SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Berilah Allah Kesempatan Dan Ruang

Bismillahirrahmanirrahiim… 

Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam, Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin. 

Pembaca Blog Yang Setia, dimanapun kalian berada…

Orang sering mengeluh gagal, apes, sial dalam hidupnya. Kuliah tak selesai-selesai. Setelah selesai menganggur bertahun-tahun, karena mencari pekerjaan tak segera mendapatkan. Sudah mendapat pekerjaan, lingkungan tidak cocok, tidak mengenakkan. Pekerjaan yang diperolehpun tak sesuai dengan bidang akademiknya. 

Lalu selesai kuliah, karena tak segera mendapatkan pekerjaan, berusaha untuk mengisi waktu mencoba bisnis. Bisnis dengan modal paspasan, apalagi dengan pengetahuan bisnis yang sangat minim, sulit sekali bisa berkembang. Gagal lagi gagal lagi. Rugi melulu ! Dagangan sih habis, tapi duitnya tak pernah ngumpul. Walah…Dimanakah salahnya semua ini ?

Judul “BERILAH ALLAH KESEMPATAN DAN RUANG” yang ingin kutulis ini terdengar aneh dan asing ! Allah kan Maha Berkehendak, mengapa musti harus kita beri kesempatan dan ruang ? Eitsss entar dulu. Bukankah Allah juga tergantung persangkaan hambaNya ? Jangan main-main pula ya dengan persangkaan kita kepada Allah !

Sejak seorang bayi dilahirkan, ia sudah membawa takdirnya yang telah dituliskan oleh Allah bagi dirinya kelak ketika hidup didunia. Namun si jabang bayi tak pernah tahu ia kelak akan tertakdir menjadi APA yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Oleh karena ketidaktahuannya ini dan ia tidak mau mencari pemahaman tentang takdirnya, maka biasanya hidupnya menjadi jauh melenceng dari takdir yang telah ditetapkanNya bagi dirinya.

Allah menentukan takdir bagi manusia sudah sangat baiknya, penuh ketelitian serta kesempurnaan. TERBAIK bagi manusia yang diberi takdir tersebut !

Nah..dalam pertumbuhannya, baik jasmani serta ruhani manusia berkembang sedemikian rupa, menjadi manusia yang penuh dengan kehendak, cita-cita, ambisi, nafsu, ego dan semua watak serta karakter yang baik maupun yang buruk.

Jika sejak dini, anak-anak dididik dalam suasana keagamaan (Islami) yang baik, insya Allah kedepannya ia akan menjadi seorang yang salih, yang mengenal dirinya dan Tuhannya. Tahu diri akan tempatnya, mengenal dengan baik jalan kembalinya, dan sampai kepada tujuan kematiannya. 

Inilah sebenarnya tujuan hidup yang sesungguhnya bagi seorang manusia. Mengenal dirinya, mengenal Tuhannya, mengabdinya dengan penuh penghambaan, mengenal jalan kembalinya, lalu bisa pulang kembali dengan selamat kerumah keabadian yang akan disambut oleh Sang Khalik dengan penuh ke-Ridho-anNya.

Tidak demikian dengan kita. Boro-boro mengenal Allah. Mengenal diri kita sendiri saja tidak. Apalagi mengenal Tuhan kita dengan baik ! 

Seseorang yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Dan barangsiapa bisa mengenal Tuhannya, maka ia akan selalu dan mampu mengendalikan dirinya, karena saking takutnya kepada Allah. Bahkan ia akan rela dan ikhlas hidup di dunia dengan penuh penderitaan, dengan harapan kelak di akherat, ia akan menemukan kebahagiaannya disisi Allah Yang Penuh Dengan Kemuliaan. Subhanallah.

