SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Mencairkan Harta Karun Yang Kedua

PENCAIRAN HARTA KARUN YANG KEDUA

Setelah sampai di Purworejo, maka kamipun segera memikirkan siapa kira-kira teman yang bisa diajak bekerjasama untuk proses pencairan ini. 

Akhirnya setelah melalui seleksi yang panjang, kamipun menemukan orangnya. Seorang teman, Mas Marno namanya. Orangnya kalem, agak pendiam, namun cukup berpengalaman dalam melihat dunia goib. 
Setelah saya mencari waktu dengan mohon petunjuk kepada Allah SWT, maka kami bertiga berunding untuk mematangkan rencana, bahwa malam jumat depan setelah sholat isya jam 8 persis akan saya laksanakan prosesi pencairan harta karun yang kedua itu.



Malam jum'atpun tiba. Sebelum sholat isya, Mas Marno sudah datang kerumah. Kami bertiga sholat isya tepat waktu. Mendadak setelah sholat isya, keran air tetangga ada yang jebol, sehingga suami saya dimintai tolong untuk membetulkannya. Ya Allah, padahal membetulkan keran air tak bisa sebentar, sedangkan untuk masalah penjemputan goib waktu yang telah ditetapkan biasanya harus tepat pelaksanaannya, entah mengapa bisa begitu.

Saya dengan Mas Marno sudah cemas, sudah hampir jam 8 malam suami saya belum pulang juga. Wah kalau sampai jam 8 belum selesai bagaimana ini, pikir saya. Alhamdulillah sebelum saya susul ketempat tetangga, suami saya sudah pulang. Sudah sejak sore saya memberitahukan kepada adik saya agar siap untuk mengadakan prosesi hari ini, insya Allah jam 8 malam.
Adik saya Slamet di Jakarta sudah siap.

Maka, tepat pada jam 8 malam prosesi penjemputan harta karun itu kami mulai. Suami saya sebagai imam dan saya serta mas Marno menjadi makmum. Meskipun istilahnya imam dan makmum, kami sholat sunnah wudhlu, sholat sunnah taubat dan sholat hajat sendiri-sendiri, demikian pula kami dzikir sendiri-sendiri pula. Hanya nawaitunya disatukan untuk memohon keridhoan Allah agar harta karun yang telah berada di Jakarta dirumah adik saya itu bisa kami pindah kerumah kami di Purworejo, bukan lagi dirumah ibu mertua saya dirumah jambu.

Kejadiannya sama persis dengan pelaksanaan prosesi penjemputan dirumah adik saya di Jakarta. Jadi kurang lebih setengah jam dari mulai kami berdzikir, tiba-tiba ada angin kencang luar biasa, seperti angin pusaran yang hendak melanda apa saja, kaleng-kaleng, seng-seng yang ada diluar rumah berbunyi klontang-klontang dan gordyn rumahpun melambai-lambai bagai kena prahara.

Lalu hujan yang bagai ditumpahkan dari langit tercurah mengagetkan, benar-benar deras sekali, sehingga dari lubang-lubang angin yang ada ditembok tampias. Persis ketika deras-derasnya hujan, dalam goib saya melihat dengan sangat jelas ada seorang laki-laki yang memanggul karung seperti karung beras hingga 7 kali mondar mandir dari luar rumah dibawa masuk ke salah satu kamar dirumah saya. Kamar itu tempat pesholatan kami. Serta merta dengan spontanitas dengan mata masih terpejam saya lari kearah kamar pesholatan. Maksud saya mau mengejar orang yang saya lihat tersebut.

Hampir saja saya bertabrakan dengan Mas Marno karena ternyata Mas Marno juga melihat penampakan sama persis dengan apa yang saya lihat. Seseorang yang mondar mandir memanggul karung yang berisi sesuatu kedalam kamar pesholatan.

Tetapi setelah saya masuk kekamar pesholatan disana tidak ada apa-apa. Oh iya saya lupa ceritakan. Setelah saya dan Mas Marno membuka mata, didepan kamar pesholatan dimana kami hampir saja bertabrakan ketika mengejar orang goib itu, hujan yang demikian derasnya tiba-tiba berhenti pula dengan tiba-tiba, bukan layaknya hujan biasa. Kami sama-sama maklum. Banyak hal-hal yang aneh-aneh dari prosesi goib.

Ketika saya laporan kepada adik saya tentang pelaksanaan prosesinya, adik saya menjelaskan :”Gak papa mbak, belum berhasil ujud, yang penting barang itu sudah aman ada dirumah Mbak Nien, Alhamdulillah pemindahan sudah sukses, nanti tinggal satu tahap lagi mbak, insya Allah prosesinya lebih mudah daripada yang pertama dan yang kedua. Ibarat tadinya barang itu berada di gudang perbendaraan, sekarang sudah keluar dari gudang perbendaraan tinggal terserah kapan Mbak Nien mau ambil sewaktu-waktu tak perlu mencari waktu khusus lagi”.

Saya senang juga tidak, kecewapun juga tidak, biasa-biasa saja ketika pada prosesi yang kedua inipun, harta karun tersebut belum berhasil cair.

Waktu terus berlalu. Bertahun tahun kemudian…kami dikejutkan adanya telephone dari teman di Wonosobo, dia memberitahu bahwa besuk sore mau datang kerumah saya bersama temannya orang pintar, yang profesinya memang suka mengambil emas goib dimana-mana. 

Benar pada keesokan sore harinya teman saya itu datang bersama bapak-bapak yang usianya sudah diatas 50 tahun. Orangnya sangat santun, rendah hati dan saya lihat memang berilmu. Kelihatan dari tatapan matanya dan cara bicaranya.

Tak perlu memakai ritual apapun ternyata bapak itu langsung to the point mengatakan bahwa dirumah saya memang ada harta karun yang sangat banyak, bahkan bapak itu bisa komunikasi dengan penunggu goibnya.

Menurut penuturan bapak itu, katanya penunggu goib dari harta karun yang ada dikamar pesholatan saya, minta tolong dengan sangat kepada bapak itu, agar disampaikan kepada saya, agar segera mencairkan harta karun itu, karena penunggu goib itu sudah sangat lelah bertugas menunggu dari jaman majapahit hingga sekarang. Berhubung sudah ketemu dengan orang yang tepat untuk mengemban amanah harta itu, maka ia kepingin sekali bisa segera istirahat dari tugasnya. Hehe ternyata didunia goib juga ada permintaan pensiun yaa? Baru ngerti lho saya.

Bapak itu juga mengatakan kepada saya :”Bu, saya sih bisa saja mencairkan, tapi oleh khodamnya saya tidak diijinkan, katanya kuncinya sudah dipegang sama ibu”

Lah kok bapak ini kok ngerti ya, padahal saya kan tidak pernah cerita? “Ibarat khodam itu orang yang mau ngasih rejeki kepada ibu, barangnya sudah ada didepan pintu Bu, ibu tinggal mengambilnya…” ujar bapak itu lagi.

“Wah saya malah jadi pusing pak, karena sudah 2 kali saya laksanakan tetap gagal juga, berarti emang saya tidak bakat mencairkan pak” Jawab saya. 

“Ya sudah gak papa bu, atas ijin Allah kalau tiba waktunya mudah-mudahan tanpa ritual apapun harta itu akan bisa keluar dengan sendirinya” kata bapak itu kemudian. Setelah cukup menyampaikan banyak hal tentang masalah harta karun itu teman saya dan bapak itu langsung pulang ke Wonosobo.

Ada lagi nih cerita yang lain…
Suatu hari ada seseorang yang datang memperkenalkan diri kerumah. Ia jika diijinkan akan mencoba membantu mencairkan harta karun dirumah saya. Ketika saya tanya, tahu darimana ? Katanya dari seorang Habib yang ada dikota Purworejo. Kebetulan saya memang mengenal Habib yang disebutkan oleh orang tersebut.

Dia mengatakan bahwa baru saja telah diutus oleh orang ternama di daerah Yogyakarta untuk mencairkan emas sebanyak 8 kg. Saya menanggapinya dengan biasa-biasa saja. 

“Ya silahkan aja Pak, kalau bisa Alhamdulillah” terus orang itu mengetuk lantai rumah saya 3 kali sambil membaca doa, tapi saya tidak begitu mendengar doa apa yang diucapkan. Setelah itu dia mengatakan :”Lho kok kosong bu?”

Saya terkejut ! apa iya ya ? Tanya saya dalam hati. Ternyata setelah saya cek benar, harta karun itu sudah tak ada dikamar pesholatan saya, mungkin penunggunya marah karena saya tidak segera mencairkannya. Melihat harta itu sudah tak ada lagi, saya ya biasa saja, tak ada sedikitpun rasa kecewa karena kehilangan.

Bapak kenalan Habib itu bertanya :”Bu, harta itu aslinya dulu darimana to?”

Saya jawab “Disana pak dekat kawedanan kutoarjo” sambil saya menyebutkan alamat yang tepat rumah ibu mertua saya yang waktu itu sudah dijual kepada orang dan menjadi padang ilalang tak terurus karena belum dibangun oleh orang yang membelinya.

