Bismillahirrahmanirrahiim...
Kita sering mengeluh dengan setiap musibah ataupun penderitaan yang kita alami. Apalagi dengan sakit maag dan gerd yang sudah bertahun tahun atau berbulan-bulan kita alami dan tak sembuh-sembuh ini. Sudah berbagai ikhtiyar kita lakukan. Dari mulai dokter, tabib, paranormal, terapi segala macam terapi, urut, minum segala macam produk herbal, serta segala apa yang diomongkan orang kita turuti, namun belum ada tanda-tanda kesembuhan juga.
Bahkan berapapun uang atau harta yang kita miliki telah ludes untuk pengobatan yang kita lakukan demi mencari kesembuhan sakit kita. Namun Allah belum turunkan Ridho kesembuhan kepada kita. Lalu kemana lagi hendak mencari kesembuhan itu ?
Sesungguhnya apapun yang diciptakan oleh Allah SWT. didunia ini, tak ada sesuatupun yang sia-sia. Apakah itu suatu kebaikan, ataukah itu suatu keburukan pasti mengandung kemanfaatan. Hanya tidak setiap orang tahu, hikmah atau manfaat apa yang ada dalam setiap penciptaan.
Bukan hal baik-baik saja yang di Ciptakan Allah SWT yang membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Namun setiap musibah atau ketidak enakan yang Allah ciptakan dalam kehidupan manusia, selalu memberikan hikmah bagi yang bersangkutan, atau bagi orang-orang disekitarnya.
Sebuah contoh. Ada seorang anak muda. Lengkap tubuhnya. Elok rupanya. Namanya Tedy. Namun sehari-harinya ia sangat pemalas. Makan.Tidur.Merokok. Main. Yang tak karuan juntrungnya. Ia tak pernah mau sholat. Apalagi membaca Al Qur’an. Ibunya sudah kuwalahan mendidiknya, namun tetap sabar dan memperlakukan anaknya. Dalam setiap doanya ia selalu tak lupa memohonkan kepada Allah untuk mengampuni dosa anaknya itu, dan mendoa agar anaknya suatu saat bisa menjadi anak yang sholeh.
Meskipun secara nalar, tak mungkinlah anak yang sedemikian semau gue bisa menjadi anak yang sholeh.
Suatu hari....
Pemuda tersebut ngeloyor pergi dengan sepeda onthelnya tanpa pamit kepada ibunya. Memang sudah menjadi kebiasaan buruknya setiap kepergiannya tak pernah ia pamit kepada ibunya.
Tujuan ia keluar mau mencari rokok, karena rokoknya sudah habis sejak semalam. “Eh mas Tedy...” sapa pemilik warung dipinggir jalan, langganan Tedy. “Gudang Garam ya mas ?...”...”Iya..biasa” Jawab Tedy. Meskipun belinya hanya beberapa batang.
Ia tak sabar untuk mengambil sebatang rokok dan menyalakannya diantara bibirnya yang menghitam karena seringnya merokok.
Ketika Tedy sedang menyalakan ujung batang rokoknya, dan menutupinya dengan kedua tangannya agar angin yang bertiup tak mematikan apinya, tiba-tiba dari sudut matanya ia melihat sesuatu yang selama ini luput dari perhatiannya.
Seorang yang cacat kedua kakinya, berjalan dengan kedua tangannya mendekat kearahnya, menjumputi kotak aqua gelas yang telah kosong yang banyak bertebaran disekitar warung itu. Memasukkannya kedalam kantung plastik besar yang di bawanya dengan menyeretnya memakai tali. Karena kedua tangannya tak bisa untuk membawa kotak-kotak aqua kosong itu, sebab untuk berjalan.
“Untuk apa itu mas ?..” Tanya Tedy kepada anak muda yang cacat kaki yang sebaya dengannya umurannya. “Untuk dijual mas. Uangnya saya belikan keperluan sehari-hari, untuk ibu saya dirumah, beliau sudah tua, karena Bapak sudah tidak ada sejak saya masih kecil..” Kata anak muda yang cacat kaki kepada Tedy. Deg ! Jantung Tedy bagai ditohok ! Nasib pemuda cacat ini mirip dengannya. Hidup bersama ibunya yang sudah tua, dan bapaknya sudah meninggal sejak masih kecil.