Manusia seperti ini, dalam setiap detiknya selalu penuh ketakutan kepada Allah serta penuh kehati-hatian dalam hidupnya. Selalu mawas diri, apakah yang dilakukannya sudah sesuai dengan ke-Ridhoan Allah atau belum? Ia tidak pernah peduli apakah ke-Ridhoan Allah ini mengenakkan baginya ataupun tidak. Ia akan selalu ikhlas dan Ridho pada ketentuan Allah. Bukan berarti ia senang dengan ketidaknyamanan hidup, atau tak mau berusaha, namun selalu dibayangi kecemasan jika usahanya yang penuh angan-angan itu hanya akan membawanya dalam kesia-siaan hidup karena jauh dari ke-RidhoanNya.

Manusia seperti ini berusaha hidup bagaikan huruf ALIF. Dari apa yang dipikirkan, apa yang ada dalam hatinya, dan apa yang dikatakannya adalah “sama” satu garis lurus.

Jika apa yang dikatakannya adalah “A” maka apa yang dipikirkannya adalah “A”, dan apa yang ada dalam hatinya adalah “A” juga. Sehingga ia berusaha untuk selalu menyelaraskan antara lahir, batin dan ruhaninya.

Kita sekarang ini banyak yang masih mengingkari diri sendiri. Mengingkari suara hati nurani. Demi takutnya kepada susuatu yang bukan Allah. Penguasa, Hukum, Atasan dan Situasi.

Orang yang sudah mengenal dirinya serta mengenal Allah, maka tidak ada sesuatupun yang ditakutinya didunia ini kecuali Allah. Sebab Allah yang Menciptakannya, Yang menghidupinya, Dan yang menentukan penghakiman baik di Dunia dan di Akherat. Bukan yang lain.

Bagaimana hidup kita tak akan susah, menderita, apes, sial, nelongso, serba sulit, jauh dari rejeki, jauh dari nasib baik, jauh dari kebahagiaan ? Karena kita hidup tidak mengikuti kehendak serta aturan Allah.

Kalau kita hidup mengikuti kehendak serta aturan Allah, insya Allah hidup kita akan selalu tenang tak banyak pergolakan. Karena Allah sudah membagi rejeki setiap orang sudah sesuai dengan kebutuhan masing-masing makhluknya sesuai dengan takdir yang telah digariskanNya untuk masing-masing makhlukNya.

Falsafah Jawa mengatakan, hendaknya “Nrimo Ing Pandum”, yang maknanya adalah “Menerima dengan ikhlas atas jatah yang diberikan dalam hidup kita”. Ini adalah falsafah yang sungguh dalam artinya. Dan tak setiap orang bisa menjalaninya.

Jika jatah kita menjadi pejabat tinggi negara, ya jadilah pejabat yang baik, yang jujur, yang adil, yang mampu mengemban amanah rakyat dengan baik. Bukan malah memanfaatkan jabatannya untuk menggendhutkan diri, nilep uang rakyat, dan memberi makan keluarga dengan harta haram korupsinya.

Apa yang mau dibanggakan dengan kekayaan hasil dari korupsi ? Sekalipun bisa memiliki rumah tingkat 13, mobil keluaran terkini, dan membelikan isterinya perhiasan yang super gemerlap, emas berlian yang kemilau menyilaukan mata ? Karena semua itu berasal dari harta yang bukan “Hak”.

Jika kita menjadi Guru, ya jadilah Guru yang penuh dedikasi dalam mendidik. Bukan saja berkuwajiban mencetak anak didik yang berprestasi dalam bidangnya, namun juga mengarahkan agar anak didiknya menjadi anak-anak yang soleh dan sholihah, anak-anak yang akhlakul karimah, berbudi pekerti luhur dan lemah lembut serta sopan perilakunya.

Jaman aku masih kecil, tak ada ceritanya Guru sampai memukul murid, ataupun murid membalas memukul gurunya. Apakah jaman yang sudah berubah dan menelurkan  dekadensi moral ? Ataukah kualitas pendidikan yang semakin merosot demikian tajamnya ? Kalau dilihat dari prestasi akademiknya sih dari tahun ke tahun selalu ada peningkatan. Bahkan anak-anak jaman sekarang sangat pintar-pintar, nilainya banyak yang rata-rata mencapai 100, namun meninjau kondisi akhlaknya sangat memprihatinkan !