“Besuk tak ceknya kesana ya Bu, boleh ?” tanyanya kemudian.
“Silahkan aja Pak, kalau sudah checking, hasilnya bagaimana tolong kabari saya ya Pak?”
“Beres Bu, jangan khawatir !” Bapak itu memang orangnya kocak dan cepat akrab walau baru saja kenal. Setelah berbincang kesana kemari bapak itu pamitan pulang.

Besuknya dia sudah datang lagi kerumah saya. Dia cerita bahwa sudah menemukan alamat dimana asal-usul harta karun itu, yaitu bekas rumah ibu mertua saya. Katanya kesana bersama dengan gurunya. Dia mengatakan :”Walah bu, buuanyaak sekali, tidak cuma ada, tapi buuanyak sekali” sambil menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali.

“Ada emas lantakannya, ada perhiasannya, ada mahkotanya, ada koinnya, komplit bu, sayang waktu saya mau ngambilkan 1 gelang saja untuk ibu, penunggunya tidak mengijinkannya, dia tidak percaya sama saya, katanya biar ibu sendiri yang mengambilnya” kata bapak kenalan Habib itu.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un tidak berapa lama saya mendengar bahwa bapak kenalan Habib itu telah meninggal mendadak tanpa musabab. Padahal orangnya sehat, segar bugar, tak pernah sakit, setiap orang yang mendengar bahwa dia telah meninggal banyak yang tak percaya.

Begitulah pengalaman saya tentang harta karun yang pernah saya lihat. Dan ini benar-benar ada…Soal pencairan itu adalah rahasia Allah…biarlah Allah Yang Maha Mengetahui, dan Maha Mengatur, saat yang paling tepat, dan jumlah yang paling pantas untuk diberikan kepada kita masing-masing. Marilah kita mensyukuri sedikit yang telah diberikan kepada kita daripada mengangankan yang besar tapi jauh dari jangkuan. He he ada ada saja didunia ini. Yuk bekerja giat, dan tekun beribadah, mendekatkan diri kita kepada Allah SWT agar kita selalu mendapat RidhoNya. Amin Ya Rabbal 'Alamiin.

Semoga kisah ini bisa menghibur Anda.

Salam Sehat Sejahtera Selalu,
NiniekSS

Mencairkan Harta Karun Yang Pertama

MENCAIRKAN HARTA KARUN YANG PERTAMA

Oleh : NiniekSS

Baca kisah sebelumnya yaa ? Disini !
 
Sejak suami saya mengetahui dirumahnya terdapat harta karun, suami saya berusaha menjajagi kemungkinan untuk mencairkannya, dengan menghubungi beberapa fihak yang memang sudah profesional menangani harta goib seperti itu, paling tidak orang yang pernah berhasil mencairkan hingga harta goib itu menjadi harta yang bisa dilihat secara phisik dan bisa bermanfaat bagi kehidupan.

Heran, saya sendiri yang melihat langsung dengan mata batin saya, sama sekali tak ada minat untuk mewujudkan harta itu, saya hanya takjub, dialam goib kok ternyata ada harta seperti dialam nyata…Memang sejak kecil saya selalu takjub pada keindahan, terutama pada keindahan alam ciptaan Allah. Sejak kecil jika melihat ada barang-barang mewah yang bagus saya juga kagum, namun hanya kagum pada keindahan seninya bukan ingin memilikinya.

Saya lebih tertarik menyaksikan proses mekarnya kembang wijayakusuma mulai jam 9 malam hingga tengah malam. Atau tumbuhnya kuncup daun pucuk pada pohon cabe yang terjadi pada pagi hari saat malamnya datang hujan yang pertama kali..

Pernah dari sore hari hingga dinihari saya menunggui proses mekarnya kembang wijayakusuma dengan tangan memegang baterai tanpa saya matikan. Mata saya hampir tak berkedip mengamatinya. Saya duduk didekat bunga wijayakusuma yang sejak sore sudah tumbuh kuncupnya hampir mekar. Disebelah tempat duduk saya, ada air putih dan makanan kecil yang saya siapkan agar saya tak usah beranjak kemana-mana jika saya haus dan lapar. 

Subahanallah…pergerakan mekarnya kembang wijayakusuma itu tak dapat tertangkap oleh mata saya, meskipun mata saya hampir tak berkedip ! Tiba-tiba sekitar jam 11 malam kembang itu sudah mekar sempurna, dan mulai jam 12 malam selebihnya pelan namun pasti kembang itu mulai melayu, meredup mekarnya. Dan melayunya kembalipun tak bisa saya ikuti dengan mata telanjang, tahu-tahu jam 1 malam sudah layu, dan jam 2 dinihari sudah tidak segar lagi mekarnya. 

Itulah keajaiban Allah SWT. Semua yang ada didunia ini selalu mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhannya sangat halus hingga tak dapat tertangkap oleh mata manusia.

Kembali ke masalah pencairan harta karun itu, pernah ada seorang kyai yang ingin mencoba melihatnya, namanya Pak Kyai Ismail. Beliau meminta sedikit tanah dimana harta karun itu pernah saya lihat, untuk dibawa pulang dan akan dimunajati dirumahnya. Saya memberinya tanah segenggam sesuai dengan permintaan Pak Kyai Ismail. Ada kurang lebih 1 bulan dari kedatangan beliau, namun kok tak ada kabar beritanya. Ah sayapun tak memikirkannya lagi. Mungkin Pak Kyai Ismail tak mampu melihatnya jadi buat apa kembali kepada saya untuk melanjutkan perundingan.

Tiba-tiba, baru saja saya berpikir demikian, setelah sebulan lebih, Pak Kyai Ismail datang lagi kerumah saya, tapi wajahnya pucat, dan tubuhnya kurus banget, seperti orang yang sedang sakit. Mukanyapun berkerinyit-kerinyit seperti sedang menahan sakit. Setelah mengucapkan salam beliau berkata kepada saya : “Bu, Ya Allah, mulai sejak munajati tanah ibu, sampai saat ini, perut saya sakit tak sembuh-sembuh, malah awalnya dulu diare hingga berhari-hari, sudah saya periksa ke dokter berulang kali tapi tak juga sembuh Bu, apa ibu tidak ikhlas ya?”. 

“Ya Allah Pak Kyai, kok tak ikhlas bagaimana to? Wong saya ini malah seneng sekali kok, kalau ada yang mau bantu mencairkan biar segera bisa manfaat buat orang banyak” jawab saya.

“Bu, tolong obati saya ya Bu” katanya menghiba.

 “Insya Allah, nanti saya ramukan jamunya”. 

Kemudian saya ramukan langsung dihadapan Pak Kyai jamu untuk beliau. Dua bungkus. Tiga hari kemudian Pak Kyai Ismail balik lagi kerumah saya, saya agak kaget. Ada apalagi, pikir saya. Ternyata beliau kembali kerumah saya untuk memberitahu saya dan mengucapkan terima kasih bahwa setelah minum jamu rebus saya baru beberapa teguk, sakit perutnya langsung sembuh. 

Subhanallah, Pak Kyai Ismail mengungkapkan rasa herannya, Alhamdulillah hanya dengan 2 bungkus jamu saya sakit perutnya sudah sembuh, padahal baru direbus bungkus yang pertama dan baru beberapa teguk minumnya. Itulah kalau Allah sudah berkehendak, tak ada yang mustahil.

Ketika itu sudah ada tujuh fihak yang mendeteksi keberadaan harta karun itu. Dari lingkungan Purworejo sendiri, dari Jakarta, Sukabumi, Wonosobo, Yogyakarta, dan dari Kebumen. Aneh sekali darimana mereka mengetahui berita ini, sedangkan kami membuka info ini hanya kepada Pak Kyai Ismail, namun sepertinya berita ini tersebar bagai virus, hingga banyak orang yang datang menanyakan masalah tersebut. Ada yang bertanya karena sekedar ingin tahu, ada yang memang benar-benar berminat untuk mencoba mencairkannya.
 
Dan diantara sekian banyak peminat yang datang dari mana-mana, semuanya mengatakan “memang benar ada”. Namun anehnya mereka semua mengatakan, bahwa hasil munajatnya, harta karun itu tak mau diambil oleh mereka semua, kecuali oleh saya. Ya menurut berita goib yang mereka terima, bahwa hanya sayalah yang “berhak” mengambilnya.

Padahal sebelumnya mereka sangat menggebu dan sangat optimis bahwa mereka akan bisa mengambil harta itu. Namun mereka semua kembali dengan tangan hampa. Waduh ! Untuk bersentuhan dengan goib, apalagi hanya untuk urusan harta karun, saya amatlah malas. 

Saya lebih baik berikhtiyar dengan kerja yang nyata, misal jual herbal, mendapat untung sedikit dua dikit, mendoakan untuk kesembuhan pasien, pasien sembuh, hajat saya dan hajat pasien untuk kesembuhan diijabah oleh Allah SWT.merupakan kesyukuran tersendiri bagi saya, daripada berpikir yang aneh-aneh soal harta karun. 

Tak terlintas sedikitpun dalam benak saya, bayangan ingin mencairkan harta goib itu yang nantinya bisa membuat saya menjadi OKB ( Orang Kaya Baru ), terus saya menjadi manusia yang baru dengan perilaku yang baru pula, perilaku orang-orang yang berlimpah dengan uang. Wah, pasti melelahkan merubah kebiasaan. Siapa tahu kalau banyak harta saya malah lupa sholat, lupa ngaji dan lupa dzikir ? Naudzubillahimindzalik..…Saya takut sekali hal itu akan terjadi dalam diri saya jika saya berlimpah harta. 