Hanya bedanya. Pemuda cacat itulah yang mencarikan nafkah ibunya, sedangkan dirinya selama ini hanya bermalas-malasan saja. Bahkan hanya menyusahkan ibunya saja.
“Mari mas...saya mau mengumpulkan yang lain agar dapatnya lebih banyak...” Kata anak muda yang cacat tadi sambil beringsut pergi dengan tangannya yang berfungsi sebagai kakinya untuk berjalan. Lalu hilang dari pandangan mata dikejauhan.
Tedy terkesiap...Tertegun...seperti ada aliran keharuan yang dahsyat menyusupi hatinya. Melihat betapa baktinya pemuda cacat itu kepada ibunya, ada rasa bersalah yang menghujam jiwanya, ia benar-benar merasa sangat berdosa kepada ibunya yang selama ini selalu disusahkannya. Dipandanginya kepergian anak muda yang cacat itu hingga hilang dari pandangan matanya. Berbagai perasaan berkecamuk campur aduk didalam hatinya.
Tedy tak mampu menahan air matanya dihadapan pemilik warung rokok itu. Ia yang sehat. Yang gagah. Yang sempurna tubuhnya. Setiap hari hanya menghabiskan waktunya hanya untuk makan, tidur, main, merokok, yang menjadi beban ibunya yang sudah janda seperti ibu dari pemuda cacat tadi.
Betapa berdosanya ia kepada Ibunya. Ya Allah...ia sangat malu kepada anak muda yang cacat itu. Malu kepada Allah. Dan malu kepada dirinya sendiri yang selama ini tak berguna. Dengan bergegas, ia buang rokok Gudang Garamnya yang masih terselip di bibirnya, ketempat sampah dengan tak peduli lagi. Lalu ia segera mengayuh sepedanya, ia ingin segera sampai kerumah dan meminta maaf kepada ibunya. Ia ingin bersimpuh dikaki ibunya serta memohon ampunan atas segala dosanya selama ini kepada ibunya. Ia ingin bertaubat. Ingin hidupnya berubah. Menjadi orang yang bermanfaat. Terutama bagi ibunya. Pumpung ibunya masih hidup. Ia ingin membahagiakan ibunya seperti anak muda yang cacat tadi.
Ia tak ingin ibunya susah. Ia benar-benar ingin berbakti kepada ibunya. Ibunya terbengong-bengong ketika tiba-tiba anaknya datang bersimpuh dikakinya memohon ampun sambil menangis tersedu-sedu bagaikan anak kecil. Ibu Tedy segera memahami keadaan. Rupanya Allah telah memberi anaknya hidayah. Hidayah kesolehan, apapun penyebabnya. Mereka ibu dan anak bertangisan menerima hidayah pencerahan ini. Subhanallah. “Alhamdulillah Ya Allah...akhirnya Engkau jawab juga doa hamba..” seru Ibu Tedy dalam hatinya.
Mulai sejak itu terjadi perubahan frontal dalam diri Tedy. Ia belajar sholat dan belajar membaca Al Qur’an mulai dari buku Iqro’. Ia bangun pagi-pagi buta. Setelah selesai sholat shubuh lalu membersihkan rumahnya yang kecil. Ia tak memperbolehkan ibunya bekerja sekalipun hanya sekedar mencuci piring atau mencuci baju. Apapun pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh ibunya diambil alih oleh Tedy. Subhanallah..ia banyak belajar dari pemulung cacat yang ditemuinya tadi siang di warung rokok. Rupanya Allah menurunkan hidayahNya melalui pemuda cacat pemulung itu.
Pemuda cacat itu tak menyadari bahwa ia telah menjadi jalan yang Allah pilih untuk mengubah kehidupan seorang Tedy, dari kehidupan buruk, menjadi kehidupan sholeh yang takut kepada Allah SWT. Dari kehidupan cuek seorang anak yang hanya menyusahkan orang tua, atau ibunya, menjadi Tedy yang sangat berbakti, sayang dan menghormati ibunya. Tedy, yang kini setiap gerak geriknya selalu menyenangkan ibunya, dan mendatangkan rasa syukur ibunya ke Hadlirat Allah SWT. Siapa yang menyangka ?
