Jujur saja, tiap hari menulis tentang sakit maag, kadang-kadang jenuh juga, andapun barangkali tiap hari membaca soal sakit maag jenuh juga ya ? Kali ini saya ingin berbagi kisah tentang Uang Goib yang baru-baru ini saya alami.
Beberapa hari yang lalu, saya sedih sekali. Super sedih. Karena harus membayar pinjaman kepada teman yang jumlahnya sekitar Rp.3,5 juta rupiah. Padahal belum ada uang sedikitpun yang kepegang ditangan.
Kemanakah harus saya cari uang sebanyak itu ? Pinjam kepada saudara sudah sangat malu karena dulu ketika saya sakit mereka sudah sering membantu saya, masak sekarang sudah sehat masih tetap akan merepotkan mereka ?
Kepada tetangga ? tambah sungkan lagi, karena saya sudah sering juga mereka bantu. Tuhan, apa yang harus saya lakukan ?
Walhasil, akhirnya sayapun lalu berusaha mencari solusi lewat internet. Lalu saya ketikkan kata kunci “Uang Goib”, klik, maka keluarlah di Google Penelusuran beberapa pilihan tentang Uang Goib.
Satu persatu saya buka dan saya pelajari, eh ujung-ujungnya jadi takut sendiri setelah membaca semua yang ditawarkan untuk mendapatkan uang goib itu.
Ada yang harus dengan uang mahar sekian-sekian lalu tinggal duduk manis diam dapat duit, nanti di atm kita akan ada transferan sekian banyak. Wuiih enak bener ! duitnya siapa tuh yang nyelonong masuk kea tm kita tanpa diundang ? Halalkah ? wallohua’lam !
Lalu ada lagi yang dengan mahar sekian, kita, melalui alamat email kita akan dikirim amalan yang ditanggung aman tak membutuhkan tumbal, harus diamalkan dalam kamar tertutup, malam hari dan lampu dalam keadaan gelap, sendirian. Nanti akan ada penampakan, kita tak usah takut, karena itu khodam yang akan mengantar uang yang kita pesan. Iih sereeeeem…
Hanya pengin dapet duit aja kok harus berurusan dengan yang serem-serem emoh aah !
Tapi terpikir lagi bahwa besuk pagi saya harus membayar pinjaman 3,5 juta yang saya pergunakan untuk membayar UKT, uang kuliah tunggal putri saya bulan yang lalu. Alhamdulillah saya sudah dhuha rutin, sudah tahajjud rutin, dan sudah doa istiqomah untuk memohon pertolongan Allah agar ada risky untuk membayar hutang saya tersebut, tapi kenapa ya Allah kok belum memberikan pertolonganNya?
Saya tidak berburuk sangka kepada Allah mengapa belum memberikan saya risky untuk membayar hutang saya…Akhirnya untuk membuang kejenuhan saya, sayapun pergi ke Yogya untuk mencoba membicarakan penerbitan buku saya tentang sakit maag. Siapa tahu dengan terjualnya buku saya nanti insya Allah bisa untuk tambahan biaya untuk menutup kebutuhan. Ternyata untuk menerbitkan buku ada batas minimal penerbitan dimana uangnya harus dibayar lebih dahulu yaa?
Waduh Ya Allah…ini mau mencari solusi uang malah harus keluar duit dulu sebelumnya. Tapi saya memakluminya karena demikianlah prosedur yang harus dilalui…
Sebelum buku saya terbitkan, saya mencetak beberapa buku sebagai sample…Karena saking kepepetnya tak megang uang, beberapa buku itu saya bawa jalan, yang maksudnya mau saya tawarkan.
Ketika itu kondisi yogya pada jam 11 siang teramat panas terik, udara sangat kering, banyak sekali debu beterbangan, apalagi selama jembatan comal belum selesai dalam perbaikan sehingga alat angkut berat seperti truk-truk tronton yang semula melewati jalur utara sekarang ini dipindah ke jalur selatan, sehingga tiap harinya beratus-ratus truk gandeng melewati jalur selatan yogya menuju arah Surabaya.
Bisa dibayangkan betapa kotornya udara sepanjang jalan, sehingga banyak sekali orang pada batuk pilek tak sembuh-sembuh. Orang-orang di wilayah Yogyakarta, terutama mahasiswi banyak yang kemudian memakai masker.
Saya siang itu menyusuri sepanjang jalan Samirono, sambil memikirkan dimanakah ada solusi uang goib. Yang saya maksudkan sebagai uang goib itu bukannya uang yang berasal dari goib, tapi uang yang datang tiba-tiba, tak disangka-sangka dan mencukupi kebutuhan ha ha..
Saya kebetulan tak memakai masker, lupa. Betapa teriknya matahari musim kering di Yogyakarta, menyengat hingga ubun-ubun. Hidung seperti tersumbat, baru sebentar saja keluar, hidung sudah penuh dengan kotoran !