Murid ngeyel dan meremehkan gurunya itu sudah biasa untuk sekarang ini. Seakan statusnya sama antara guru dan muridnya. Hanya bedanya guru menerangkan didepan kelas, dan murid mendengarkan penjelasan pelajaran duduk dibangkunya.

Jauh berbeda dengan jaman dimana aku kecil dulu. Jika ada murid sedikit bandel atau nakal, maka guru cukup mengarahkan pandangan matanya kepada muridnya yang bandel ini, maka si murid akan sangat kecut hatinya. Takutnya bukan buatan melihatan kilatan mata gurunya yang bagai pedang itu, lalu langsung takut, wah bakal merah nih raporku besuk kalau aku tidak segera meminta maaf kepada Pak Guru, dan merubah kenakalanku.

Kemarin ada peristiwa yang cukup menyentuh. Cendela ruang tamu rumah yang kutempati, yang terdiri dari kaca, bingkainya sudah aus saking tuanya. Jika dipegang kayunya seperti kerupuk. Mak krepes.

Nah tetangga baikku menawarkan tukang yang biasa dipakai oleh SMPnya dimana ia bekerja, untuk memperbaiki candela rumah yang kutempati. Kusen atau bingkainya dibuat dirumah pak tukang, setelah diukur sebelumnya. Pada hari minggu dimana pak Tukang longgar waktunya, bekerjalah ia dirumahku untuk mengganti cendelaku yang sudah keropos itu.

Kebetulan toko kacanya memotongnya kelebihan beberapa mili dari ukuran yang seharusnya. Sehingga pak tukang itu harus membongkar kembali bingkai kayu yang sudah jadi, untuk menyesuaikan dengan ukuran kacanya. Hingga berjam-jam pak tukang dan seorang kawannya itu menyiasati agar kacanya bisa terpasang pada bingkainya.

Benar-benar suatu pekerjaan yang memakan energi dan kesabaran. Pak tukang itu tidak marah kepada tukang kaca yang memotong kelebihan ukuran. Dengan tekunnya pekerjaan itu diselesaikan hingga jendela baru itu bisa terpasang pada tempatnya.

Ketika kutanya :”Susah ya Pak”. “Ya gak apa-apa bu, inilah romantika menjadi tukang kayu Bu. Alhamdulillah kami diberi pekerjaan oleh Allah dari rejeki yang halal, untuk keluarga. Walau sedikit, tapi asli dari tetesan keringat sendiri bu…daripada jadi koruptor, kaya tapi bukan uangnya”.

Subhanallah…Itu jadi pelajaran yang sangat berharga bagiku. Betapa luar biasa tawakkal mereka. Dengan rejeki yang sedikit namun halal, dicukup-cukupkannya untuk memenuhi kebutuhan bagi keluarganya dan tetap mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Apapun adanya.

Mereka pulang ketika menjelang maghrib. Karena tak mau ketika kutawari untuk berbuka bersama, maka kuberikan ongkos lipat dua masing-masingnya, sebagai ungkapan syukurku kepada Allah yang telah memberi hikmah ketawakkalan lewat mereka berdua. Ada seleret keterkejutan ketika mereka menerima uang lebih dariku, sebagaimana aku juga sering terkejut jika menerima risky tak terduga dariNya.

Jadilah manusia yang penuh syukur, jujur dan bertanggungjawab dalam hidup ini. Agar kehidupan kita tenang dan bahagia “Tidak Usah Ngoyo dan ngongso”. Ngoyo  dan ngongso itu memaksakan diri diluar batas kemampuannya.

Yang tahu kemampuan kita adalah diri kita sendiri. Kita tentu mampu mengukur cita-cita yang hendak kita gapai itu sesuai dengan kemampuanku tidak ya ? Baik kemampuan lahir maupun batin, baik kemampuan fisik maupun kemampuan financial kita.

Berusahalah untuk mencari takdir dalam hidup kita, agar hidup kita tidak sia-sia adanya. Tidak melenceng dari apa yang DikehendakiNya.