Apakah pemuda cacat itu tak memperoleh apa-apa dari Allah ? Bukankah Allah Maha Membalas setiap kebaikan ? Tanpa disadarinya, tentu Allah sudah menyiapkan segala pahalaNya bagi orang-orang yang telah berbuat baik. Yang taat kepada perintahNya. Seperti pemuda yang cacat tadi, yang sangat menyayangi ibunya. Yang sangat berbakti kepada ibunya. Yang mencarikan nafkah bagi ibunya yang sudah tua. Cacat fisik tak menghalanginya untuk mengerjakan segala kebaikan yang ia mampu lakukan untuk ibunya yang sangat disayanginya. Tentu Allah sudah menyiapkan pahala yang terbaik baginya sebagai hadiah bagi apa yang telah diperbuatnya kepada ibunya.
Demikian dengan sakit kita yang lama tak sembuh-sembuh. Janganlah kita hanya mengeluh dan mengeluh setiap saat. Bukankah sehat kita masih jauh lebih lama dari sakit kita. Sakit juga pembelajaran bagi kita, agar menyadari betapa banyak nikmat Allah yang lain yang masih bisa kita syukuri. Mungkin juga dulu ketika sehat. Kita lupa mensyukuri betapa nikmatnya sebuah sehat.
Adakah hikmah dari sakit yang sedang kita derita ini ?
Banyak sekali teman ! Simak saja ya !
Bagi seorang isteri yang suaminya sakit maag kronis tak sembuh-sembuh. Disamping ia menjadi sangat repot merawatnya. Ia juga sangat sedih, karena suaminya terpaksa tak lagi mampu bekerja, karena sakitnya. Tak mampu lagi beraktifitas. Hingga akhirnya ekonomi rumah tangga menjadi kacau balau.
Hikmah bagi isteri. Ketika dulu suaminya masih sehat. Masih berjaya. Ia tak pernah menghormati suami. Tak pernah menghargai suami. Ia hanya menghabiskan uang suami untuk membeli apa saja kesenangannya. Baju-baju model terbaru. Tas-tas dengan segala macam model. Jilbab-jilbab terkini...Ia tak mengerti bagaimana suaminya susah payah mengerjakan pekerjaannya sebagai seorang kontraktor dilapangan. Dilakoninya kerja keras siang dan malam tak mengenal lelah. Demi kesejahteraan keluarganya.
Dan sekarang. Ketika Allah memberinya sakit kepada suaminya yang tak sembuh-sembuh ? Hingga terpaksa berhenti dari pekerjaannya. Betapa susah dirinya. Pelan namun pasti, ia harus menjual perhiasannya, atau barang-barang berharga yang lainnya yang ada. Untuk berobat suaminya agar lekas sembuh.
Semua harta yang ada akhirnya ludes. Namun suaminya belum juga sembuh. Kini ia tak lagi bisa shopping untuk membeli baju-baju baru, tas-tas model terkini, ataupun perhiasan yang ia sukai. Betapa susah hidupnya kini. Tak mempunyai penghasilan sama sekali. Ia, baru menyadari betapa berartinya suaminya dalam kehidupan ini.
Dulu, ketika suaminya masih berjaya. Ia tak mau masak sendiri untuk keluarganya. Ngapain susah-susah masak. Pesan saja di restaurant tinggal angkat telpon masakan aneka rupa sudah diantar kerumah. Ia tak perlu susah payah belanja ke pasar. Tak perlu capek-capek memasak.. Ia tak menyadari bahwa memasak untuk keluarga adalah ubudiah yang besar manfaatnya. Mendatangkan keberkahan karena disertai doa ketika memasaknya. Dan besar pahalanya atas kebaikan yang dilakukan untuk keluarganya.