Lama bertahun-tahun seolah harta karun itu telah terlupakan, karena berapa kali saja orang mencoba untuk mencairkannya, namun tetap juga gagal. Bahkan pernah ada orang yang terkenal mempunyai kelebihan dikampung tetangga tempat saya tinggal ingin mencobanya pula. Ia datang diantar oleh ibu-ibu tetangga saya, kurang lebih jam 2 siang. “Mohon maaf Bu nien, bila diijinkan saya ingin melihatnya ( maksudnya secara goib )”. “Oh silahkan Pak” dengan senang hati saya mempersilahkan.

Diruang tamu kami tak punya kursi tamu. Mereka lalu duduk dikarpet. Tanpa basa basi lagi, bapak itupun segera bersila berkonsentrasi. Hanya sesaat saja, tidak ada 2 menit, astaghfirullahaladzim… tiba-tiba bapak itu seperti ada yang menyerang keras, hingga duduknya terpental, jam tangannya saja pecah karena tangannya seperti ditepiskan dan mengenai tembok rumah saya.

“Kenapa Pak ? ” Tanya saya spontan. 

“Tak apa-apa Bu, memang benar bu ada, dan sangat banyak, tapi saya tak diijinkan untuk mengambilkan” kata bapak itu seperti menahan rasa kecewa. Lama bapak itu berdiam diri merenung, mungkin sedang meresapi peristiwa yang baru saja terjadi.

“Oh ya sudah kalau begitu lillahi ta’ala saja Pak, memang harta ini cukup unik Pak, banyak orang yang telah mencoba untuk mengambilnya, tapi ya seperti bapak saksikan sendiri, tidak semudah yang lain” saya berusaha menjelaskan.  

“Iya..sangat banyak..” bapak itu bergumam sendiri sambil kepalanya mengangguk-angguk, berkali-kali. Kami lalu membahas soal harta itu sampai lama, tapi saya lebih banyak menjadi pendengar. Bapak itu banyak menceritakan pengalamannya yang telah sukses berkali-kali mengambilkan ditempat lain, kok ini baru tahap melihat saja sudah dicekal he he.

Suatu saat….

Saya dengan suami bersilaturahmi kerumah adik saya, Slamet di Jakarta. Ia yang pernah saya ceritakan bisa melihat goib bahkan sudah beberapa kali dimintai orang untuk mencairkan harta karun dan telah sukses juga.

Saya tak punya waktu banyak dirumah adik saya Slamet. Karena masih banyak saudara-saudara lain yang sudah lama tak kami kunjungi. Maklum kami jarang ke Jakarta karena repot, ketika itu anak saya masih kecil, dan kami tinggal di Purworejo Jawa Tengah. Saya sampai kerumahnya sesudah ashar dan rencana hanya menginap semalam besuk pagi sudah harus pamit untuk berkunjung ke saudara saya yang lain.

Entah kenapa begitu sampai, setelah menanyakan kabar keselamatan, langsung adik saya bertanya “Mbak, terus gimana soal harta karun itu ?”. “Lhah kok malah tanya sama embak, lha adik kan lebih ngerti ?” jawab saya.
“Ya sudah kalau begitu coba Mbak Nien nanti maghrib ‘mohon berita goib mencari waktu, kapan boleh diambil ?” kata adik saya lagi.

Akhirnya setelah selesai sholat maghrib, saya bermunajad, mohon kepada Allah petunjuk tentang harta goib itu, apakah boleh diambil dan kapan saatnya.

Tiba-tiba saya didatangi orang tua berjubah putih, memakai surban, bercahaya dan memancarkan bau semerbak yang luar biasa. “Ambilah Ngger ( anakku bahasa Jawa ), jam 18.30…jam 11.00 atau jam 01.00 “ kata orang tua berjubah putih itu, penuh kelembutan dan kasih sayang. Konon kan harta goib bisa diambil dari jarak jauh dimanapun asal tidak menyeberang lautan. Wallohua’lam..Jadi walau barangnya ada di Purworejo, bisa saja jika mau ditarik dari rumah adik saya.

Lalu berita langit itu segera saya sampaikan ke adik saya, dan diputuskan untuk melakukan ritualnya nanti pada jam 11.00 malam. Ritualnya dengan berjamaah yang dipimpin oleh adik saya, saya, dan teman adik saya yang namanya Mas Is  ( yang biasa menjadi tim adik saya dalam prosesi pencairan harta goib ), menjadi makmumnya.

Sebelumnya didahului dengan sholat sunnah wudhlu, sholat sunnah taubat dan sholat sunnah hajat, lalu diteruskan dengan dzikir sendiri-sendiri namun hajatnya untuk pencairan itu…Jujur saja, sebenarnya saya malas untuk melakukan ritual itu, namun saya menghormati suami saya yang mempunyai hak waris goib itu, yang sangat antusias agar harta itu bisa segera dicairkan, walau tidak untuk kepentingan sendiri, namun untuk kepentingan orang banyak.

Tidak terlalu lama ritual itu berlangsung, kurang lebih hanya sekitar setengah jam kami berdzikir, tiba-tiba ada angin kencang sekali, sampai kain hordyn yang ada disamping saya melambai-lambai mengenai muka saya ketika tertiup angin. Rupanya adik saya sengaja tidak menutup jendela dikamar atas tempat dimana prosesi itu dilangsungkan, agar udara segar dari luar masuk..

Angin memang kencang sekali, sampai suaranya berkesiut-kesiut, dan tiba tiba disertai hujan yang luar biasa derasnya seperti ditumpahkan dari langit. Konsentrasi dzikir saya agak terpecah ketika percikan air hujan mulai mengenai tubuh saya. Saya melihat sekelebat bayangan putih melintas. Dan ketika konsentrasi saya tajamkan, ternyata yang datang adalah orang tua berbaju putih, bercahaya dan berbau semerbak yang tadi maghrib memberi 3 waktu pengambilan kepada saya sehabis sholat, beliau mendekat kepada saya dan memberi kunci sambil tersenyum. Lalu menghilang setelah mengucapkan salam. Serta merta bersamaan dengan menghilangnya orang tua berjubah putih itu, hujan dan anginpun ikut berhenti. Buru-buru saya mengakhiri dzikir saya, karena adik sayapun sudah selesai dzikirnya. Lalu saya segera mengamati tangan saya yang jelas tadi menerima kunci dari orangtua goib berjubah putih. Namun ditangan saya tak ada apa-apa.

Sebelum saya menceritakan pengalaman saya diberi kunci oleh orangtua berjubah putih, adik saya mengatakan :”Mbak, menurut goib, hanya Mbak Nien sendirilah yang diberi ijin untuk mencairkannya, bukan orang lain”. Terus adik saya bertanya :”Apa yang Mbak Nien peroleh tadi dalam munajad?”.

“Saya diberi kunci oleh Orang tua berjubah putih, yang mengeluarkan cahaya dari seluruh tubuhnya, dan menyebarkan wangi yang sangat semerbak dik” jawab saya.

“Bener mbak, itu Eyang leluhurnya Mas Toto sendiri yang memberi kepercayaan kepada Mbak Nien untuk membuka kunci perbendaharaan goib itu”, “Jadi sekarang Mbak Nien tak usah kemana-mana tapi sebaiknya langsung pulang ke Purworejo saja, dan jangan lama-lama langsung dicairkan saja, karena demikian isyarah yang saya terima, sebaiknya segera dicairkan !” lanjut adik saya. “Cari waktu yang baik mbak, nanti kabari saya, waktunya kita samakan antara Purworejo Jakarta, insya Allah prosesi akan kita laksanakan bersamaan, Jadi saya disini ( Jakarta ), dan Mbak Nien di Purworejo.

Akhirnya sayapun dengan suami saya batal mengunjungi saudara-saudara yang lain karena penuturan adik saya seperti itu. Kami pulang ke Purworejo dengan selamat, dan lalu memikirkan siapa kira-kira teman yang mau diajak kerjasama untuk prosesi itu karena minimal harus ada 3 orang.

Demikian kisah saya, insya Allah akan segera saya lanjutkan ke kisah berikutnya, dengan judul :”Pencairan Harta Karun Yang Ke-2”
Semoga dapat menghibur Anda.

Terima  kasih atas kunjungan Anda di Blog ini, semoga Anda beserta keluarga selalu diberkahi dengan kesehatan, kesejahteraan serta dalam perlindungan Allah SWT. Amin Yaa Robbal'alamin.

Edisi Revisi, 15 Agustus 2024

Salam Sehat Sejahtera Selalu,
Penulis NiniekSS

Melihat Harta Karun

 
MELIHAT HARTA KARUN
 
Harta karun masih menjadi topik yang selalu menarik untuk dibicarakan. Walau bagi sebagian orang diantara mereka ada yang percaya dan tidak. 

