MENCAIRKAN HARTA KARUN YANG PERTAMA
Oleh : NiniekSS
Baca kisah sebelumnya yaa ? Disini !
Sejak suami saya mengetahui dirumahnya terdapat harta karun, suami saya berusaha menjajagi kemungkinan untuk mencairkannya, dengan menghubungi beberapa fihak yang memang sudah profesional menangani harta goib seperti itu, paling tidak orang yang pernah berhasil mencairkan hingga harta goib itu menjadi harta yang bisa dilihat secara phisik dan bisa bermanfaat bagi kehidupan.
Heran, saya sendiri yang melihat langsung dengan mata batin saya, sama sekali tak ada minat untuk mewujudkan harta itu, saya hanya takjub, dialam goib kok ternyata ada harta seperti dialam nyata…Memang sejak kecil saya selalu takjub pada keindahan, terutama pada keindahan alam ciptaan Allah. Sejak kecil jika melihat ada barang-barang mewah yang bagus saya juga kagum, namun hanya kagum pada keindahan seninya bukan ingin memilikinya.
Saya lebih tertarik menyaksikan proses mekarnya kembang wijayakusuma mulai jam 9 malam hingga tengah malam. Atau tumbuhnya kuncup daun pucuk pada pohon cabe yang terjadi pada pagi hari saat malamnya datang hujan yang pertama kali..
Pernah dari sore hari hingga dinihari saya menunggui proses mekarnya kembang wijayakusuma dengan tangan memegang baterai tanpa saya matikan. Mata saya hampir tak berkedip mengamatinya. Saya duduk didekat bunga wijayakusuma yang sejak sore sudah tumbuh kuncupnya hampir mekar. Disebelah tempat duduk saya, ada air putih dan makanan kecil yang saya siapkan agar saya tak usah beranjak kemana-mana jika saya haus dan lapar.
Subahanallah…pergerakan mekarnya kembang wijayakusuma itu tak dapat tertangkap oleh mata saya, meskipun mata saya hampir tak berkedip ! Tiba-tiba sekitar jam 11 malam kembang itu sudah mekar sempurna, dan mulai jam 12 malam selebihnya pelan namun pasti kembang itu mulai melayu, meredup mekarnya. Dan melayunya kembalipun tak bisa saya ikuti dengan mata telanjang, tahu-tahu jam 1 malam sudah layu, dan jam 2 dinihari sudah tidak segar lagi mekarnya.
Itulah keajaiban Allah SWT. Semua yang ada didunia ini selalu mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhannya sangat halus hingga tak dapat tertangkap oleh mata manusia.
Kembali ke masalah pencairan harta karun itu, pernah ada seorang kyai yang ingin mencoba melihatnya, namanya Pak Kyai Ismail. Beliau meminta sedikit tanah dimana harta karun itu pernah saya lihat, untuk dibawa pulang dan akan dimunajati dirumahnya. Saya memberinya tanah segenggam sesuai dengan permintaan Pak Kyai Ismail. Ada kurang lebih 1 bulan dari kedatangan beliau, namun kok tak ada kabar beritanya. Ah sayapun tak memikirkannya lagi. Mungkin Pak Kyai Ismail tak mampu melihatnya jadi buat apa kembali kepada saya untuk melanjutkan perundingan.
Tiba-tiba, baru saja saya berpikir demikian, setelah sebulan lebih, Pak Kyai Ismail datang lagi kerumah saya, tapi wajahnya pucat, dan tubuhnya kurus banget, seperti orang yang sedang sakit. Mukanyapun berkerinyit-kerinyit seperti sedang menahan sakit. Setelah mengucapkan salam beliau berkata kepada saya : “Bu, Ya Allah, mulai sejak munajati tanah ibu, sampai saat ini, perut saya sakit tak sembuh-sembuh, malah awalnya dulu diare hingga berhari-hari, sudah saya periksa ke dokter berulang kali tapi tak juga sembuh Bu, apa ibu tidak ikhlas ya?”.