Betapa menyesalnya ia sekarang. Ternyata begitu berharganya suaminya. Ketika suaminya tak bisa apa-apa lagi, hidupnya sangat susah. Serba kekurangan. Tak bisa membeli apapun yang menjadi kesenangannya. Boro-boro ! Untuk makan saja sekarang benar-benar apa adanya, karena semua hartanya sudah habis untuk berobat suaminya. Itupun belum sembuh-sembuh juga.
Sekarang, ketika ia mau memasak. Tak ada bahan makanan enak-enak yang bisa dimasak, karena sering tak ada uang dirumah. Dan lagi, jika sesekali ia bisa masak yang enak, seperti opor ayam, rendang daging, atau balado telor, suaminya tak bisa memakannya. Karena yang aman bagi lambung suaminya menurut bu Niniek hanyalah : Nasi lembek, sayur bening bayam dengan labu siam, lauk tahu kukus dengan hanya dibumbu bawang putih sama garam atau telur ayam kampung yang dikukus setengah matang.
Hanya makanan-makanan sejenis itu, yang direbus dan dikukus, yang menurut bu Niniek aman di lambung suaminya. Tapi benar sekali kok. Jika sedikit saja melanggar pantangan yang dikatakan oleh Bu Niniek, maka akan banyak keluhan yang dirasakan oleh suaminya. Entah perut sakit melilit. Entah pusing atau mual. Entah lambung begah. Entah keringat dingin muncul di daerah kaki atau tangan suaminya. Pokoknya banyak keluhan yang kemudian dirasakan.
Oleh karena itu, jika kalian ingin cepat sembuh, patuhi saja panduan yang telah diberikan oleh Bu Niniek dalam buku yang telah ditulisnya.
Lain lagi hikmah yang dialami oleh suami yang isterinya dirundung sakit maag dan gerd yang bertahun-tahun tak sembuh-sembuh.
Dulu ketika isterinya masih sehat. Rasanya tak ada permasalahan yang muncul dalam keluarganya. Semuanya lancar-lancar saja. Setiap pulang dari bekerja, setiap hari rumah rapi dan bersih. Pakaian sudah disetrika. Makanan sudah selalu siap dimeja setiap kali perutnya lapar. Anak-anak juga lancar-lancar saja sekolahnya. Pokoknya hidup ini alangkah bahagianya. Sehingga yang ada dalam pikirannya hanyalah bagaimana untuk selalu bisa bekerja dengan baik dikantornya.
Ia sebagai suami tak menyadari. Bahwa kondisi yang sejahtera dan bahagia ini karena adanya peran serta dukungan isteri yang sangat besar. Sepertinya hal ini adalah terjadi secara kebetulan saja. Sesuatu yang tak perlu ia syukuri kepada Allah. Sesuatu yang tak perlu ia ucapkan terima kasih kepada isterinya. Menurutnya, ya memang seperti itulah tugas ibu rumah tangga dirumah. Mengurus rumah tangga dan anak-anak dengan baik.
Ia sebagai suami tak menyadari, bahwa diluar ternyata banyak keluarga yang kocar-kacir urusan rumah tangganya. Gara-gara isterinya tak pandai mengatur rumah tangganya. Kerjanya hanya ngerumpi di tentangga. Tak ingat bahwa dirumah belum siap makanan untuk anak-anaknya yang sebentar lagi sudah saatnya pulang sekolah. Tak ingat ada baju kotor anak-anaknya, yang sudah harus dicucinya hari ini karena besuk hendak dipakai.
Kini ketika isterinya sakit tak sembuh-sembuh. Sama sekali tak bisa beraktifitas apapun. Setiap hari hanya bisa tergeletak di tempat tidur menahan sakit. Alangkah repotnya dirinya. Apalagi karena tak ada pembantu dirumahnya. Betapa susahnya mencari pembantu sekarang ini. Jika ada pembantu yang mampu menangani segala pekerjaan gajinya cukup tinggi, sehingga ia tak akan mampu membayarnya.
Dulu, pagi hari ia tak pernah repot. Sarapan tinggal sarapan sebelum ngantor. Bahkan isterinya selalu menyiapkannya bekal, agar ia tak repot pontang panting mencari rumah makan untuk sekedar makan siang, apalagi kalau terhalang macet, wah jadi kacaulah pekerjaan.