Saya akan menceritakan kisah, ketika kecil dulu saya pernah melihat suatu harta karun. Dan ternyata kisah itu berlanjut hingga sekarang ini. Wallahua’lam…


Kejadiannya kurang lebih 50 tahun yang lalu ketika saya masih bersekolah di Sekolah Dasar. Jaman dulu tidak ada tukang jualan jajan yang berjibun seperti sekarang ini. Dulu satu-satunya makanan yang dijual di sekolah saya hanyalah ‘combro’ makanan dari singkong yang diparut, kemudian dalamnya diberi bumbu tempe yang agak pedas lalu digoreng. ‘Combro’ ini dijual oleh mbok Bon, isteri tukang kebon sekolah yang sangat telaten membuatnya setiap hari. Dan ini konon sudah berlangsung bertahun-tahun tanpa pernah bosan.  


Ketika lonceng istirahat berbunyi, anak-anak akan segera menyerbu ke tempat mbok Bon, takut tak kebagian combro. Tapi saya tetap santai, karena walau datang belakangan saya selalu kebagian combronya, dan anehnya mbok Bon tak pernah mau dibayar, alias gratis. Semula saya heran, mengapa mbok Bon tak pernah mau dibayar ? Selidik punya selidik, ternyata sebelumnya, Ibu saya sudah menitipkan uang kepada mbok Bon, jika sewaktu-waktu saya membeli combro. Ibu saya adalah guru SD dimana saya sekolah…pantas saja saya selalu gratis setiap kali membeli combro.


Kecuali combro yang dijual mbok Bon, didepan sekolah ada sebuah rumah yang kanan kirinya dipenuhi pohon jambu biji tapi tidak ada bijinya, yang buahnya dijual tiap hari. Setiap hari pemilik rumah selalu memetik jambu bijinya sebakul sedang. Jadi sebagian anak ada yang membeli combro dan sebagian lagi jajan jambu biji.


Saya memang lebih tertarik jajan combro daripada jajan jambu biji. Tapi saya sangat senang pada baunya yang wangi, apalagi ketika jambu biji itu mulai dimakan, serta merta akan mengeluarkan bau harum yang sangat khas. Teman-teman sering mengajakku untuk jajan jambu biji itu :”Ayolah Nien, kerumah jambu, kamu kok tak suka jambu sih, padahal jambunya manis sekali dan tak ada bijinya lagi..” rayu teman saya.


Sekali dua kali diajak saya tak tertarik, namun lama-lama saya kasihan pada teman saya yang mengajak saya. Akhirnya pada suatu istirahat siang, saya dan teman saya menuju kerumah jambu tersebut. Namun karena kesananya sudah terlambat, jambu yang dijual sudah habis. Teman saya sangat kecewa dan dengan lemasnya menggandeng tangan saya untuk balik kanan kembali ke sekolah, namun tiba-tiba yang empunya rumah berkata :”Mbak, sebentar, biar diambilkan jambu yang masih dipohon !”. Mendengar penuturan tuan rumah, teman saya girang bukan kepalang, sambil mulutnya terus menerus berterima kasih kepada yang empunya rumah. Saya tidak tertarik pada jambu yang mau dipetik oleh pemilik rumah. Saya lebih tertarik menikmati keteduhan rumah dengan berbagai tanaman buah yang ada disekeliling rumah jambu itu. 


Dirumah itu banyak sekali ditanam pohon buah-buahan. Pohon jambu bijinya sangat banyak, sangat subur dan berbuah lebat. Kecuali pohon-pohon jambu biji, disana saya lihat banyak juga pohon jeruk yang buahnya sangat lebat hingga bergantungan menyentuh tanah. Buahnya sudah ranum menggiurkan, pasti sangat manis rasanya, sayang tidak dijual. Ada lagi pohon sirsak yang bergelantungan buahnya. Juga pohon nangka yang buahnya juga banyak. Sepertinya pemilik rumah bertangan dingin. Apa saja pohon buah-buahan yang ditanamnya semuanya berbuah lebat ! Rasanya ketika itu sedang berada di kebun buah-buahan, jadi sangat menyenangkan suasananya.


Saya mohon ijin ibu pemilik rumah untuk melihat-lihat berkeliling rumah, sementara teman saya sedang menunggui seorang anak laki-laki memanjat pohon jambu untuk memetikkan jambu untuknya.


Saya menyusuri sekeliling pinggir rumah, ditemani ibu pemilik rumah, yang kemudian hari ternyata akan menjadi ibu mertua saya. Tiba-tiba ketika tiba didekat suatu ruangan, dimana diluarnya ada semak belukar kecil tapi lebat, bulu kuduk saya merinding kencang. “Ada apa ya?” pikir saya…Tidak berapa lama, saya dikejutkan dengan adanya 2 buah peti besar berisi batangan-batangan emas yang ada didalamnya. Ukuran peti tersebut, panjangnya sekitar 2 meter dan lebarnya sekitar 1 meter, seperti almari, yang saya lihat secara goib, dan itu sangat nyata. 


Saya hampir tak percaya akan apa yang saya lihat tersebut. Dan keheranan itu tak saya tanyakan kepada ibu pemilik rumah yang mendampingi saya menyusuri pinggiran rumahnya. Saya kaget dan senang sekali, ketika tiba-tiba ibu pemilik rumah memetikkan 4 buah jeruk keprok yang berukuran lumayan besar sudah masak dan diberikannya kepada saya seraya berkata :”Ini untuk mbake tak usah bayar ya?”. Pucuk dicinta, karena saya sedang membayangkan alangkah enaknya jeruk segar yang masak dipohon ini, sayang tak dijual, meskipun dijual sayapun tak mempunyai uang yang cukup untuk membelinya, pasti harganya lebih mahal dari sebiji combro.


Dari sekolah yang ada diseberang rumah jambu, terdengar lonceng berbunyi tanda bahwa waktu istirahat sudah habis. Kami berdua dengan tergopoh-gopoh lari kembali ke sekolah dengan membawa jambu dan jeruk yang belum sempat dimakan. Kami hampir saja terlambat. Bapak kepala sekolah yang kebetulan mengajar siang itu mengikuti kami memasuki ruangan dengan sudut matanya yang penuh tanda tanya karena kami membawa jambu dan jeruk kedalam kelas. Namun beliau tak menanyai apa-apa.


Sesudah itu pikiran saya terus tertumpu kepada penglihatan goib yang baru saja saya alami, saya bingung sendiri, kepada siapakah saya harus bertanya. Tentu semua orang akan mengatakan saya berbohong dan tidak percaya jika saya menceritakan hal ini. Siang hari itu saya sama sekali tidak bisa konsentrasi kepada pelajaran. Hingga saya pulang sampai dirumah, sehari, sebulan, bahkan bertahun-tahun saya selalu ingat peristiwa itu, namun saya tak berani menceritakan kepada seorangpun, termasuk kepada orang tua saya.


Hingga suatu saat beberapa puluh tahun kemudian, langkah kaki saya membawa saya untuk bersilaturahmi kerumah jambu itu. Namun kali ini saya bersama dengan seseorang yang saat ini telah menjadi suami saya. Saya sudah melupakan peristiwa ketika di SD dulu pernah melihat harta goib. Dan saya tidak menyangka bahwa calon suami saya adalah salah satu putra dari ibu pemilik rumah jambu itu. 


Awalnya saya sangat pangling ketika pertama kali menginjakkan kaki dirumah jambu itu, karena ketika saya kesana lagi, sudah tidak ada satupun pohon buah-buahan yang nampak. Pohon jambu dan pohon jeruk yang dulu pernah saya lihat, waktu itu tak ada lagi.... Kanan kiri rumah yang terdiri dari pekarangan luas, saat itu terlihat tandus kesannya seperti tidak terurus.


Namun ada satu hal yang mampu mengingatkan saya pada kenangan lama itu. Ya rumah ini kan persis berada didepan SD saya dulu ? Dan SD saya masih tetap SD saya yang dulu, baik bangunannya maupun penataan lingkungannya tak ada yang berubah sama sekali, kecuali catnya yang diganti dengan warna putih. Waktu saya sekolah dulu, dindingnya bercat kuning gading.


Saya masih perlu mengembalikan ingatan beberapa lama, untuk mengenang masa kecil di Sekolah Dasar dulu, ketika tiba-tiba saya teringat kembali akan harta karun itu.


Ya benar, tidak salah lagi, ini adalah rumah jambu yang dulu itu. Keyakinan saya menjadi lengkap, ketika tiba-tiba calon suami saya keluar bersama seorang ibu. Ibu itu ya ibu yang dulu pernah memberi saya 4 buah jeruk keprok manis. Hanya sudah jauh lebih tua dan lebih kurus. Ketika kemudian saya ingatkan pada kenangan dulu, Ibu calon mertua saya rupanya sudah tidak ingat lagi bahwa dulu pernah memberi saya 4 buah jeruk.


Saya dipersilahkan masuk keruang tamu. Ruang tamunya ternyata cukup lebar didalamnya. Rumah berbentuk joglo dengan bangunan kayu jati utuh yang masih nampak kokoh meskipun sudah terbilang tua. Saya sudah tak sabar lagi untuk menelusuri kembali harta goib yang pernah saya lihat dulu. Calon ibu mertua saya masih penuh semangat ceritanya menyambut kedatangan saya untuk diperkenalkan oleh calon suami saya kepada beliau.


Ketika beliau sudah merasa cukup menyambut saya, maka beliau beranjak dari tempat duduknya menuju kedalam. Saya sudah tak mampu lagi menahan kesabaran saya untuk melihat-lihat sekeliling rumah seperti dulu pernah saya lakukan. Tiba-tiba saya tertarik untuk mendekat kearah jendela besar yang mempunyai teralis dari besi, yang terletak pada dinding sebelah kiri rumah. 