Seseorang yang cuek pada takdir, apalagi tidak percaya akan takdir, berusaha banting tulang mencari kehidupannya, pagi hingga malam, malam hingga pagi lagi, bekerja, bekerja dan terus bekerja, tanpa menghiraukan ibadah kepada Allah, hidupnya akan gersang, hampa, dan jauh dari kebahagiaan.

Tak pernah ketemu anak isteri. Yang ada dalam pikirannya hanya harta, harta dan harta. Kaya, kaya dan kaya semata. Tujuannya hanya satu, bagaimana ia bisa mengumpulkan harta sebanyak mungkin, entah untuk apa nantinya.

Pergi dari rumah anaknya belum bangun, pulang tengah malam anaknya sudah tidur. Kapan ada komunikasi ? Kapan terjalin kebahagiaan ? Kapan terjadi pendidikan keluarga ? Keluarga yang semacam ini akan mengalami kurang perhatian serta kasih sayang. Sehingga isteri maupun anak-anaknya akan mencari di luaran dimanapun ia bisa mendapatkannya.

Semua ketidak nyamanan dalam hidup lebih diakibatkan karena kita tidak mengetahui takdir kita, namun kita tak berusaha mencarinya, dengan mendekatkan diri selalu kepada Allah SWT.
Ibarat kita tertakdir menjadi cangkir, kita tidak berusaha menjadi cangkir yang baik, yang enak dipandang, dan menjadi cangkir yang bermanfaat bagi banyak orang. Mengapa ?

Karena kita tidak bersyukur menerima takdir kita menjadi cangkir yang baik, sesuai dengan yang di Kehendaki oleh Allah SWT. Namun kita malah ingin menjadi piring yang bukan merupakan kehendak Allah bagi hidup kita.

Sepanjang hidup kita, seluruh daya upaya kita, kerja keras kita, doa-doa kita semua akan kita fokuskan menjadi sebuah piring. Ya sampai kapanpun kita tak akan ketemu dengan yang kita cita-citakan karena itu bukan takdir kita ! Takdir kita itu menjadi cangkir, bukan menjadi piring !

Oleh karena itu betapa perlunya kita memberikan kesempatan dan ruang bagi Allah dalam hidup kita !  Beri kesempatan Allah untuk melaksanakan rencanaNya bagi hidup kita. Selama ini kita telah lupa. Bahwa Allah mempunyai kehendak, mempunyai rencana bagi tiap-tiap kita. Dan rencanaNya sungguh sangat baik dan sempurna untuk kita.

Selama ini, kita hanya memberi kesempatan kepada diri kita untuk menggapai cita-cita kita, meraih impian kita, memuaskan nafsu kita, SEPUAS-PUASNYA ! Tanpa pernah bertanya : Ya Allah, apa yang Engkau Kehendaki atas hidupku ? Tunjukkanlah kepadaku, bimbinglah aku menuju kehendakMu, mudahkanlah jalanku, dan naungilah aku agar bisa menjalani hidup sesuai dengan takdir yang telah Engkau tentukan bagiku. Ajarilah aku agar bisa menjadi hamba yang ridho kepada ke-RidhoanMu atasku. Ambillah seluruh ruang dan kesempatan yang ada padaku untuk bimbinganMu Ya Allah.

Pernahkah kita berdoa seperti ini ?

Jika belum berdoalah seperti ini. Kalian akan segera menemukan kebahagiaan yang tak terperi, dalam segala kondisi kalian. Karena dalam doa ini dibutuhkan penyerahan diri yang total atas diri kita kepada Allah. Dalam doa ini ini kita benar-benar tak ada daya, karena seluruh kesemparan dan ruang hidup yang kita punyai sudah kita serahkan secara bulat kepada Allah.