Sekarang ia harus bangun pagi-pagi sekali. Membuatkan bubur untuk isteri, melap tubuhnya karena tak bisa mandi sendiri. Lalu menyiapkan pakaian untuk kekantor. Aah, dimana celana hitam yang kemarin sudah disiapkan disini. Kemejanya yang cocok juga belum disetrika. Sedangkan jam terus bergerak maju..Dasi yang cocok juga sepertinya sudah kotor perlu diganti. Ya Allah...Setiap pagi ia harus selalu berkejaran dengan waktu. Tergopoh-gopoh dan keburu-buru ketika hendak kekantor.
Sedangkan dulu, ketika isterinya masih sehat. Celana panjang, kemeja, dasi sudah disetelkan rapi diatas tempat tidur. Bahkan celana dan kaos dalam, serta handuk bersih sudah pula ada disebelah setelan celana panjang itu.
Diruang tamu, tas kerja, saputangan yang harum baunya, kaca mata, HP, kaos kaki bersih, sudah disiapkan diatas meja. Beserta bekal makan siang yang sudah siap didalam wadah tupper ware. Subhanallah Allah Hu Akbar. Ia tinggal berangkat bekerja dengan enjoy, tanpa suatu kerepotan apapun. Pekerjaan kantorpun selalu berjalan dengan lancar setiap harinya karena ia tak pernah mempunyai beban dari rumahnya.
“Kenapa saya menyadari nikmat ini baru sekarang, saat isteri justru ditimpa sakit panjang yang tak sembuh-sembuh ?..” Bukan dari dulu. Bahkan saya belum pernah mengucapkan terima kasih sepatah katapun kepada isteri, bahwa segala kesejahteraan serta kelancaran kehidupan ini adalah berkat kesetiaan serta bakti isteri saya kepada saya sebagai suaminya dan karena kasih sayangnya yang demikian besar kepada anak-anak dan keluarga”...Dan semuanya ini terjadi karena rahmat dan karunia Allah SWT. semata.
Sambil memandang isterinya yang tak berdaya ditempat tidur, air mengalir membasahi matanya.” Tuhan. Engkau hadirkan sakit pada isteri hamba rupanya ada kehendakMu agar hamba menyadari, bahwa Engkau beri hamba seorang pendamping hidup yang luar biasa. Bukan saja cantik wajahnya namun juga cantik hatinya, berbakti kepada suami dan menyayangi keluarga. Penuh perhatian dan tak pernah menuntut apapun. Alhamdulillah Ya Allah, Engkau beri hamba seorang isteri yang sungguh baik, penolong bagi suami. Ampunilah dosa hamba, dan dosa isteri hamba. Dan berilah ia kesabaran serta ketabahan hingga Engkau berikan kesembuhan baginya Ya Allah. Hamba yakin dan percaya, bahwa pada saat Yang tepat Engkau akan memberikan kesembuhan bagi isteri hamba Ya Allah. Terima kasih, hamba bersyukur atas karunia pencerahan ini sehingga hamba tidak berlama-lama dalam kekufuran”. Begitulah ia mertintih kepada Allah atas kekhilafannya selama ini sehingga, Allah memberinya sakit yang begitu lama kepada isterinya.
Masih banyak contoh disekitar kita, bahwa dalam penderitaan selalu terkandung hikmah. Jangan terus mengeluh tentang penderitaan atau sakit kita, namun teruslah mencari hikmah yang ada dibaliknya. Pasti ada. Dan pasti indah.
Demikian tentang “Hikmah Dari Penderitaan” semoga bermanfaat. Dan semoga kalian segera menemukan jalan kesembuhan kalian. Aamiin.
Alhamdulillahirabbil’alamiin...
Purworejo, 14 Agustus 2016
Yang terus menyiapkan bekal,
Niniek SS
Labels:
Interospeksi,
Kisah Menarik,
Pesan,
Renungan
Thanks for reading Hikmah Dari Penderitaan. Please share...!
0 Komentar untuk "Hikmah Dari Penderitaan"