Jendela rumahnya berukuran jumbo seperti rumah-rumah bangunan jaman belanda, meskipun bangunan rumahnya berbentuk joglo, namun jendelanya berbentuk jendela berarsitektur belanda. Lantainya terbuat dari lantai abu-abu yang sudah menjadi hitam mengkilap bersih menandakan yang empunya rajin memelihara rumah.


Saya terkesiap, ketika dari jendela melihat keluar, persis dibawah jendela masih ada semak belukar yang dulu membuat bulu kuduk saya berdiri. Kalau begitu, berarti harta itu berada diruangn ini.


Saya kemudian menenangkan diri, saya berjalan keluar ruangan untuk berwudhlu. Kebetulan dipojok depan rumah sebelah kiri ada keran air, sepertinya memang disediakan untuk tempat mencuci kaki diluar rumah. Setelah itu saya kembali masuk dan sesaat kemudian saya konsentrasi memohon kepada Allah SWT, agar diijinkan melihat kembali harta goib itu. Subhanallah… harta goib itu masih tetap ada disana, belum berpindah tempat. Keyakinan saya mulai tumbuh, bahwa harta goib itu memang ada !


Saya tidak segera memberitahu calon suami saya, saya tak mau gegabah dalam hal ini. Baru setelah beberapa lama menikah saya menyampaikan soal harta karun yang saya lihat dirumahnya. Suami saya tak percaya. Tapi tak menuduh saya mengada-ada. Hanya keheranan, apa iya dirumahnya ada harta karun? Sebab sudah bertahun-tahun seluruh anggota keluarganya tinggal dirumah itu, namun tak ada seorangpun yang pernah melihatnya.


Suami saya baru percaya, ketika adik kandung saya laki-laki namanya Pak Slamet bersilaturahmi kepada ibu mertua saya, ternyata ia melihatnya juga, bahkan secara spontan begitu melihat begitu berkomentar :”Loh Mas, disini kok ada banyak sekali harta karunnya, Ya Allah milik siapa ini ?”


Saya sangat kaget, ketika adik sayapun melihatnya. Karena sebelumnya saya tak pernah menyampaikan hal ini kepada adik saya. Bahkan adik saya lalu berkata kepada saya :”Mbak, mbok coba dimunajati, ini milik siapa, sayang lho kalau dibiarkan, kalau bisa dicairkan kan sangat bermanfaat bagi kemaslahatan orang banyak”. Adik saya walaupun mempunyai pemahaman tentang goib, namun tak berminat untuk mencairkannya karena merasa itu bukanlah haknya.


Tak berapa lama sesudah itu saya melakukan munajat sesudah sholat tahajjud, dan mendapat isyarah dari goib, bahwa harta goib itu adalah haknya suami saya, yang diberikan oleh nenek moyangnya yang dulu pernah menjadi prajurit di Kerajaan Majapahit.

Sejak saya menikah, saya sudah 4 kali didatangi ular naga goib yang sangat besar, lingkar tubuhnya ada sekitar 1 meteran, dan panjang sekitar 7 meter, berwarna hijau dengan kepalanya bermahkotakan emas, juga sirip yang ada di sepanjang punggungnya hingga ke ekornya berwarna keemasan.

Disamping naga raksasa itu selalu ada seorang putri sangat cantik yang memakai kebaya tipis warna hijau belalang. Putri itu selalu tersenyum kepada saya jika sedang datang. Sayapun berusaha membalas senyumnya dengan tulus. Siapapun dia, saya berkeyakinan diapun makhluk Allah SWT. Karena naga dan putri itu tak pernah mengusik ketentraman hidup saya, maka sayapun tak berusaha mengusiknya. Biarlah kami saling menghormati hak hidup masing-masing. Nantikan kisah selanjutnya dengan judul :”Pencairan Harta Karun Yang Pertama”


Semoga dapat menghibur Anda
 
Terima kasih atas kunjungan Anda di Blog ini. Semoga Anda beserta keluarga senantiasa sehat, sejahtera dan bahagia dalam lindungan Allah SWT. Amin Yaa Robbal'alamin.
 
Silahkan baca kelanjutannya disini !
 
Edisi Revisi, Purworejo, 15 Agustus 2024


Salam Sehat Sejahtera Selalu

Penulis NiniekSS

Cara Merawat Orang Sakit Maag

Cara merawat orang sakit maag, gampang-gampang susah. Namun jika kita sudah tahu rahasianya, tidaklah sulit, orang yang kita rawat insya Allah akan cepat sembuh. Ingin tahu caranya ? Simaklah cara yang sudah saya praktekkan sendiri, dan juga banyak orang yang menjalankan tips ini, alhamdulillah banyak yang kemudian sembuh.

Pertama-tama Anda harus mengenali apa sih sebenarnya sakit maag itu ? apa pula yang menjadi penyebabnya? Dan bagaimana pula keluhan-keluhannya?

Jika Anda sudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan sakit maag, baru Anda menginjak kepada pemahaman tentang bagaimana cara Anda merawat sakit maag. Mungkin putra putri Anda yang terkena, isteri Anda, orang tua Anda, atau barangkali ada orang-orang terdekat atau disekitar Anda yang sedang menderita sakit maag. Jika Anda sedikit banyak sudah memahami tentang sakit maag, jika ada diantara anggota keluarga Anda yang terkena, maka Anda akan bisa merawatnya dengan baik, atau setidaknya Anda bisa memberikan dukungan atau motivasi yang pas bagi orang-orang disekitar Anda yang sakit maag.

Didalam blog ini, banyak sekali tips-tips tentang sakit maag yang sudah saya tulis. Meskipun mungkin tidak ilmiah, meskipun mungkin sangatlah sederhana, namun alhamdulillah, ternyata banyak diantara para pembaca sakit maag yang memberitahukan kepada saya, bahwa sejak ia membaca tips-tips yang ada didalam blog ini, lalu rutin melaksanakan tips-tips yang saya berikan, alhamdulillah, pelan namun pasti, banyak perubahan kesehatan yang dirasakan, meskipun tidak berobat ke dokter sama sekali.

Saya merasa sangat bersyukur ke Hadlirat Allah SWT, bahwa apa yang saya tulis dalam blog ini tidaklah sia-sia. Alhamdulillah banyak penderita sakit maag yang sangat terbantu dengan blog sederhana ini. Semua itu karena Ridho Allah SWT. semata, lain tidak.

Oleh karena itu, jika ada diantara anggota keluarga Anda yang sakit maag, dan Anda bingung bagaimana cara merawatnya, silahkan Anda sering mengunjungi blog ini, insya Allah ada tips-tips yang bermanfaat disini.

Perlu Anda ketahui bahwa ada beberapa penyebab sakit maag, antara lain :

- Stress karena memikirkan sesuatu beban yang berat.
- Kebiasaan hidup yang buruk : makan tidak teratur, istirahat kurang, tidak pernah berolahraga, atau sering makan pedas, asam dan makanan yang merangsang secara berlebihan.
- Karena adanya Bacteri Helicobacter Pylori yang berada didalam lambung.

Jika Anda sudah mengetahui berbagai penyebabnya, Anda dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk merawat atau membantu kesembuhan anggota keluarga Anda, antara lain :

- Mengadakan pendekatan untuk mengetahui apa yang tengah dipikirkan penderita sehingga berakibat pada maagnya. Dengan demikian anda bisa ikut memikirkan bebannya dan membantu mencarikan solusi yang terbaik.

- Jika penyebabnya karena pola hidup yang buruk, maka anda bisa membantunya dengan mengingatkan kepada penderita agar mulai mengubah pola hidupnya menjadi berpola hidup yang baik, saatnya makan ingatkanlah untuk makan, saat harus istirahat ingatkanlah istirahat. Andapun juga harus memperhatikan menu makan penderita, sebaiknya yang tidak kasar, tidak asam, tidak pedas, tidak merangsang dan bukan makanan goreng-gorengan atau yang berlemak.

- Jika maagnya disebabkan adanya Bacteri Helicobacter Pylori, kecuali berobat ke dokter, maka penderita harus ditingkatkan staminanya dengan mengkonsumsi vitamin-vitamin yang mampu mendongkrak stamina, seperti : Madu Murni, Tahitian Noni Morinda. Dengan stamina yang bagus maka seseorang akan terhindar dari berkembangnya bacteri tersebut didalam tubuhnya. Buatlah penderita selalu merasa bahagia hatinya, karena dengan bahagia hatinya maka didalam tubuhnya akan terbentuk enzyme yang sangat bermanfaat bagi kesehatannya.

- Siapkan makanan sebelum saat makan tiba, jangan sampai penderita sudah merasa lapar dan perlu makan namun makanan belum tersedia.

- Perlu disediakan makanan selingan yang aman untuk lambung, missal bubur dari tepung garut atau tepung kerut, kue nogosari, singkong rebus yang masih hangat, atau makanan selingan yang sejenis, bukan klethikan seperti keripik singkong, keripik tempe atau jenis keripik yang lain, karena makanan jenis ini kecuali berminyak, keras sulit dicerna oleh lambung karena kasar.