Nantikanlah ketika Allah bekerja dalam diri kita. Syaratnya hanya berserah diri secara total. Jika kita sering berdoa dan merenung seperti ini, kita akan segera mengenal diri kita, kita akan segera mengenal Allah, dan kita akan tumbuh rindu yang menggebu kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, kita akan bisa menghargai beliau dengan penghargaan yang layak, dengan kerinduan yang tak bisa dibendung, kita akan rajin shalat, rajin membaca Al Qur’an tanpa diingat-ingatkan orang lagi.

Shalat, puasa, zakat, sedekah bukan lagi menjadi beban atau kehilangan, akan tetapi menjadi sesuatu yang sangat kita rindukan. Karena segala kebaikan yang kita lakukan bukan lagi karena iming-iming pahala atau ganjaran, namun karena setiap kita melakukan kebaikan akan selalu bersentuhan dengan kasih sayang Allah. Kasih sayang Allah selalu ada dalam setiap kebaikan yang kita lakukan. Siapa yang tak berharap akan kasih sayang Allah ? Energi bagi kehidupan dan kematian kita ?

Yuk, pumpung ini bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah. Bulan yang bertabur dengan Rahmat, Ampunan serta kebebasan dari api neraka. Kita jadikan awal kita menjadi hamba yang baik. Bukan sekedar pada bulan Ramadhan ini saja, namun untuk seterusnya.

Setiap manusia pasti bertabur dengan khilaf dan dosa. Namun ampunan Allah tak terbatas. Meski sebesar gunung atau sehitam jelaga dosa-dosa kita, asal kita bertaubat dengan sungguh-sungguh, taubatan nasuha, dimana kita tak mengingat-ingat dosa kita lagi dan tak mengulanginya lagi ya insya Allah…Allah akan mengampuninya.

Hidup kita akan berubah. Jika kita mau memulainya. Dari diri sendiri, bukan dari orang lain atau siapapun ! Dan beri kesempatan serta ruang untuk Allah, membimbing dan memberikan petunjukNya bagi kita.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Salam Penulis,
Niniek SS

Kesembuhanku Adalah Keajaiban

Bismillahirrahmanirrahiim… 

Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam, Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin. 

Pembaca Blog Yang Setia, dimanapun kalian berada…

Sungguh suatu kebahagiaan yang tak ternilai jika sudah beberapa Ramadhan ini, aku bisa “Selamat” menyelesaikan puasa dan rangkaiannya dengan sebaik yang aku mampu, tanpa halangan suatu apapun. Dan hingga hari ini, saat artikel ini kutulis, aku masih diijinkanNya untuk menjalaninya dengan mulus.

Bulan Ramadhan bagiku, adalah merupakan bulan yang tidak hanya suci, melainkan bulan yang sangat keramat, karena tiap detiknya bertabur dengan rahmat, ampunan dan keberkahan. Betapa Maha Kasih SayangNya Allah. Kepada manusia. Allah ingin semua manusia kembali ke HadliratNya dalam keadaan fitrah, sebagaimana saat manusia itu dilahirkan. Tanpa membawa apa-apa dan tanpa kehendak. 

Adakah seorang bayi yang saat dilahirkan sudah memakai baju dan sudah punya cita-cita atau kehendak ? Tidak bukan ? 

Namun ketika manusia mau meninggal, sulit sekali menanggalkan kehendak atau cita-cita dunianya, ia masih berat untuk meninggalkan dunianya yang glamour. Yang ketika ia hidup didunia tak digunakannya di jalan Allah. Sehingga inilah yang sering menghambat keluarnya ruh dari jasadnya, karena ketika ia hidup  didunia, selalu bertentangan dengan kehendakNya. Ia selalu menghamba kepada kehendak dirinya bukan menghamba kepada kehendakNya.

Allah ingin, ketika manusia mati, meninggalkan jasadnya, juga meninggalkan dunianya dengan loss..ikhlas..meninggalkan nafsu dunianya, meninggalkan kehendaknya, sebagaimana bayi ketika dilahirkan juga loss…tanpa kehendak dan cita-cita.