Betapa sangat tingginya polusi kota yogya. Saya baru nyadar setelah beberapa kali tidur di kost anak saya, ternyata di langit yogya jarang kita bisa melihat bintang. Kata beberapa mahasiswa yang pernah saya tanyai, hal ini disebabkan banyaknya kendaraan yang ada dilingkup Yogya sehingga menyebabkan polusi berat pada atmosfeer di langit yogya.
Dengan kondisi rasa yang gak karuwan, panas, pengap, lapar, haus, galau, bahkan rasanya hampir pingsan memikirkan solusi uang yang belum ada bayangan, tak terasa tiba-tiba air bergulir di pipi saya…sedih sekali rasanya…sebab disana di sepanjang jalan Samirono itu tak ada satupun orang yang saya kenal…terasa betapa sepinya sendiri dalam kesedihan yang menyeruak…
Mobil-mobil mewah berseliweran melewati sisi tubuh saya, rasanya mereka tak punya beban problem seperti yang saya rasakan. Lalu beratus-ratus motor lewat beriring-iringan, asap dari knalpot kendaraan mereka menambah lengkapnya polusi yang ada. Ya Allah..dimanakah ada solusi uang goib ?
Anda mungkin berpikir, saya sudah tak rasional ya ? Orang yang kepepet terkadang tak bisa berpikir secara bening lagi…Sayapun mungkin kemarin sudah tak bisa berpikir bening lagi. Saya berjalan sambil menunduk, siapa tahu ditanah ada cek yang bernilai puluhan juta, he he jika saya kembalikan kepada yang punya barangkali saya diberi ucapan terima kasih ? Ampuni saya Ya Allah jika hamba masih sering mengharap-harap pada pemberian manusia.
Karena rasa-rasanya sudah mau pingsan, maka saya sudah tak ingat tentang solusi uang goib lagi, saya tiba-tiba berdzikir “hasbunallah wa nikmal wakil, nikmal maula, wa nikman nasir”, yang artinya “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung” saya meminta pertolongan Allah agar saya dikuatkan untuk kembali ke kost putri saya lagi…hanya pertolongan dari Allahlah pertolongan yang terbaik.
Dzikir ini dulu saya terima dari Cak nun, Emha Ainun Nadjib ketika ada kesempatan saya bertemu dengan beliau dalam kunjungan budayanya ke kabupaten Purworejo.
Saya berdzikir terus dan terus hasbunallah hanya dengan satu harapan agar saya bisa sampai ke kost putri saya lagi dengan selamat. Tak ingat lagi pada harapan uang goib ! Alhamdulillah walau dengan kepala yang pyur-pyuran dan pemandangan ribuan bintang yang terlihat, saya akhirnya sampai di kost putri saya dengan selamat.
Saya langsung mencuci kaki, dan ambil wudhlu. Saya minum air putih dan sholat sambil duduk tiduran karena benar-benar tak kuat berdiri lagi. Kost sepi, anak-anak belum pada pulang kuliah. Saya ambil makanan sambil merangkak. Saya paksakan makan, takut maagnya kambuh. Alhamdulillah setelah selesai makan seperti ada energy baru…
Setelah itu saya berbaring, sudah ayem kalau sudah sholat. Ketika berbaring saya jadi teringat kembali persoalan saya, dimanakah ada uang 3,5 juta Ya Allah? Kemanakah saya harus mencarinya? Kemanakah saya harus pinjam dan dengan apakah jaminannya? Sedang saya tak punya apa-apa yang layak untuk jaminan berhutang. Punyanya hanya sepeda onthel saja dijual tak laku 100 ribu sudah karatan lagi !
Sambil terus berdzikir hasbunallah, saya sungguh-sungguh berserah diri pada pertolongan Allah semata, karena memang tak ada sesuatupun yang bisa saya harapkan dengan syareat yang saya miliki. Saya hanya mempunyai mulut dan hati yang masih bisa untuk berdzikir. Itulah sisa kekuatan saya yang saya andalkan untuk memohon belas kasihan Allah Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang.
Lama saya terlelap dalam dzikir hasbunallah, ketika terdengar putri saya dan teman-temannya sudah pada pulang. Kesedihan saya tak saya ungkapkan kepada putri saya.
Sore, ketika saatnya makan tiba, saya dan putri saya keluar mencari lauk. Lalu saya makan rame-rame dengan anak-anak kost. Biasa walau saya bukan orang berada jika saya datang kekost saya senang traktir anak-anak makan, toh di yogya makanan termasuk sangat murah. Sekali makan dengan lauknya hanya 5 sampai 6 ribuan…Hanya dengan membeli 20 ribu sayur dan lauk sekost anak 5 sudah makan bahkan masih sisa, kenyang.
Belum sampai sedekah saya mereka makan, tiba-tiba hp saya berdering…lalu saya angkat…dari seberang terdengar seseorang, laki-laki, menanyakan perihal keadaan kami sekeluarga, saya, suami dan anak saya, sepertinya ia seseorang yang sudah sangat mengenal dan akrab dengan kami.
