Bismillahirrahmanirrahiim...
Alhamdulillahirabbil’alamiin...Jika tiap sepertiga malam yang terakhir Engkau bangunkan aku untuk mengingat Engkau. Untuk menghadap Engkau. Untuk mengagungkan Engkau. Untuk bersimpuh dihadapanMu mengadukan seluruh sendi kehidupanku. untuk menaikkan teman-teman maagku dengan segala penderitaan mereka. Untuk mohon petunjuk dan bimbinganMu..Untuk menghaturkan segala hajatku kepadaMu. Dan yang paling utama adalah untuk selalu mohon ampunanMu..
Tak ada sesuatupun yang bisa bergerak. Yang bisa terjadi. Jika tak ada RidhoMu. Demikian seluruh jiwa ragaku untuk bisa selalu bangun setiap sepertiga malam yang terakhir adalah semata kehendakMu, agar aku menjadi hamba yang bertaqwa. Jika lalu kemudian sisa waktuku kupergunakan untuk menulis apapun yang Engkau gerakkan dihatiku, itu adalah perintahMu, karena aku tak mampu untuk memerintahkan sesuatupun kepada diriku sendiri untuk melakukan sesuatu apapun.
Puji syukurku hanyalah kepadaMu Ya Allah. Karena Engkaulah yang menciptakan diriku. Memelihara hidupku. Memenuhi segala hajatku, Membimbingku dalam setiap langkahku. Mengampuniku jika aku bersalah. Memberiku inspirasi-inspirasi kebenaran dan kesucian. Dan hanya kepadaMulah kelak ruhku kembali. Layakkah aku untuk memikirkan selain Engkau Ya Allah ? Layakkah aku menggantungkan hidup dan kehidupanku kepada selain Engkau Ya Allah ?
Sementara dunia seisinya, akherat seisinya, adalah Engkau Yang Menciptakan, dan semuanya ada dalam genggamanMu ? Selembar daun yang jatuhpun tak luput dari perhatianMu ? Jika karena daki dosaku aku sulit menggapai BayangMu, maka kukejar bayangan Rasulullah SAW, disitulah aku baru akan merasa tenang, karena bayangan Rasulullah SAW.pun ada dalam genggamanMu, benteng perlindungan yang takkan lapuk dimakan usia dan takkan bisa ditembus oleh prahara apapun tanpa ijinMu. Allah Hu Akbar.
Ya Rasulullah SAW. Rasul teladan kehidupan seluruh Umat Islam. Shalawat serta salam yang setulus-tulusnya senantiasa kami haturkan kepada Baginda, limpahan keberkahan Baginda tentu akan tercucur kepada seluruh ahli keluarga Baginda yang demikian Baginda kasihi, serta juga melimpah kepada sahabat-sahabat Baginda yang Baginda sayangi semuanya. Semoga limpahan keberkahan Bagindapun mengalir kepada kami sekalian, yang setia mengikuti jejak Baginda hingga akhir jaman. Syafaat Baginda tentu senantiasa kami nantikan sepanjang kehidupan kami, baik ketika didunia ini hingga ke akherat nanti. Aamiin.
Bentuk kecintaan kami kepadamu Ya Baginda Rasulullah, kami senantiasa berusaha menjalankan setiap perintah, nasehat-nasehat, serta teladan-teladan Baginda dengan ketaatan , semampu kami Ya Rasul. Tentu tak ada gading yang tak retak. Maaf dan ampunilah kami jika kami menjalani iman kami sebagai Umat Muslim tak pernah bisa sempurna, karena daki dosa dan kelemahan iman yang masih selalu mendera. Astaghfirullahaladziim...
Semoga kami beserta anak cucu kami, serta saudara seiman, akan memperoleh keselamatan dunia dan akherat, dengan khusnul khotimah. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.
Pembaca Blog Solusi Sakit Maag dimanapun kalian berada...
Kita diberi hidup dengan jasmani dan ruhani. Jasmani yang dimulai dari pertumbuhan janin dalam kandungan Ibu, hingga bayi lahir, bisa miring kekiri dan miring kekanan, lalu tengkurep, lalu belajar duduk, belajar berdiri, belajar berjalan, hingga bisa berlari bebas sekehendak hati kemanapun ingin pergi.