- Usahakan agar penderita banyak istirahat dan jangan sampai mengangkat beban yang berat-berat…

- Usahakan agar penderita memakai pakaian yang longgar dibagian perut agar lambung tidak tertekan.

- Jika perut sedang kram, atasi dengan dikompres dengan air panas memakai alat kompres air panas yang terbuat dari karet, banyak dijual di apotik-apotik.

- Biasahakan mengkonsumsi apa saja dalam keadaan masih hangat, baik minuman maupun makanan, sebab jika makan makanan atau minuman yang dingin lambung akan terasa perih.

- Membiasakan minum air rebusan kunyit kering atau rebusan temulawak kering insya Allah akan sangat bermanfaat bukan saja untuk kesembuhan sakit maag tapi bagus juga untuk menambah stamina.

- Usahakan agar penderita mengunyah makanan hingga lembut..syukur Alhamdulillah jika bisa mengunyahnya minimal 40 kali seperti yang dianjurkan oleh Rosulullah SAW. Dengan mengunyah minimal 40 kali, kecuali makanan akan menjadi lembut dan mudah dicerna, makanan tersebut ketika masuk kedalam lambung sudah bercampur dengan enzyme amylase yang ada didalam air liur, yang mana ini sangat bermanfaat bagi proses pencernaan.

Kecuali itu Anda harus ikhlas dan sabar dalam merawat orang sakit, agar penderita lekas sembuh. Doakanlah ia dengan tulus dan sungguh-sungguh. Orang sakit yang dirawat dengan baik, dengan penuh kesabaran dan ketulusan. insya Allah akan membantu mendapatkan kesembuhannya lebih cepat dibandingkan dengan yang dirawat semaunya sendiri tanpa kasih sayang.

Demikian antara lain cara-cara yang telah saya praktekkan dalam merawat diri saya ketika dulu maag saya masih sakit, juga yang telah saya sarankan kepada teman-teman yang anggota keluarganya ada yang menderita sakit maag. Alhamdulillah bagi yang telah mempraktekkannya, penderita jauh lebih sehat daripada sebelumnya.

Semoga ada manfaatnya bagi kesembuhan Anda dan keluarga Anda. Tetap sabar, tawakkal dan semangat ! Semoga Allah segera memberikan kesembuhannya kepada Anda dan keluarga Anda yang sedang sakit. Amin Ya Robbal Alamin.

Salam Sehat Sejahtera Selalu,
NiniekSS

Menepis Anggapan Orang

Bagi siapapun yang sakit maag, Anda perlu tahu ini. Bagaimana cara kita menepis anggapan orang. Karena cepat atau lambat hampir setiap orang yang sakit maag akan mengalami hal ini, cepat atau lambat, terutama yang sakit maagnya tak sembuh-sembuh atau menjadi kronis.

Sakit maag. Awalnya memang sepele. Mual, muntah, tak ada nafsu makan, kepala pusing, diare ringan, dianggapnya hanya masuk angin biasa. Tapi kalau tidak diperhatikan dengan seksama, maka sakit maag ini akan menjadi kian parah dan benar-benar bisa melumpuhkan kehidupan.

Bayangkan, jika hal ini terjadi pada pelajar, maka bisa mengganggu sekolahnya, sering tidak bisa masuk sekolah karena perutnya sakit. Setiap kali seperti itu, otomatis prestasi belajarnya akan terganggu. Sudah banyak sekali kasus seperti ini yang saya terima dari para pasien yang konsultasi kepada saya baik melalui telephone atau sms dari seluruh Indonesia.

Belum lagi keluhan ibu-ibu rumah tangga yang karena sakit maagnya yang tak sembuh-sembuh bertahun-tahun, sehingga tak bisa lagi mengurus rumah tangganya lagi. Ia hanya bisa tergeletak di tempat tidur tak berdaya, tanpa dapat melakukan aktifitas apapun. Ia mengeluh sambil menangis, buat apa hidup seperti ini jika tak berguna lagi. Suaminya tak lagi perhatian pada dirinya, mungkin karena sudah jenuh mengurus isterinya yang sakit tak sembuh-sembuh.

Bukan hanya monopoli kaum wanita saja sakit maag ini, banyak juga bapak-bapak yang terkena sakit maag kronis. Kalau hal ini terjadi pada seorang karyawan, kebanyakan akhirnya mereka mengundurkan diri dari tempat kerjanya karena merasa sungkan kepada atasan, sakit terus hingga waktu lama, mana belum ada bayangan kapan bakal sembuhnya. 

Kondisi semacam ini tentu akan menimbulkan dampak luas yang sangat tidak menguntungkan bagi siapapun yang sakit maag lama, juga bagi anggota keluarga yang merawatnya.

Bagi penderita sakit maag yang lama tak sembuh-sembuh tentu akan menimbulkan dampak psychologies yang sangat tidak mengenakkan karena kecuali sakit yang sangat mengganggu, ia lalu tak bisa melakukan aktifitasnya dengan baik, bahkan akibat fatalnya bisa sampai kehilangan pekerjaan. Bagi para isteri yang suaminya mengalami hal ini tentu menjadi problem yang tidak mudah untuk diatasi. Disatu sisi ia harus merawat suaminya yang sakit, dilain pihak ia juga harus berupaya mencari solusi bagaimana kebutuhan rumah tangganya bisa tercukupi karena suaminya sudah tidak lagi bekerja.

Sama halnya jika hal ini terjadi pada isteri, maka suaminya bisa menjadi pusing tujuh keliling. Ia tak lagi bisa konsentrasi ditempat kerjanya memikirkan isterinya yang lama sakit dan kondisinya tak menentu, belum lagi sepulang bekerja dimana masih harus mengurus isterinya yang merintih sepanjang waktu karena sakitnya.

Orang sakit maag, sekalipun sampai kondisi yang paling parah sekalipun, orang lain tak akan melihatnya sakit. Karena dari luarnya seperti orang sehat. Sehingga bagi orang lain akan menganggapnya para penderita sakit maag ini adalah orang yang pemalas, manja, ogah-ogahan, stress, sehingga tidak lagi mau membantu si penderita dalam hal apapun juga.

Salah satu contoh kecil saja, ada seorang ibu rumah tangga masih muda, ia benar-benar menderita sakit maag yang cukup serius. Gas dirumah habis, dan perlu masak. Karena maagnya sedang sakit, ia meminta suaminya untuk membeli gas di toko atau warung terdekat. Suaminya yang sedang nonton bola di TV menjadi berang, ia menganggap isterinya malas dan main suruh sama suaminya. Suaminya tak juga segera berangkat untuk membeli gas. Isterinya perutnya bertambah sakit karena menahan kesedihan yang sangat, ketika suaminya tak juga beranjak untuk membeli gas.

Sang isteri sekali lagi meminta suaminya untuk segera membelikan gas. Dengan muka bersungut-sungut dan mengomel, akhirnya dengan sangat kesal pula suaminya pergi membeli gas ke warung.

Gas sudah terbeli. Suaminya menyerahkan gas dengan suara keras yang tidak mengenakkan. Karena hati sedang marah, tidak mau memasangkan gasnya sekaligus. Isterinya mengambil gas dan memasangnya sendiri. Maagnya tambah sakit karena sedih dan mengangkat-angkat tabung gas. Orang sakit maag sama sekali tak boleh mengangkat beban yang berat-berat. Dirumah tak ada makanan, si isteri harus memasak karena perutnya sudah meronta untuk diisi. Ia tak berani lagi untuk meminta tolong suaminya membeli makanan atau apapun yang bisa untuk mengganjal perutnya, sementara menunggu masakan matang, karena suaminya sedang berang.

Dengan sangat terpaksa, meskipun sambil menahan sakit, si isteri akhirnya lalu masak. Tak berapa berapa lama kemudian, tahu-tahu si isteri sudah tak mampu lagi melanjutkan masaknya, ia tergeletak lemas dan berteriak-teriak kepada suaminya agar mematikan kompor yang masih menyala.

Ini adalah salah satu fenomena yang sungguh-sungguh terjadi disekitar kita, pada keluarga-keluarga yang menderita sakit maag. Bagi yang sedang sakit maag hendaknya sabar, jika menerima perlakuan yang tidak mengenakkan hati karena mereka benar-benar tidak tahu bagaimana rasanya menderita sakit maag, jadi tidak bisa mempunyai toleransi yang kita harapkan.

Sebaliknya, bagi Anda yang sehat, dan mempunyai anggota keluarga yang sedang menderita sakit maag, agar Anda tahu, bahwa sakit maag kronis itu penderitaannya luar biasa sakitnya, apalagi jika sedang kambuh ! Mungkin saja yang sakit putra atau putri Anda, mungkin suami atau isteri Anda, mungkin orangtua Anda, atau mungkin sahabat atau karyawan karyawati Anda, agar Anda bisa memaklumi keadaannya dan membantu merawatnya dengan baik, atau setidaknya memberikan dukungan atau motivasi kepada orang-orang terdekat Anda yang sedang sakit maag sehingga bisa cepat sembuh.

