Bismillahirrahmanirrahiim…
Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam, Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin.
Pembaca Blog Yang Setia, dimanapun kalian berada…
Sungguh suatu kebahagiaan yang tak ternilai jika sudah beberapa Ramadhan ini, aku bisa “Selamat” menyelesaikan puasa dan rangkaiannya dengan sebaik yang aku mampu, tanpa halangan suatu apapun. Dan hingga hari ini, saat artikel ini kutulis, aku masih diijinkanNya untuk menjalaninya dengan mulus.
Bulan Ramadhan bagiku, adalah merupakan bulan yang tidak hanya suci, melainkan bulan yang sangat keramat, karena tiap detiknya bertabur dengan rahmat, ampunan dan keberkahan. Betapa Maha Kasih SayangNya Allah. Kepada manusia. Allah ingin semua manusia kembali ke HadliratNya dalam keadaan fitrah, sebagaimana saat manusia itu dilahirkan. Tanpa membawa apa-apa dan tanpa kehendak.
Adakah seorang bayi yang saat dilahirkan sudah memakai baju dan sudah punya cita-cita atau kehendak ? Tidak bukan ?
Namun ketika manusia mau meninggal, sulit sekali menanggalkan kehendak atau cita-cita dunianya, ia masih berat untuk meninggalkan dunianya yang glamour. Yang ketika ia hidup didunia tak digunakannya di jalan Allah. Sehingga inilah yang sering menghambat keluarnya ruh dari jasadnya, karena ketika ia hidup didunia, selalu bertentangan dengan kehendakNya. Ia selalu menghamba kepada kehendak dirinya bukan menghamba kepada kehendakNya.
Allah ingin, ketika manusia mati, meninggalkan jasadnya, juga meninggalkan dunianya dengan loss..ikhlas..meninggalkan nafsu dunianya, meninggalkan kehendaknya, sebagaimana bayi ketika dilahirkan juga loss…tanpa kehendak dan cita-cita.
Allah ingin manusia ketika dilahirkan mau menjalani takdir yang telah ditentukanNya dengan sebaik-baiknya untuk manusia itu, menjalani kehendakNya atas dirinya dengan baik, lalu pada saatnya manusia itu meninggal, menyerahkan seluruh PR yang diberikanNya kepada manusia itu ketika ia hidup dengan hasil yang baik. Lalu jika hasil PRnya baik, maka Ia akan menempatkannya ditempat yang baik pula disisiNya kelak. Allah Hu Akbar. Dan diberikanNya Ramadhan kepada kita Umat Islam, adalah sebagai “JEMBATAN” memperbaiki diri atas apa yang telah kita lakukan pada sepanjang hidup kita.
Sakit adalah bentuk kasih sayang Allah, untuk kita memperbaiki diri, dari setiap salah, khilaf dan dosa-dosa yang telah kita lakukan dalam hidup kita. Kepada siapapun ! Ya kepada siapapun didunia ini. Terutama kepada Allah SWT. yang telah memberikan berjuta nikmat kepada kita, namun kita sering mengkufurinya.
Dan kepada Nabi kita yang Agung Muhammad Rasulullah SAW. yang telah mewariskan hasil perjuangan Beliau untuk keselamatan kita, Al Qur’anul Karim Yang Agung dan sunnah-sunnah beliau, kitapun sering melupakannya, bahkan bershalawat kepada beliaupun tidak ! Sedangkan Allah saja bershalawat untuk Rasulullah SAW. Bagaimana ini ?
Maka jika kita diberiNya sakit, janganlah mengeluh, tetapi ucapkanlah syukur, karena Allah masih memberikan kesempatan kepada kita sebagai jalan untuk bertaubat serta memperbaiki diri.
Aku, 18 tahun sakit, tak pernah mengeluh. Suatu hal yang kukeluhkan bukan rasa sakit itu sendiri yang menderaku setiap saat, namun jika hikmah dari sakit yang kuderita belum ketemu-ketemu juga.