Demikian juga dengan ruhani, tak ubahnya seperti jasad. Sejak sebelum dilengkapi dengan jasad, ruh sudah ditanya oleh Allah untuk menjadi diri siapa di dunia nanti ? Lalu kita memilih menjadi seseorang, yang kita pilih itu ya kehidupan kita yang kita alami sekarang ini. Misal menjadi seorang bu Niniek yang diusia 60 an akan menemani sakit kalian semua. Bu Niniek yang perjalanan hidupnya sejak kecil sudah luar biasa. Luar biasa penderitaannya ! hingga sebelum bertemu dengan kalian.
Jika kita mengeluhkan kehidupan yang kita alami sekarang ini, sama halnya kita mengingkari terhadap apa yang pernah kita pilih dulu dihadapan Allah SWT. Allah tentu akan murka jika kita mengeluh :”Loh itu dulu kan pilihanmu sendiri ? Mengapa kamu mengeluh ?”...”Ampuni Ya Tuhan, saya dulu tidak tahu kalau pilihan saya ternyata seperti ini. Berat, penuh penderitaan, penuh kesulitan. Ya Allah...” kata kita kepada Allah..
Hidup, jika kita tahu, apapun bentuknya, apa itu susah, apa itu senang, sebetulnya adalah pilihan kita sendiri dimasa yang lalu. Jadi jangan menyalahkan nasib atau takdir. Jalani dengan penuh sabar dan tawakkal, insha Allah akhirnya akan menemukan kebahagiaan.
Sebagaimana janjinya, Allah akan mengasihi orang-orang yang sabar. Jika hidup sesungguhnya, dulu adalah pilihan kita sendiri, mengapa kita musti mengeluh ? Tentu kita harus konsekuen, bertanggung jawab atas pilihan kita sendiri. Jangan mengeluh ! Mengeluh hanya akan memperkeruh keadaan saja.
Pendakian Ruhani Bagi Ketenangan Hidup.
Ruhani tak bedanya dengan jasmani. Ia mengalami juga masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa. Jika tak pernah dilatih, maka ruhani, meskipun jasadnya sudah dewasa atau tua, maka ruhaninya akan tetap kanak-kanak. Maka banyak kan orang tua yang sifatnya seperti anak-anak ? Egois, mau menangnya sendiri, tak mau kalah ? manja, juga selalu minta diperhatikan ?
Ya itulah, jika sepanjang hidupnya yang dilatih hanya jasadnya saja, belajar duduk, berdiri, berjalan dan lari. Ruhaninya sejak bayi selalu dimanjakan oleh orang tua, tak boleh ini tak boleh itu, khawatir begini, khawatir begitu, yang akhirnya pribadinya hingga masa tuanya tak pernah berkembang. Menjadi pribadi yang sulit dalam pergaulan. Begini, begitu selalu salah dimatanya.
Bagaimana mendidik ruhani agar menjadi ruhani yang dewasa dan akhirnya menjadi ruhani yang bijak dan mencapai kesempurnaan ?
Sebagaimana jasad. Kecil hingga masa dewasa masih dalam bimbingan orangtua. Demikian juga untuk ruhani si anak, dari sejak masih bayi hingga ia menjadi dewasa masih berada dalam bimbingan orang tua.
Bagaimana ruhani anak harus dididik mengenal Tuhan sejak masih dini, masih kecil. Mengenal kebesaran Allah melalui penciptaan lingkungan. Allah yang membuat langit dan bumi seisinya. Allah yang menciptakan manusia. Allah yang membuat laut, membuat gunung, membuat ikan dilaut dan segala binatang yang ada didarat.
Allah yang Maha Pintar. Membuat bunga dengan segala warna-warninya, membuat ikan dilaut dengan segala bentuk dan coraknya yang warna-warni. Membuat ulat bisa berada dalam buah tanpa merusak buahnya, buahnya masih utuh tapi bagaimana ulat bisa berada didalamnya ? Hal-hal seperti inilah bisa kita ajarkan kepada anak-anak kita untuk mengenalkan kebesaran Allah kepada anak-anak.