“Ya Allah Pak Kyai, kok tak ikhlas bagaimana to? Wong saya ini malah seneng sekali kok, kalau ada yang mau bantu mencairkan biar segera bisa manfaat buat orang banyak” jawab saya.
“Bu, tolong obati saya ya Bu” katanya menghiba.
“Insya Allah, nanti saya ramukan jamunya”.
Kemudian saya ramukan langsung dihadapan Pak Kyai jamu untuk beliau. Dua bungkus. Tiga hari kemudian Pak Kyai Ismail balik lagi kerumah saya, saya agak kaget. Ada apalagi, pikir saya. Ternyata beliau kembali kerumah saya untuk memberitahu saya dan mengucapkan terima kasih bahwa setelah minum jamu rebus saya baru beberapa teguk, sakit perutnya langsung sembuh.
Subhanallah, Pak Kyai Ismail mengungkapkan rasa herannya, Alhamdulillah hanya dengan 2 bungkus jamu saya sakit perutnya sudah sembuh, padahal baru direbus bungkus yang pertama dan baru beberapa teguk minumnya. Itulah kalau Allah sudah berkehendak, tak ada yang mustahil.
Ketika itu sudah ada tujuh fihak yang mendeteksi keberadaan harta karun itu. Dari lingkungan Purworejo sendiri, dari Jakarta, Sukabumi, Wonosobo, Yogyakarta, dan dari Kebumen. Aneh sekali darimana mereka mengetahui berita ini, sedangkan kami membuka info ini hanya kepada Pak Kyai Ismail, namun sepertinya berita ini tersebar bagai virus, hingga banyak orang yang datang menanyakan masalah tersebut. Ada yang bertanya karena sekedar ingin tahu, ada yang memang benar-benar berminat untuk mencoba mencairkannya.
Dan diantara sekian banyak peminat yang datang dari mana-mana, semuanya mengatakan “memang benar ada”. Namun anehnya mereka semua mengatakan, bahwa hasil munajatnya, harta karun itu tak mau diambil oleh mereka semua, kecuali oleh saya. Ya menurut berita goib yang mereka terima, bahwa hanya sayalah yang “berhak” mengambilnya.
Padahal sebelumnya mereka sangat menggebu dan sangat optimis bahwa mereka akan bisa mengambil harta itu. Namun mereka semua kembali dengan tangan hampa. Waduh ! Untuk bersentuhan dengan goib, apalagi hanya untuk urusan harta karun, saya amatlah malas.
Saya lebih baik berikhtiyar dengan kerja yang nyata, misal jual herbal, mendapat untung sedikit dua dikit, mendoakan untuk kesembuhan pasien, pasien sembuh, hajat saya dan hajat pasien untuk kesembuhan diijabah oleh Allah SWT.merupakan kesyukuran tersendiri bagi saya, daripada berpikir yang aneh-aneh soal harta karun.
Tak terlintas sedikitpun dalam benak saya, bayangan ingin mencairkan harta goib itu yang nantinya bisa membuat saya menjadi OKB ( Orang Kaya Baru ), terus saya menjadi manusia yang baru dengan perilaku yang baru pula, perilaku orang-orang yang berlimpah dengan uang. Wah, pasti melelahkan merubah kebiasaan. Siapa tahu kalau banyak harta saya malah lupa sholat, lupa ngaji dan lupa dzikir ? Naudzubillahimindzalik..…Saya takut sekali hal itu akan terjadi dalam diri saya jika saya berlimpah harta.
Lama bertahun-tahun seolah harta karun itu telah terlupakan, karena berapa kali saja orang mencoba untuk mencairkannya, namun tetap juga gagal. Bahkan pernah ada orang yang terkenal mempunyai kelebihan dikampung tetangga tempat saya tinggal ingin mencobanya pula. Ia datang diantar oleh ibu-ibu tetangga saya, kurang lebih jam 2 siang. “Mohon maaf Bu nien, bila diijinkan saya ingin melihatnya ( maksudnya secara goib )”. “Oh silahkan Pak” dengan senang hati saya mempersilahkan.