Sampai ketika tubuhku hingga tinggal kulit pembalut tulang dengan berat badan yang hanya 31 kg, aku tak pernah menangisinya dan mengeluhkannya, ah itu hanyalah jasad yang tak perlu kurisaukan. Berat badanku susut hingga 25 kg dari 56 menjad 31 kg ! Hingga setiap orang yang menengokku meneteskan air mata, akupun tak terpengaruh. Tetapi aku sangat bersimpati kepada semua handai taulan yang bersimpati atas sakitku.
Jika sakitku sedang kambuh tak karuan rasanya, aku merasa tubuhku sedang dicuci oleh Allah dengan kehendakNya Yang Maha Suci dan Maha Mulia. Dan aku berharap, selembar demi selembar dosaku berguguran ketika aku bersabar menjalaninya.
Oleh karena itu, jangan mengeluh jika baru sebulan dua bulan sakit kalian belum sembuh-sembuh. Bandingkan dengan penderitaanku yang sudah 18 tahun lamanya, sudah BAB dan muntah bercampur darah. Rasanya seperti sudah tak ada harapan sembuh. Karena sudah tak mampu lagi mengenali orang yang datang berkunjung.
Sudah tak kuasa lagi menahan sakit, namun juga sudah tak kuasa lagi ikhtiar untuk berobat, karena sudah tak ada lagi biaya untuk berobat.
Maka wajarlah jika kesembuhanku kukatakan sebagai keajaiban ! Karena disaat ku terkapar tak berdaya, Ustadz Zakaria dan Ibu Zakaria mengunjungiku dan membawa pencerahan agar aku mau mulai minum air mentah untuk kesembuhanku.
Hanya dengan mengkonsumsi air mentah ! Dan tanpa kehendak, kecuali kepasrahan yang demikian total kepada Allah SWT. yang ada pada diriku. Setahap demi setahap, berkuranglah penderitaanku. Subhanallah walhamdulillah. Lalu disempurnakan dengan Morinda Bioactive maka berakhirlah hari-hari yang sangat menyengsarakan.
Menurut akal dan rasaku, sepertinya tak mungkin aku bisa sembuh, menilik kesadaranku yang sudah sering hilang-hilang timbul. Kepasrahanku adalah kepasrahan yang total, yang ikhlas, bukan kepasrahan karena rasa putus asa !
Aku hanya mempunyai satu keyakinan ketika dalam puncak ketakberdayaan, jika hidupku kedepan sudah tak manfaat, maka aku pasti akan segera dimatikan oleh Allah, namun jika aku diijinkanNya sembuh, pasti hidupku masih akan mempunyai manfaat.
Ketika sehari dua hari minum air mentah. Belum Nampak perubahan yang berarti, kecuali rasa gatal yang mendera disekujur tubuh. Aku memahaminya. Bahwa tubuhku sedang didetoks oleh air mentah yang kuminum. Benar juga ketika suamiku menanyakannya kepada Ustadz Zakaria tentang rasa gatal ini, beliau menyarankan agar aku terus meminumnya sekuat aku menahan rasa gatalku.
Menurut Ustadz Zakaria bahwa itu detokz dari residu kimia dalam tubuhku oleh obat-obatan kimia yang telah bertahun-thun ku konsumsi.
Aku minum kupaksakan sehari minimal 2 liter, sebagaimana kaidah kesehatan yang dianjurkan. Memang awalnya tidak sebanyak itu. Hanya segelas dua gelas. Lainnya tetap air masak biasa. Namun tiap hari selalu kutingkatkan banyaknya.
Rasanya memang tak karuan. Rasa perih sekali di uluhati ketika terkena siraman air mentah yang mengalir dari tenggorokan. Rasa mual yang muncul pada hari-hari pertama meminumnya, lalu pening dikepala yang lumayan mengganggu dan demam layaknya orang mau flu.