Jika anak sudah besar, bisa kita ajarkan tentang keajaiban-keajaiban kehendak Allah. Misal soal rejeki yang tak bisa dikejar, dan tak bisa kita tolak datangnya. Soal keberuntungan-keberuntungan dalam hidup yang Allah berikan dalam kehidupan. Misal suatu hari tak ada sepeserpun uang di dompet, si anak butuh untuk bayar sesuatu mendadak untuk sekolahnya, tiba-tiba ada paman datang yang pulangnya memberi salam tempel yang isinya lebih dari cukup untuk membayar keperluan anak di sekolah. Hal-hal seperti itu harus kita ajarkan kepada anak-anak kita, agar ia menjadi anak yang tahu bersyukur kepada Tuhannya.
Keberuntungan-keberuntungan itu bukannya datang tiba-tiba meskipun itu adalah kehendak Allah. Keberuntungan adalah balasan Allah untuk setiap kebaikan-kebaikan yang kita lakukan dimasa lalu, yang Allah berikan TEPAT pada saat kita membutuhkan ! Dan ini bisa kita beritahukan kepada anak-anak kita. Jika kita ingin dilingkupi dengan keberuntungan, hendaklah berbuatlah baik setiap saat, meskipun itu perbuatan atau amal yang sangat kecil.
Dan menurut saya, keberuntungan yang paling besar adalah RIDHO ALLAH. Jadi jika saya berbuat baik apapun, yang tergambar dalam benak saya hanyalah RidhoNya. Bukan sesuatu yang lain apapun itu. Bukan uang, bukan harta, bukan kesuksesan, atau bukan kegemilangan yang lain. Saya tak peduli apapun yang lain. Saya hanya ingin meraih RidhoNya, dan bertemu denganNya. Itu saja.
Jika anak selalu dimanjakan. Tak pernah dididik akan kebaikan, kerendahan hati, keikhlasan, kedermawanan, kesucian, maka sampai akhir hayatpun akan terus menjadi ruhani yang anak-anak. Ruhani yang egois, yang mau menangnya sendiri, yang tak mau mendengarkan nasehat, yang tak mau mengakui kelebihan orang lain, yang selalu menganggap dirinya adalah yang paling hebat, paling baik, paling super !
Tentu pribadi yang demikian ini akan jauh dari Tuhan, jauh dari kepribadian yang baik, jauh dari keberuntungan, dan akan selalu mengalami kehidupan yang sulit dan menyulitkan orang lain dikemudian hari.
Jika sejak masih dalam kandungan hingga masa dewasanya selalu dididik dengan keimanan, dengan kebaikan, dengan keikhlasan, dengan kesucian, maka dewasanya akan menjadi anak yang berakhlaqul karimah. Yang penuh dengan keberuntungan, yang mudah bergaul, yang tidak sulit dan menyulitkan orang lain, yang selalu mendapat kemudahan. Pribadi yang seperti ini insha Allah nantinya akan berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan dekat dengan Allah.
Karena ia dekat dengan Allah dalam seluruh kehidupannya, maka ia akan hidup penuh dengan kemandirian. Karena ia tak menggantungkan diri kepada selain Allah. Ia akan selalu tahu diri, baik di Hadapan Tuhannya, dihadapan orangtuanya, dihadapan guru-gurunya, dihadapan saudara-saudaranya, maupun dihadapan siapa saja, sebab ia sudah mengenal hadap dalam hidup. Berbahagialah diantara kalian yang telah berada pada tataran ini, yang tentu akan mendidik anak-anak kalian menjadi anak yang bukan sekedar dewasa jasmaninya, namun juga dewasa ruhaninya.
Pendakian Ruhani Bagi Ketenangan Hidup.
Ketenangan hidup tidak identik atau tidak sama dengan bergelimangnya harta dan kesuksesan kehidupan. Ketenangan hidup adalah jika seseorang sudah bisa tenang menghadapi hidup dalam kondisi apapun. Punya uang alhamdulillah, tidak punya uang tetap alhamdulillah. Senang alhamdulillah, susahpun tetap alhamdulillah, sembari mencari hikmah yang Allah berikan dalam kesusahannya, serta terus bersabar dan tawakkal dalam menjalaninya.