Ada beberapa saat saya menebak-nebak suaranya, tapi tak ketemu juga, akhirnya ia menyebutkan namanya, tak tahunya adik sepupu suami saya yang sudah puluhan tahun tak pernah bertemu tak pernah kontak sejak kami berpisah, ketika selepas sekolah menengah ia meninggalkan rumah hijrah pindah ke Jakarta.
Tak berapa lama kami saling bertanya kabar setelah sekian lama kami tak jumpa.
Tiba tiba ia bertanya :”Lha ini posisi mbak Nien dimana? “
“Di Yogya Dik, di kost dik Addin” jawab saya.
“Lho emang kenapa dik Addin kok pake kost segala ?” tanyanya kemudian.
“Lho kan sekarang dia sudah kuliah, ini saya pas menengok di kostnya” kata saya.
“Ya Allah dik Addin sekarang sudah gedhe yaa, sudah kuliah ? eh kebetulan ini saya ada sedikit rejeki, dik Addin butuh apa ? tolong smskan nomor rekeningnya mbak biar saya kirim sekarang” katanya.
Sambil tak bisa menahan haru saya sampaikan bahwa putri saya sedang membutuhkan laptop tapi belum bisa beli karena belum ada dananya.
“Oke nanti saya kirim untuk beli laptop Dik Addin ya Mbak ?” Subhanallah, saya tambah tak kuasa menahan air mata haru, sayapun terisak.
“Alhamdulillah…terima kasih sekali ya Dik, semoga pemberianmu menjadi amal yang putih bagimu sekeluarga…” kata saya sambil menahan isak.
“Iya mbak, sabar ya Mbak, doakan kami sekeluarga agar selalu sehat dan rizkynya berkah” kata ipar sepupu saya.
Sayapun lalu segera smskan nomor rekening saya kepada ipar sepupu saya. Tak lama kemudian ada sms masuk, konfirmasi bahwa telah ditransfer ke rekening saya Rp.3,5 juta rupiah !
Subhanallah, Alhamdulillah, Allah hu Akbar !
Saya antara percaya tak percaya melihat angka itu, padahal saya tak mengatakan berapa harga laptopnya. Mengapa angka yang ditransfer sama persis seperti yang sedang saya butuhkan ? Allah hu Akbar. Terima kasih Ya Allah atas pertolonganMu, semoga hamba menjadi golongan orang-orang mukmin yang selalu ingat untuk bersyukur. Sayapun langsung sujud syukur disaksikan anak-anak kost yang belum jadi makan karena saya lalu menerima telpon. Mungkin anak-anak sungkan untuk mendahului orang yang lebih tua.
Jadi uang goib itu memang benar-benar ada. Mungkin bagi orang lain ada yang mencari dengan cara yang serem-serem yang diluar syareat Islam dan halal atau tidaknya wallohua’lam…yang jelas mulai sejak kemarin saya jadi haqul yakin, dalam kondisi sangat kepepet, kita sangat mungkin jika memohon kepada Allah dengan yakin dan tawadhuk, akan dikabulkan saat itu juga, jika cara kita benar, dan mendapat RidhoNya.
Saat saya merasa pikiran buntu, jalanpun buntu, kepada siapakah kita hendaknya berserah diri dan memohon pertolongan, kalau bukan kepada Allah Swt, Yang Maha Tahu dan Maha Memberikan Pertolongan bagi para hambaNya ?
Tanpa diduga, tanpa dinyana, bahkan terbayangpun tidak bahwa Allah akan memberikan dana yang saya butuhkan itu lewat ipar sepupu saya, demikian mudahnya, demikian indahnya.
Siangnya, ketika saya harus berpayah-payah menyusuri sepanjang jalan Samirono hingga hampir pingsan, dan akhirnya mendzikirkan doa hasbunallah wa nikmal wakil nikmal maula wa nikman nasir tanpa memikirkan uang goib lagi, namun hanya semata menyandarkan hajat kepada pertolongan Allah semata, maka disinilah hajat saya dikabulkan oleh Allah melalui jalan yang dikehendakiNya…
Berpayah-payah dalam mencapai titik enol inilah yang sering saya alami, makbulnya doa-doa saya. Ini adalah bagian proses dari terkabulnya suatu hajat.
Semoga bisa menjadi bahan renungan kita semua.
Salam Hening Selalu,
NiniekSS
Labels:
Renungan
Thanks for reading Uang Goib. Please share...!
Subhannalloh..Saya terharu bu..sampek netes air mata ini..
BalasHapusMas Wawan
HapusIya mas. Sebuah pengalaman hidup yang pahit dan manis pada akhirnya. Untuk mencapai terkabulnya hajat memang kita harus sepenuhnya menyandarkan hajat kita kepada Allah SWT.
Salam,