Semua kuterima dengan satu keyakinan yang berkobar-kobar bahwa aku akan sembuh dengan meminumnya ! Gatal diseluruh tubuh memang sangat dahsyat menderaku.
Bayangkan. Tempat dimana timbul rasa gatal, jika digaruk belum sampai lecet, maka gatal itu belum akan hilang. Hingga seluruh tubuhku terutama disekitar perut dan punggung, paha, pangkal lengan, lecet-lecet kayak dicakar macan. Benar-benar lecet berdarah-darah. Hingga suamiku merebak air matanya jika melihat luka-luka lecetku itu. Sangat kasihan kepadaku. Sampai-sampai pernah bertanya kepadaku :”Lha piye mau dilanjut gak minum air mentahnya ?”. “Insya Allah gak apa-apa Bah, Umi lanjut aja” kataku kepada beliau suamiku.
Meskipun rasanya tak keruan ketika minum awal air mentah, namun alhamdulillah ada titik-titik harapan kesembuhan. Ada seberkas rasa segar, ada semacam semangat yang mengalir, ada beberapa rasa negatif yang mulai menghilang dari tubuhku, saat aku mulai mium air mentah. Dan itu sangat kurasakan. Sehingga menambah semangat serta keyakinanku untuk terus terapi minum air mentah. Bismillah. Biidznillah.
Ketika belum mulai minum air mentah, aku hanya bisa terbaring lemah dan lesu..Semua, baik makan, minum, bab, pipis kulakukan ditempat tidur karena aku sudah tak kuat untuk bangun, apalagi berdiri dan berjalan kekamar mandi, sekalipun dipapah oleh suamiku yang super penyabar.
Aku sudah tak kuat untuk mengangkat sendok. Mataku sudah malas untuk melek. Bibirku sudah malas untuk bicara. Dan telingaku sudah malas sekali untuk mendegar suara berisik apapun. Baik dari orang bicara, dari berisik orang ngomong-ngomong di TV, ataupun pembicaraan orang yang lewat di gang jalan depan tempat tinggalku.
Aku sangat menginginkan ketenangan saat itu. Ketika aku sesekali membuka kelopak mataku, dan melihat suamiku yang setia menungguiku disamping tempat tidurku, aku tak kuasa menahan air mataku. Kasihan sekali beliau, menerima ujian yang sangat berat ini, harus merawat diriku yang belasan tahun sakit tak kunjung sembuh juga.
Kami berdua sama-sama saling mengasihani. Aku mengasihani beliau yang susah payah menderita merawatku. Beliau juga sangat mengasihani diriku yang didera sakit liuar biasa belasan tahun tak kunjung sembuh juga.
Alhamdulillah. Kami berdua sama-sama diberi kesabaran oleh Allah yang sangat tinggi. Kami sama-sama tak pernah mengeluhkan keadaan kami masing-masing. Yang bisa dijalani ya dijalani. Jika tidak, kami diam dan saling meminta maaf.
Setiap saat kami berdua saling meminta maaf, dan saling memaafkan. Aku selalu meminta maaf bahwa aku selalu membuatnya susah, merepotkannya, dan suamiku selalu meminta maaf kepadaku barangkali saja ada perilaku yang tak berkenan bagiku selama merawatku.
Bisa kalian bayangkan. Selama 24 jam bertahun-tahun merawat sakitku dengan setia. Meskipun tak selamanya aku terpuruk ditempat tidur, namun selama 18 tahun itu aku selalu tak pernah mengalami sehat barang sehari. Setiap harinya selalu saja ada keluhan yang kurasakan tak nyaman dalam tubuhku.