Bapak dan ibu saya jarang mendidik saya dengan kata-kata. Namun lebih kepada memberikan keteladanannya. Saya adalah 14 bersaudara dari satu bapak dan satu ibu, namun yang hidup hingga besar adalah 10 bersaudara. Yang 4 orang, kakak-kakak saya meninggal ketika saya masih kecil.
Bisa kalian bayangkan betapa repotnya kehidupan orang tua kami dengan 10 orang anak, dimana Bapak hanyalah seorang pegawai kantor penerangan kecamatan, dan ibu saya hanyalah seorang guru SD pada waktu itu, yang belum jamannya sertifikasi.
Ibu jarang menerima gaji, karena gajinya minus untuk membayar hutang-hutangnya ! Sehingga bapak dan ibu saya harus berjuang mengatasi hari demi hari dengan berhutang ! Hari lepas hari selalu berjuang untuk hidup. Tapi HEBATnya, saya tak pernah melihat ibu meneteskan air mata mengeluhkan tentang kesulitan hidupnya, tentang beratnya kehidupan yang disandangnya. Meskipun imbas dari sulitnya kehidupan orang tua terasa pada kami anak-anaknya.
Tiap hari kami tak mampu sarapan nasi. Beras yang hanya satu gelas saya masak menjadi bubur agar rata untuk dimakan kami serumah. Saya yang selalu bangun paling pagi selalu dengan inisiatif sendiri langsung begitu bangun tidur memasak bubur. Serumah, termasuk bapak dan ibu masih pada tidur. Ketika mereka semua bangun pagi bubur telah matang. Kakak-kakak dan adik-adik tinggal mandi, makan bubur dan berangkat sekolah.
Saya tak pernah melihat Bapak dan Ibu sarapan pagi, sepanjang tahun ! Otak saya yang masih kecil SD. Kelas 5 tak mampu memikirkan Bapak saya yang bekerja dan Ibu saya yang tentu perutnya kelaparan ketika mengajar SD.
Siang pulang sekolah, dalam keadaan lapar masih harus nanak nasi dulu dengan beras seadanya. Masak sayur juga ala kadarnya dari kebun rumah kontrakan yang kami tinggali, yang kami tanami dengan tanaman sayuran macam-macam. Ada kacang panjang, ada bayam, ada cabe, ada loncang, ada labu siam. Jarang ketemu tempe atau tahu, boro-boro ikan atau daging !
Setelah masak, seringkali sore harinya saya masih disuruh ibu mencari pinjaman beras untuk hari besuknya, mencari singkong, kayu bakar yang tempatnya jauhnya tak kurang dari 7 km pulang pergi. Perjalanan yang cukup jauh untuk ukuran anak perempuan kelas 5 SD, dimana pulang harus membawa beban yang berat, beras 10 kg, singkong 5 kg masih ditambah kayu bakar yang mencari dihutan.
Mengapa ibu tak berangkat sendiri ? Ibu dan Bapak saya adalah aktifis politik dimana sisa waktu kerjanya habis untuk melaksanakan tugas kepartaiannya. Disamping itu pekerjaan rumah tangga yang lain tak mungkin mampu saya lakukan dengan tangan kecil saya. Sehingga ibu yang melakukannya sepulang mengajar. Saya tak tega membiarkan ibu mencari beras dan mencari kayu di hutan, maka sayalah yang mencari kayu sambil mencari beras kerumah Ibu Carik di Desa Njetis di Wilayah Kabupaten Purworejo.
Tapi saya tak pernah mengeluh. Saya becermin dari ibu saya yang juga tak pernah mengeluh menjalani kehidupannya yang sarat dengan kesulitan. Jika kerumah Bu Carik Njetis, pulang kerumah sudah menjelang maghrib. Hari sudah mulai gelap. Melewati jalanan yang melingkari kuburan dengan pohon yang buuuesaar yang sudah sepi tak ada orang yang lewat jika sudah sore hari.