Diruang tamu kami tak punya kursi tamu. Mereka lalu duduk dikarpet. Tanpa basa basi lagi, bapak itupun segera bersila berkonsentrasi. Hanya sesaat saja, tidak ada 2 menit, astaghfirullahaladzim… tiba-tiba bapak itu seperti ada yang menyerang keras, hingga duduknya terpental, jam tangannya saja pecah karena tangannya seperti ditepiskan dan mengenai tembok rumah saya.
“Kenapa Pak ? ” Tanya saya spontan.
“Tak apa-apa Bu, memang benar bu ada, dan sangat banyak, tapi saya tak diijinkan untuk mengambilkan” kata bapak itu seperti menahan rasa kecewa. Lama bapak itu berdiam diri merenung, mungkin sedang meresapi peristiwa yang baru saja terjadi.
“Oh ya sudah kalau begitu lillahi ta’ala saja Pak, memang harta ini cukup unik Pak, banyak orang yang telah mencoba untuk mengambilnya, tapi ya seperti bapak saksikan sendiri, tidak semudah yang lain” saya berusaha menjelaskan.
“Iya..sangat banyak..” bapak itu bergumam sendiri sambil kepalanya mengangguk-angguk, berkali-kali. Kami lalu membahas soal harta itu sampai lama, tapi saya lebih banyak menjadi pendengar. Bapak itu banyak menceritakan pengalamannya yang telah sukses berkali-kali mengambilkan ditempat lain, kok ini baru tahap melihat saja sudah dicekal he he.
Suatu saat….
Saya dengan suami bersilaturahmi kerumah adik saya, Slamet di Jakarta. Ia yang pernah saya ceritakan bisa melihat goib bahkan sudah beberapa kali dimintai orang untuk mencairkan harta karun dan telah sukses juga.
Saya tak punya waktu banyak dirumah adik saya Slamet. Karena masih banyak saudara-saudara lain yang sudah lama tak kami kunjungi. Maklum kami jarang ke Jakarta karena repot, ketika itu anak saya masih kecil, dan kami tinggal di Purworejo Jawa Tengah. Saya sampai kerumahnya sesudah ashar dan rencana hanya menginap semalam besuk pagi sudah harus pamit untuk berkunjung ke saudara saya yang lain.
Entah kenapa begitu sampai, setelah menanyakan kabar keselamatan, langsung adik saya bertanya “Mbak, terus gimana soal harta karun itu ?”. “Lhah kok malah tanya sama embak, lha adik kan lebih ngerti ?” jawab saya.
“Ya sudah kalau begitu coba Mbak Nien nanti maghrib ‘mohon berita goib mencari waktu, kapan boleh diambil ?” kata adik saya lagi.
Akhirnya setelah selesai sholat maghrib, saya bermunajad, mohon kepada Allah petunjuk tentang harta goib itu, apakah boleh diambil dan kapan saatnya.
Tiba-tiba saya didatangi orang tua berjubah putih, memakai surban, bercahaya dan memancarkan bau semerbak yang luar biasa. “Ambilah Ngger ( anakku bahasa Jawa ), jam 18.30…jam 11.00 atau jam 01.00 “ kata orang tua berjubah putih itu, penuh kelembutan dan kasih sayang. Konon kan harta goib bisa diambil dari jarak jauh dimanapun asal tidak menyeberang lautan. Wallohua’lam..Jadi walau barangnya ada di Purworejo, bisa saja jika mau ditarik dari rumah adik saya.
Lalu berita langit itu segera saya sampaikan ke adik saya, dan diputuskan untuk melakukan ritualnya nanti pada jam 11.00 malam. Ritualnya dengan berjamaah yang dipimpin oleh adik saya, saya, dan teman adik saya yang namanya Mas Is ( yang biasa menjadi tim adik saya dalam prosesi pencairan harta goib ), menjadi makmumnya.
Sebelumnya didahului dengan sholat sunnah wudhlu, sholat sunnah taubat dan sholat sunnah hajat, lalu diteruskan dengan dzikir sendiri-sendiri namun hajatnya untuk pencairan itu…Jujur saja, sebenarnya saya malas untuk melakukan ritual itu, namun saya menghormati suami saya yang mempunyai hak waris goib itu, yang sangat antusias agar harta itu bisa segera dicairkan, walau tidak untuk kepentingan sendiri, namun untuk kepentingan orang banyak.