Entah mual, entah muntah, entah pusing, entah lemas, entah keringat dingin dan gemetar, entah jantung berdebar, entah kliyengan, entah uluhati sakit dan tak tertahan hingga berguling guling, entah tenggorokan dan dada rasa terbakar, entah leher setiap tidur seperti tercekik, dan beribu penderitaan tak terperi. Yang mana hal itu sangat membutuhkan dukungannya.
Percaya atau tidak kalian, suamiku tak pernah tahu semua apa yang kurasakan karena aku tak pernah menceritakannya kepada beliau. Yang beliau tahu hanyalah sebatas apa yang bisa beliau lihat dengan mata kepala. Namun apa yang kurasakan yang tak tertangkap oleh mata, suamiku tak pernah tahu hingga sekarang aku sembuh ini, karena aku tak pernah menceritakannya kepada beliau suamiku.
Yang suamiku tahu, ketika aku lemas tak bisa bangun dari tempat tidur. Lemas ketika tak bisa bangkit dari duduk di kursi. Ketika muntah bercampur darah. Ketika aku memegang dadaku saat keram sakitnya bukan main. Ketika aku guling-guling kekiri kekanan ditempat tidur karena menahan sakit yang luar biasa saat kambuh. Ketika aku lama tidur tak bangun-bangun, lalu baru aku ditanya kenapa. Barulah aku menyahut bahwa aku merasakan pusing yang luar biasa. Tapi aku alhamdulillah, tak pernah mengeluh.
Namun begitu suamiku melihat aku ada yang bermasalah langsung tanggap tanpa aku minta. Jika aku merasa perut begah dan lambung terasa penuh dan kutepuk-tepuk lambungku dan berbunyi bung-bung-bung, langsung diambilnya air panas dimasukkannya kedalam botol yang ditutup rapat dan botolnya dibalut dengan kain lalu disodorkannya kepadaku untuk mengompres lambungku yang kembung.
Sebelumnya, seluruh perutku dibalurnya dengan sebutir bawang merah dan sedikit jahe yang dikeprak lalu dicampur dengan minyak kelapa murni, kalau tidak ada ya dengan minyak VCO. Jadi luar dalam lambungku menjadi hangat. Setelah itu dipijitnya kakiku bagian tumit dengan minyak kayu putih. Tak lama kemudian keluar banyak gas dari lambungku, maka berkuranglah penderitaan kembungku.
Begitulah dilakukannya bertahun tahun mengurus diriku. Belum lagi mengurus keperluanku yang lain. Menanak nasi tim atau nasi lembek. Merebus telur ayam kampung yang matang muda setiap pagi dan sore. Merebus labu siam muda. Mengukus kentang beberapa butir untuk selingan makanku. Membuatkan aku resep singkong dan kunyit parut yang dicampur dengan madu murni dan tepung beras putih serta kuning telur ayam kampong. Hingga tangan laki-lakinya selalu berwarna kuning setiap harinya.
Apakah ada seorang suami yang sesetia itu, merawat isterinya yang sakit belasan tahun sepertiku ?
Ya Allah, Maha Besar Engkau dengan Kasih SayangMu Yang Tak Berbatas. Kami tak punya pembantu sejak mulai aku sakit dan tak mempunyai penghasilan. Apa yang hendak untuk menggajinya ? Oleh karena itu, segala pekerjaan ditangani oleh suami serta puteriku.
Mulai sejak puteriku lahir hingga ia menjadi gadis dewasa yang trampil merawat aku ibunya. Sejak usia SD kelas 1 puteriku sudah belajar membuatkan minuman teh encer hangat untukku, dengan tangan kecilnya ia bawa minuman hangat itu ketepi ranjangku. Aku sengaja membelikannya termos kecil agar ia tidak terlalu berat ketika belajar menuangkan air panas untuk membuatkan aku minuman. Kenangan yang sangat mengharukan itu menjadi kenangan manis yang tak bisa kulupakan sampai kapanpun.