Ini yang biasa diderita oleh orang sakit maag : mual, nyeri lambung bagai diiris-iris, kepala pusing, rasanya kliyengan seperti mau jatuh, jantung berdebar-debar, pinggang dan punggung sangat pegal jika ginjal sudah mulai terganggu, dubur sakit jika sering sembelit, dada sering sakit baik kanan maupun kiri jika terkena gangguan GERD, menderita semacam depressi yang cukup serius jika terkena ANXYETY terutama jika anggota keluarganya tidak merawatnya dengan baik, setidaknya ikut menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anggota keluarga yang sedang terkena sakit maag, karena orang yang sakit maag biasanya kondisi psykhiesnya labil, mudah sedih, mudah tersinggung.

Dan tanda-tanda yang ada, jika maag seseorang sedang kambuh adalah, muntah-muntah, diare, keringat dingin mengucur diseluruh tubuh terutama dibagian tangan dan kaki, terkadang disertai demam jika terjadi peradangan akut didalam lambungnya.

Sekali lagi bagi Anda yang sedang menderita maag dan belum sembuh, sabar ya ? tetaplah semangat dan berpengharapan bahwa Anda akan segera sembuh. Berikhtiyarlah dan berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT…Jika Anda menerima kata-kata atau perlakuan yang tidak mengenakkan, tak usah diambil hati, lupakan, karena mereka tidak tahu tentang apa yang Anda derita.

Semoga bermanfaat bagi Anda dan kita semua, Yuk kita sembuh, pelan namun pasti ! bersama dengan kesabaran dan berpikir positif, insya Allah. Bersabarlah menerima sakit Anda, mungkin Anda dulu lupa bersyukur kepada Allah ketika diberi sehat. Dan waktu sehat kita, tentu jauh lebih lama dari waktu sakit kita bukan, jadi tetaplah bersyukur dalam segala keadaan, karena segala yang Allah takdirkan bagi kita, baik itu suatu kebaikan maupun hal yang buruk, tentu mempunyai hikmah kebaikan bagi kita, yang kita harus berupaya menemukannya.

Salam sehat sejahtera selalu,
NiniekSS

Bersilaturahmi Ke Rumah Pasien

Hobby saya ketika sehat memang bersilaturahmi. Terutama mengunjungi para pasien parah yang rumahnya jauh dari rumah saya, di pelosok desa bahkan dilereng bukit yang cukup sulit untuk dijangkau orang.

Percaya tidak ? Dikawasan kabupaten purworejo masih banyak tempat yang sulit dijangkau dengan sepeda motor, jadi harus berjalan kaki lewat jalan setapak, bahkan untuk bisa sampai kerumah pasien tersebut, saya musti merangkak memanjat tebing yang tak begitu tinggi, namun jika terpeleset jatuh pasti akan memar seluruh tubuh. Saya tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa perjalanan yang akan saya tempuh begitu sulitnya. Namun saya pantang menyerah.

Ya Allah, orang yang sehat saja harus berjuang keras untuk bisa sampai kerumahnya, apalagi betapa beratnya perjuangan bu Siti saat pergi kerumah saya untuk berobat beberapa waktu yang lalu. Luar biasa tekadnya untuk sembuh. Oleh karenanya, ketika bu Siti berobat kepada saya dan saya tanya rumahnya dimana dan bagaimana bisa sampai kerumah saya, maka saya bertekad untuk suatu hari akan mengunjungi rumah bu Siti sesegera mungkin. Namun niat ini tidak saya sampaikan kepada bu Siti sebelumnya. Iya kalau saya bisa menepati janji untuk mengunjunginya, kalau tidak ? Saya tidak mau membuat kecewa bu Siti jika saya telah berjanji mau datang namun ternyata saya tak bisa kerumahnya.

Bu Siti, demikian namanya, adalah penduduk desa yang sangat miskin dan sederhana hidupnya. Lama ia merasakan keluhan pada perutnya, namun tak pernah diperiksakan ke bidan atau kerumah sakit, karena tidak mempunyai uang untuk berobat. Suaminya hanya petani buruh yang tak pasti penghasilannya setiap hari. Anaknya banyak, dan masih kecil-kecil waktu itu. Saya tak mampu menghitung secara matematis bagaimana mereka bisa hidup setiap harinya, apalagi dengan ibu rumah tangganya yang sedang menderita sakit yang sangat sulit diobati, kanker servics ! Betapa mengenaskan. Namun Allah Maha Besar dengan segala kasih sayangNya.

Dari rumah saya bersama suami berangkat pagi-pagi benar. Naik angkot yang penuh sesak bersama para pedagang sayuran dan ibu-ibu yang pulang dari belanja bulanan ke pasar kota. Ya Allah, pernik-pernik kehidupan rakyat kecil yang kenthal sangat terasa dalam suasana ini. Naik angkot yang sudah usang, lamaaa sekali menunggunya hingga penumpangnya penuh, keringat mulai mengucur karena gerah meskipun matahari baru saja bersinar, penumpang sudah penuhpun sopir belum juga menstater mobilnya…ampun deh…gerutu saya dalam hati, rasanya pengin segera memutar kunci kontak yang sudah tergantung dimobil dan membawa sendiri angkot tersebut agar terbebas dari gerah dan jenuh menunggu.

Sebel banget ketika melihat supir masih ngobrol dan bercanda sesama temannya, padahal angkot sudah penuh…Eh ternyata setelah itu tak lama kemudian ada serombongan bapak-bapak yang menumpang angkot tersebut dengan bergelantung dipintu angkot, sehingga saya tak bisa melihat pemandangan disepanjang perjalanan karena terhalang oleh kaki-kaki bapak-bapak yang bergelayut dipintu angkot itu. Dengan wajah berseri karena angkot telah ‘full’ penumpang, maka supirpun segera memutar kunci kontaknya. Ya Allah, mulut saya terus membaca doa-doa keselamatan. Ngeri sekali rasanya. Karena sepanjang jalan yang kami lalui banyak tebing disisi kiri jalan dan hanya 2 meter disamping kanan badan jalan adalah jurang yang cukup dalam…jika supir tidak lihai mengemudikan mobilnya, sangat mengerikan akibatnya.

Namun keajaiban alam, konon belum pernah terjadi kecelakaan mobil masuk jurang didaerah itu. Saya dan suami yang belum pernah merambah jalan itu, kebat kebit juga nyali saya…pikiran dan hati saya tegang terus. Apalagi dijalan tanjakan, ketika mesin angkot terdengar menggerung-ggerung seolah tak lagi mampu beranjak maju, Ya Allah. Saya lihat supir dan semua penumpang tenang-tenang saja, seolah tak ada ketegangan sama sekali diwajah mereka masing-masing, aneh ! Mungkin karena mereka sudah setiap hari terbiasa dengan suasana itu. Naik angkot reyot, berjubel penuh sesak naik turun gunung, berkelok, meliuk, Ya Allah.

Rupanya supir menangkap kegelisahan saya, lalu bertanya :”Baru pertama datang keseni ya Bu?, tenang Bu gak apa-apa, kami sudah biasa tiap hari lewat jalan sini Bu”. Kata-kata supir mampu sedikit menenangkan hati saya…setelah beberapa jauh angkot berjalan, saya mulai bisa menyesuaikan diri dengan keadaan, meski masih ada rasa ngeri melihat kondisi jalan yang menanjak, menikung, berkelok kanan berkelok kiri, apalagi kalau terjadi simpangan dengan kendaraan dari arah depan, pas berpapasan masing-masing kendaraan harus berkonsentrasi tinggi agar selamat tidak menyerempet atau masuk jurang…

Setelah dua jam sport jantung naik angkot reyot ini, sampailah kami dengan selamat sampai terminal colt tujuan. Saya bertanya sana-sini kepada orang-orang yang ada diterminal colt, alamat desa yang hendak kami tuju. Seorang anak muda mendekat kearah kami, sambil berkata :”Oh rumah Bu Siti saya tahu Bu, mari saya antar dengan ojek Bu, kesana tak ada mobil yang naik Bu”. Setelah terjadi kesepakatan ongkos ojek, saya tak menawar sama sekali, demi keselamatan. Kami menggunakan jasa 2 ojek. Satu untuk saya dan satu untuk suami saya. Suami saya menggangguk tanda menyetujui memakai 2 ojek, karena tak mungkin ‘cenglu’, bonceng telu atau tiga ha ha, mengingat terjalnya jalan yang hendak kami lalui.

Ya Allah, baru saja lepas dari ketegangan naik angkot reyot dan penuh sesak tadi, saya harus diuji nyali sekali lagi dengan membonceng ojek. Sebelum saya naik ke atas ojek, mata saya menyusuri jalan setapak yang akan saya lalui dengan ojek nanti, tinggi menuju keatas bukit meliuk seperti ular…Ya Allah, sudah setengah basah nih. Mau maju kena mundurpun kepalang basah. Mau lanjut ngeri sekali, tapi mau pulang sudah setengah jalan…Lah kenapa nyali saya jadi ciut sekali seperti ini? Seolah Tuhan sangat jauh entah dimana…iman mulai kendur. Ya Allah..dengan membaca bismillah yang teramat takzim sambil berserah diri sepenuhnya kepada Allah, akhirnya saya naik juga keatas goncengan ojek…Jalan terus merayap naik, berkelok, dan menikung, sempit sekali, belum lagi banyak batu-batu besar dijalan yang dilalui, terkadang juga lubang-lubang jalan yang menganga tak diperbaiki. Apalagi ketika tukang ojeknya berkata :’Bu, pegangan saya bu, kalau tidak nanti ibu bisa jatuh lho! ‘ Waduuh bagaimana ini ? Allah ampuni saya, saya benar-benar tidak membayangkan jika akan terjadi situasi yang sangat sulit ini. Saya butuh selamat, tapi waduh saya harus bersentuhan dengan tubuh orang yang bukan muhrim, Ya Allah bagaimana ini, padahal niat saya adalah untuk mengunjungi orang yang sakit parah dan pasti butuh dukungan.