Sayapun juga bergidik bulu kuduk saya melewati pohon besar dikuburan itu. Tapi apa boleh buat. Saya ingin menolong ibu saya, ingin meringankan bebannya. Kakak-kakak saya tak ada yang mau berangkat, ketika disuruh ibu untuk mencari hutangan beras kerumah Bu Carik. Mungkin kakak malu karena mereka laki-laki semua ha ha.. Jadi ya selalu saya yang diutus Ibu kerumah Bu Carik Njetis. Bu Carik yang sangat dermawan, yang selalu memberi hutangan beras dengan ikhlasnya kepada keluarga kami.
Siapa bilang bu Niniek senang hidupnya ? Tidak teman ! Bu Niniek selalu menderita sejak masih kanak-kanak hingga masa sakit yang 18 tahun lamanya. Dan alhamdulillah bu Niniek tak pernah mengeluh. Karena pahit ataupun manis bu Niniek terima sebagai romantika kehidupan yang jika bu Niniek ikhlas menjalaninya akan mendewasakan ruhani bu Niniek, dengan warna kesucian yang akan mewarnai ruhani bu Niniek, sehingga akan menjadi ruhani yang tenang ketika bu ninik kelak kembali ke PangkuanNya.
Yang jelas, ada janji Tuhan dalam bersabar. Itulah harapan yang selalu memupuk semangat saya. Untuk menjalani kehidupan dengan TETAP BERSABAR betapapun pahitnya dalam perjalanannya.
Dalam pendakian ruhani juga diperlukan kesabaran yang tinggi, serta tekad yang kuat, karena memerlukan proses yang lama, bukan sehari atau sebulan bahkan setahun, namun memerlukan waktu puluhan tahun untuk mencapai puncak pendakian tertinggi. Ialah perjuampaan dengan Allah Ta’ala. Itupun atas ijinNya.
Pendakian bisa dicapai dengan jalan berdzikir, selalu menyebut serta mengingat Nama Allah. Berdzikir bisa dalam duduk tawaruk, atau berdzikir sepanjang nafas kita. Baik sedang tiduran, sedang duduk sedang berdiri ataupun sedang berjalan. Yang penting jangan tinggalkan sesaaatpun untuk selalu mengingat Allah, agar ruhani kita bisa mencapai puncak pendakian.
Dalam setiap tahapan pendakian selalu ada signal-signal yang tertangkap oleh ruhani sebagai perintah yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Perintah Allah yang merupakan petunjuk atau bimbingan Allah agar kita selalu berada dijalan yang lurus.
Perintah ini seringkali merupakan ujian bagi keimanan kita. Karena seringkali berlawanan dengan pikiran kita. Misal perintah untuk memberikan uang kita kepada saudara kita yang sangat membutuhkan, sementara kitapun sangat membutuhkan untuk keluarga kita. Nah disinilah kita diuji, menang yang mana antara ego kita dengan ruhani kita.
Pendakian ruhani tak selalu mulus jalannya. Pendakian ruhani merupakan latihan ruhani untuk mencapai kedewasaan, agar ketika kita sampai kepada ajal, menjadi ruhani yang tenang, yang mutmainah. Dalam perjalanan pendakian banyak aral melintang dimana kita harus hari-hati, dan ada pemandangan indah yang akan menjebak kita untuk berhenti dalam perjalanan karena terpesona pada keindahannya, sehingga terlupakan tujuan utamanya untuk sampai ke puncak pendakian.
Sebagaimana pendakian puncak gunung yang sesungguhnya, pendakian ruhanipun memerlukan bekal ilmu, bekal pengetahuan, bekal pengalaman, bekal tekad, bekal semangat, sebelum kita mulai start. Agar selamat mulai start, bisa mencapai puncak dengan selamat pula, dan kembali dengan selamat pula.
Itulah sekilas cerita tentang Pendakian Ruhani Bagi Ketenangan Hidup yang terus menerus saya lakukan, dengan harapan suatu saat kelak akan sampai ke puncaknya yang penuh dengan keindahan, yang akan memberikan kebahagiaan yang hakiki, serta ketenangan hidup bagi dunia dan akherat setiap orang. Semoga ada manfaatnya.
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Purworejo, 15 April 2016
Salam Tauhid,
Niniek SS
0 Komentar untuk "Pendakian Ruhani Bagi Ketenangan Hidup"