sifatnya kita cari dan kita buru. Alangkah sangat merugikannya apa yang kita lakukan selama ini.
Apakah saya sudah menghormati kedua orangtua ?
Yang mengandung kita dengan dengan susah payah. Melahirkan kita dengan bertaruh nyawa. Yang merawat kita dengan penuh kasih sayang tanpa pamrih. Mengganti popok ketika kita kencing dimalam hari tanpa mengeluh. Yang selalu menunggui sepanjang waktu ketika kita demam diwaktu kecil. Apa balasan kita kepada kedua orang tua yang telah mengajari kita untuk berdiri kokoh dan kuat menjalani kehidupan ? Apa ?
Mendengarkan nasehatnyakah ? Menyenangkan hatinyakah ? Menggembirakan pikirannyakah ? Memberikan kebanggaan dengan perbuatan-perbuatan baik kitakah ? Berbakti dengan merawatnya di waktu beliau tua dan sudah tak mampu berbuat sesuatu karena tubuhnya yang renta sudah lemah untuk melakukan sesuatukah ? Atau segera pulang kampung ketika beliau memanggil karena rindunya ? Mendoakan setiap saat agar kedua orangtua sehat, panjang umur yang manfaat, dan berkehidupan yang penuh keberkahan ? Apakah semua itu sudah kita lakukan dengan baik ? Atau malah kebalikannya ?
Banyak orang sakit yang tidak tahu penyebabnya. Dipikirnya ketika lambungnya sakit penyebabnya semata faktor fisik semata. Yang kena firuslah. Yang infeksilah. Karena sering telat makanlah. Kecapeanlah. Banyak pikiranlah. Tak pernah terpikirkan bahwa sakit ada hubungannya dengan dosa. Sakit merupakan salah satu cara Allah untuk mengembalikan manusia ke jalan yang benar. Kembali kepadaNya. Tak pernah terpikirkan bahwa sakit yang dideritanya saat ini ada hubungannya dengan sikapnya yang sering menelantarkan orangtua dimasa lalu. Tak memperhatikan orangtua. Bahkan sering membuat air mata ibunya menangis karena kelakuannya.
Apakah saya sudah baik kepada diri sendiri ? kepada sesama ? kepada alam sekitar dan seluruh isinya ?
Mungkin saya sering mendzalimi diri sendiri dengan selalu menggunjing ? Berlaku bakhil ? Jahat ? Iri dan dengki ? Bersaksi dusta ? Mengadu domba ? Padahal saya tahu itu adalah dosa. Namun saya tak berdaya untuk lepas dari segala kemaksiatan itu. Bukan hanya dzalim kepada diri sendiri. Bahkan hubungan saya dengan sesama tak pernah menjadi perhatian. Banyak janji yang tak dipenuhi. Jauh dari sikap toleransi. Egois. Mau menang sendiri. Acuh tak acuh. Toh tak merugikan orang ini ? Boro-boro menyapa dan menyayangi alam sekitar dan seluruh isinya. Apakah ini yang kita lakukan pada masa lalu hingga sekarang ?
Apakah saya sudah mengumpulkan bekal menuju kematian ?
Kematian adalah soal maha serius yang tak boleh diremehkan. Bahkan harus disiapkan sejak dini agar ketika ajal tiba, kita sudah mempunyai bekal yang cukup. Ialah menjadi manusia yang kaffah. Yang fitri kembali seperti ketika dilahirkan. Telanjang tanpa beban dihadapan Alloh SWT. Bukan telanjang secara fisik. Namun telanjang dalam arti ruhani sudah bersih dari segala dosa, dan tak malu lagi telanjang dihadapan Alloh SWT.
Demikian artikel Sakit Adalah Kesempatan Emas Untuk Muhasabah Diri. Semoga bermanfaat. Yuk segera bebenah bekal agar tak ketinggalan kereta yang akan menjemput kita menghadapNya. Aaamiin Yaa Robbal’alamiin. Alhamdulillahirabbil’alamiin...
Purworejo, 27 September 2020
Salam Tauhid,
NiniekSS