Dilematis sekali. Ketika lama juga saya belum berpegangan tubuh Mas ojek yang saya goncengi tadi, tiba-tiba benar, hampir saja saya jatuh karena motor menghindari lubang yang menganga lebar tiba-tiba. Ya Allah, akhirnya saya dengan sangat terpaksa berpegangan pada tubuh Mas ojeknya tapi saya hanya memegangi jaket tebalnya. Astaghfirullahaladziim..Sesekali saya harus turun dari kendaraan dan motor hanya dinaiki oleh tukang ojeknya, jika medan memang teramat sulit untuk ditempuh, lalu saya naik goncengan kembali jika medan sudah dirasa aman.

Saya menghela nafas lega ketika motor itu berhenti, dan tukang ojeknya mengatakan :’Bu, sudah sampai bu, itu rumahnya diatas situ, nanti beberapa tikungan sudah sampai’ katanya.

Ya Allah saya kira sudah sampai betulan, ternyata saya masih harus naik keatas motor lagi, melewati jalan yang lebih sempit, tapi dikanan kirinya bukan jurang, namun kebun penduduk yang banyak ditanami jahe serta ketela pohon. Dan saya sudah tidak merasa khawatir lagi, karena jalan sudah lebih aman.

Baru beberapa saat merasa legaa, eh gedabrug… tiba tiba motor yang saya tumpangi terpeleset keluar dari jalan setapak, jatuh kekebun jahe yang ada disebelah bawah dari jalan yang kami lewati, masih Alhamdulillah…karena jatuhnya tidak begitu dalam hanya setengah meter. Tapi kaki saya lumayan sakit sehingga awalnya sulit untuk berdiri karena memar tertindih motor…Sambil tertawa geli campur nangis menahan sakit memar, saya berusaha untuk berdiri. Masnya tukang ojek juga terlempar dari sepeda motornya, tapi dengan gesitnya langsung berdiri dan menolong saya yang tertindih sepeda motor. Ia tersenyum geli sambil memohon maaf dengan sangat. Rupanya kejadian seperti itu bukan dianggap sebagai musibah, namun hal yang setiap saat sering terjadi, terutama jika malamnya habis turun hujan, jalan setapak dari tanah lempung memang licin jika terkena hujan.

Ya sudahlah memang saya harus mengalaminya demikian, sayapun tak banyak mengeluh. Setelah motornya diangkat dijalan, mas tukang ojek itu mempersilahkan saya untuk naik lagi diboncengan motornya. Saya geleng kepala, tak berani. Akhirnya masnya mengalah, menemani saya jalan kaki menuju rumah bu Siti, motornya ditinggal saja seenaknya dikebun dimana saya baru saja jatuh tadi...’Loh motornya kok ditinggal Mas?’ Tanya saya penuh heran. “Tidak apa-apa bu, disini aman, mau ditinggal berhari-hari gak bakal ada yang mengambil’ jawabnya. Subhanallah…betapa jujurnya orang-orang pedesaan, walau hidup mereka kekurangan, namun tak berminat atas milik orang lain yang bukan menjadi haknya. Jika setiap orang bisa berpikir demikian, alangkah damainya kehidupan ini.

Oh ya, ternyata sebelum sampai rumah bu Siti kami harus merangkak menaiki sedikit bukit untuk kemudian benar-benar sampai kerumahnya.

Alhamdulillah, akhirnya sampailah saya dirumah bu Siti... Sampai dirumah bu Siti, suami bu Siti, tukang ojek yang mengantar suami saya, dan suami saya sudah berada didepan rumah. Rupanya mereka semua menanti kami dengan gelisah, karena suami saya sudah sampai kerumah bu Siti mengapa sampai beberapa lama kok saya belum sampai juga. Ketika suami saya melihat kemunculan saya, langsung mengucap :’Ya Allah, syukur alhamdulillah’….dan kelegaan tergambar jelas diwajahnya.

Sebelum memasuki rumah bu Siti, saya sempat cerita kalau baru saja jatuh kekebun jahe, Alhamdulillah tidak apa-apa hanya ada sedikit luka memar dan pegal-pegal dibadan. Tergambar kecemasan diwajah suami saya, beliau mengerutkan dahinya. Namun tak bertanya apa-apa melihat saya masih segar bugar.

Tergopoh gopoh suami bu Siti segera mempersilahkan saya menuju kamar dimana bu Siti terbaring…Bu Siti..ternyata kondisinya sudah antara sadar dan tidak, ketika dalam kondisi sadar, melihat saya berada dikamarnya seperti tidak percaya, dia takjub ketika saya salami tangannya, lama tak dilepaskannya seolah mencari kekuatan, air matanya bergulir deras dipipinya yang sudah tinggal kulit membalut tulang, mulutnya sepertinya mengucapkan terima kasih yang amat sangat atas kunjungan saya, namun suaranya sudah tak mampu keluar dari mulutnya…saya tak mampu menahan tangis, air mata sayapun lama-lama tumpah tanpa dapat saya bendung lagi.

‘Sabar ya bu Siti, istighfar…mohon kekuatan dan kemudahan kepada Allah…’ ucap saya berbisik ditelinganya. Bu Siti kelihatan mengangguk penuh kepasrahan, kemudian pingsan lagi tanpa keluhan.

Suaminya bu Siti menceritakan kepada saya dan suami saya, bahwa sepulang dari rumah saya beberapa minggu yang lalu setelah minum jamu pemberian saya, kondisi sempat membaik, bahkan sejak itu jarang mengerang kesakitan, isterinya sangat senang karena sebelumnya perutnya selalu merasakan kesakitan yang tak tertahan, hingga sepanjang hari sering berteriak-teriak kesakitan.

Namun dua hari sebelum kedatangan saya, bu Siti sering pingsan dan tak sadarkan diri , ia bermaksud untuk membawa istrinya berobat ke saya kembali, namun kondisi fisik isterinya tak mungkin lagi bisa dibawa, dan isterinya juga merasa sudah tak kuat lagi untuk diobatkan. Ia sudah pasrah dan ikhlas atas sakitnya. Yang sekeluarga merasa lega, karena rasa sakit yang sangat diderita bu Siti sudah jauh berkurang sehingga mengurangi kegelisahan seluruh anggota keluarganya, dimana setiap saat harus mendengarkan jerit kesakitan dari Bu Siti, sementara semua tak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya.

Sebenarnya, saya tak tega untuk pulang, meninggalkan bu Siti dalam keadaan tak sadarkan diri, namun bagaimana lagi, dirumah saya masih mempunyai banyak tanggungjawab yang harus saya selesaikan untuk menolong banyak pasien yang mungkin besuk paginya akan berkunjung kerumah saya seperti hari-hari biasa. Ketika itu adalah hari Jum’at, saya biasa libur praktek pada hari Jum’at, maka saya sempatkan untuk berkunjung ke pasien-pasien yang perlu saya kunjungi.

Alhamdulillah, saya dan suami saya sudah kesampaian mengunjungi bu Siti, paling tidak sudah berusaha memberikan dorongan dan motivasi pada masa-masa kritisnya. Suami dan keluarganya, saudara-saudara bu Siti dan tetangganya penuh antusias menyambut kedatangan kami, terutama suaminya yang merasa sangat senang atas kedatangan kami hingga matanya berkaca-kaca.

Dengan berat hati, akhirnya saya dan suami saya terpaksa berpamitan pulang. Disepanjang perjalanan saya tak sempat lagi menikmati pemandangan alam yang sebenarnya sangat indah, puncak sindoro sumbing yang menjulang tinggi biru di kejauhan, lereng dan tebing gunung serta jurang disepanjang perjalanan dengan anak sungai yang meliuk dibawah sana, semuanya terlewatkan. Alhamdulillah kami 4 jam telah sampai kembali dirumah dengan selamat, dengan doa yang senantiasa terpanjat ke Hadlirat Allah, semoga bu Siti ikhlas, diberikan segala kemudahan dan diberikan yang terbaik dari Allah SWT.

Hari-hari kemudian aktifitas saya berjalan seperti biasa, menerima para pasien, memeriksa sakitnya, memberikan motivasi dan dukungan, memberikan jamu ramuan sendiri, dan memberikan cinta dan kasih sayang yang tulus kepada setiap pasien yang datang berobat.

Sepuluh hari kemudian saya kaget ketika suami bu Siti datang lagi kerumah sendirian. Saya segera memaklumi apa yang sudah terjadi. Rupanya Allah sudah berkehendak atas bu Siti pulang kembali kepangkuanNya. Tiada lagi penderitaan bagi bu Siti, yang tinggal hanya kedukaan bagi suami bu Siti dan keluarganya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, semoga bu Siti mendapatkan ampunan dari Allah SWT, mendapat tempat yang baik disisiNya, dan diterima amal baiknya ketika didunia.

Duka yang masih selalu terasa didada.
NiniekSS
Back To Top