Tidak terlalu lama ritual itu berlangsung, kurang lebih hanya sekitar setengah jam kami berdzikir, tiba-tiba ada angin kencang sekali, sampai kain hordyn yang ada disamping saya melambai-lambai mengenai muka saya ketika tertiup angin. Rupanya adik saya sengaja tidak menutup jendela dikamar atas tempat dimana prosesi itu dilangsungkan, agar udara segar dari luar masuk..
Angin memang kencang sekali, sampai suaranya berkesiut-kesiut, dan tiba tiba disertai hujan yang luar biasa derasnya seperti ditumpahkan dari langit. Konsentrasi dzikir saya agak terpecah ketika percikan air hujan mulai mengenai tubuh saya. Saya melihat sekelebat bayangan putih melintas. Dan ketika konsentrasi saya tajamkan, ternyata yang datang adalah orang tua berbaju putih, bercahaya dan berbau semerbak yang tadi maghrib memberi 3 waktu pengambilan kepada saya sehabis sholat, beliau mendekat kepada saya dan memberi kunci sambil tersenyum. Lalu menghilang setelah mengucapkan salam. Serta merta bersamaan dengan menghilangnya orang tua berjubah putih itu, hujan dan anginpun ikut berhenti. Buru-buru saya mengakhiri dzikir saya, karena adik sayapun sudah selesai dzikirnya. Lalu saya segera mengamati tangan saya yang jelas tadi menerima kunci dari orangtua goib berjubah putih. Namun ditangan saya tak ada apa-apa.
Sebelum saya menceritakan pengalaman saya diberi kunci oleh orangtua berjubah putih, adik saya mengatakan :”Mbak, menurut goib, hanya Mbak Nien sendirilah yang diberi ijin untuk mencairkannya, bukan orang lain”. Terus adik saya bertanya :”Apa yang Mbak Nien peroleh tadi dalam munajad?”.
“Saya diberi kunci oleh Orang tua berjubah putih, yang mengeluarkan cahaya dari seluruh tubuhnya, dan menyebarkan wangi yang sangat semerbak dik” jawab saya.
“Bener mbak, itu Eyang leluhurnya Mas Toto sendiri yang memberi kepercayaan kepada Mbak Nien untuk membuka kunci perbendaharaan goib itu”, “Jadi sekarang Mbak Nien tak usah kemana-mana tapi sebaiknya langsung pulang ke Purworejo saja, dan jangan lama-lama langsung dicairkan saja, karena demikian isyarah yang saya terima, sebaiknya segera dicairkan !” lanjut adik saya. “Cari waktu yang baik mbak, nanti kabari saya, waktunya kita samakan antara Purworejo Jakarta, insya Allah prosesi akan kita laksanakan bersamaan, Jadi saya disini ( Jakarta ), dan Mbak Nien di Purworejo.
Akhirnya sayapun dengan suami saya batal mengunjungi saudara-saudara yang lain karena penuturan adik saya seperti itu. Kami pulang ke Purworejo dengan selamat, dan lalu memikirkan siapa kira-kira teman yang mau diajak kerjasama untuk prosesi itu karena minimal harus ada 3 orang.
Demikian kisah saya, insya Allah akan segera saya lanjutkan ke kisah berikutnya, dengan judul :”Pencairan Harta Karun Yang Ke-2”
Semoga dapat menghibur Anda.
Terima kasih atas kunjungan Anda di Blog ini, semoga Anda beserta keluarga selalu diberkahi dengan kesehatan, kesejahteraan serta dalam perlindungan Allah SWT. Amin Yaa Robbal'alamin.
Edisi Revisi, 15 Agustus 2024
Salam Sehat Sejahtera Selalu,
Penulis NiniekSS
Labels:
Kisah Nyata
Thanks for reading Mencairkan Harta Karun Yang Pertama. Please share...!
0 Komentar untuk "Mencairkan Harta Karun Yang Pertama"