Sebenarnya aku sungguh tak tega melihat anakku yang masih sekecil itu, melakukan sesuatu yang belum saatnya ia lakukan, demi rasa sayangnya melihat ibunya selalu sakit, dan ingin menolongnya agar aku segera sembuh.
Pikiran kecilnya yang mendorongnya untuk melakukan semuanya itu untukku ibunya. Hal yang tak lazim dilakukan oleh seorang anak, yang seharusnya saat manja-manjanya kepada ibunya. Namun aku tak mampu memberikan kemanjaan kepadanya sejak kecil hingga ia menjadi dewasa, karena sakitku.
Namun dengan sakitku yang demikian lama ini, Allah memberikan hikmah yang luar biasa bagi kami sekeluarga. Putriku jadi demikian peka rasa sosialnya semenjak kecil.
Sekarang ini, jika mendengar ada keluarga dari teman SMAnya yang sakit dirawat di Rumah Sakit, ia selalu menyempatkan waktu disela kesibukannya kuliah, pulang kerumah untuk menjenguknya, lalu kembali ke kostnya lagi yang berjarak naik bis 2 jam lamanya. Hanya untuk menengok keluarga temannya yang sedang sakit. Subhanallah…
Dan bagiku serta bagi suamiku, banyak sekali hkmah yang Allah berikan dengan penderitaan sakitku yang demikian lamanya. Kami menjadi lebih sabar, lebih bersyukur dan lebih menghargai setiap nikmat yang Allah berikan bagi kami sekeluarga. Terutama nikmat kesehatan serta nikmat keselamatan.
Karena banyak yang berlimpah harta, namun tidak sehat dan selamat, sehingga hidupnya menderita.
Terlebih dari pengalaman sakitku, bisa membuahkan Buku Panduan “Rahasia Sembuh Sakit Maag Kronis” yang insya Allah begitu manfaat buat teman-teman penderita maag dan GERD di seluruh Indonesia.
Hal ini mendorong semangatku untuk terus memperdalam pengetahuan tentang Sakit Maag dan GERD, agar lebih bermanfaat bagi setiap orang yang membutuhkannya.
Demikianlah kiranya tentang “Kesembuhanku Adalah Keajaiban”. Karena tanpa keajaiban dan pertolongan Allah tak mungkin aku bisa seperti sekarang ini. Sembuh total tak pernah kambuh lagi hingga saat ini. Subhanallah. Alhamdulillah. Allah Hu Akbar.
Kalian harus tetap bersabar, bersyukur dan terus berikhtiyar untuk kesembuhna kalian yang sudah dekat ini. Bagi kalian yang bisa ketemu dengan blog ini, kudoakan semoga kesembuhan kalian sudah dekat. Amiin.
Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Salam Penulis,
Niniek SS
Terenyuh
BalasHapusMbak Candra,
HapusAlhamdulillah...
Salam,
Pijit kaki bagian tumit bisa mengeluarkan asam lambung secara efektif bu?
BalasHapusDaniel Kusumah
HapusIya benar mas Daniel. Pijitan kaki pada bagian tumit akan melonggarkan syaraf lambung juga otot rahim pada perempuan. Bagi wanita yang mempunyai problem di seputar rahimnya, insya Allah rutinkan saja memijit bagian tumit sebelah belakang maka cepat atau lambang, gangguan rahim akan cepat sembuh, Coba saja kalau gak percaya.
Salam,
Terapi yg dilakukan apa aja bu?
BalasHapusFitri Wijayanti
HapusTerapi yang saya lakukan banyak banget mbak. Terlalu panjang jika harus ditulis disini. Jika minat silahkan saja pesan buku yang saya tulis, karena disana komplit isinya. Ada riwayat sakit saya hingga kesembuhan. Step by step, makanan pantang. Hal-hal yang harus dihindari. Pemicu kesembuhan dan tips2 mengatasi kondisi darurat kambuh.
Terima kasih atas kunjungannya di blog. Maaf baru sempat balas.
Salam,