Allah ingin manusia ketika dilahirkan mau menjalani takdir yang telah ditentukanNya dengan sebaik-baiknya untuk manusia itu, menjalani kehendakNya atas dirinya dengan baik, lalu pada saatnya manusia itu meninggal, menyerahkan seluruh PR yang diberikanNya kepada manusia itu ketika ia hidup dengan hasil yang baik. Lalu jika hasil PRnya baik, maka Ia akan menempatkannya ditempat yang baik pula disisiNya kelak. Allah Hu Akbar. Dan diberikanNya Ramadhan kepada kita Umat Islam, adalah sebagai “JEMBATAN” memperbaiki diri atas apa yang telah kita lakukan pada sepanjang hidup kita.

Sakit adalah bentuk kasih sayang Allah, untuk kita memperbaiki diri, dari setiap salah, khilaf dan dosa-dosa yang telah kita lakukan dalam hidup kita. Kepada siapapun ! Ya kepada siapapun didunia ini. Terutama kepada Allah SWT. yang telah memberikan berjuta nikmat kepada kita, namun kita sering mengkufurinya. 

Dan kepada Nabi kita yang Agung Muhammad Rasulullah SAW. yang telah mewariskan hasil perjuangan Beliau untuk keselamatan kita, Al Qur’anul Karim Yang Agung dan sunnah-sunnah beliau, kitapun sering melupakannya, bahkan bershalawat kepada beliaupun tidak ! Sedangkan Allah saja bershalawat untuk Rasulullah SAW. Bagaimana ini ?

Maka jika kita diberiNya sakit, janganlah mengeluh, tetapi ucapkanlah syukur, karena Allah masih memberikan kesempatan kepada kita sebagai jalan untuk bertaubat serta memperbaiki diri.

Aku, 18 tahun sakit, tak pernah mengeluh. Suatu hal yang kukeluhkan bukan rasa sakit itu sendiri yang menderaku setiap saat, namun jika hikmah dari sakit yang kuderita belum ketemu-ketemu juga.

Sampai ketika tubuhku hingga tinggal kulit pembalut tulang dengan berat badan yang hanya 31 kg, aku tak pernah menangisinya dan mengeluhkannya, ah itu hanyalah jasad yang tak perlu kurisaukan. Berat badanku susut hingga 25 kg dari 56 menjad 31 kg ! Hingga setiap orang yang menengokku meneteskan air mata, akupun tak terpengaruh. Tetapi aku sangat bersimpati kepada semua handai taulan yang bersimpati atas sakitku.

Jika sakitku sedang kambuh tak karuan rasanya, aku merasa tubuhku sedang dicuci oleh Allah dengan kehendakNya Yang Maha Suci dan Maha Mulia. Dan aku berharap, selembar demi selembar dosaku berguguran ketika aku bersabar menjalaninya.

Oleh karena itu, jangan mengeluh jika baru sebulan dua bulan sakit kalian belum sembuh-sembuh. Bandingkan dengan penderitaanku yang sudah 18 tahun lamanya, sudah BAB dan muntah bercampur darah. Rasanya seperti sudah tak ada harapan sembuh. Karena sudah tak mampu lagi mengenali orang yang datang berkunjung.

Sudah tak kuasa lagi menahan sakit, namun juga sudah tak kuasa lagi ikhtiar untuk berobat, karena sudah tak ada lagi biaya untuk berobat.

Maka wajarlah jika kesembuhanku kukatakan sebagai keajaiban ! Karena disaat ku terkapar tak berdaya, Ustadz Zakaria dan Ibu Zakaria mengunjungiku dan membawa pencerahan agar aku mau mulai minum air mentah untuk kesembuhanku. 

Hanya dengan mengkonsumsi air mentah ! Dan tanpa kehendak, kecuali kepasrahan yang demikian total kepada Allah SWT. yang ada pada diriku. Setahap demi setahap, berkuranglah penderitaanku. Subhanallah walhamdulillah. Lalu disempurnakan dengan Morinda Bioactive maka berakhirlah hari-hari yang sangat menyengsarakan.

Menurut akal dan rasaku, sepertinya tak mungkin aku bisa sembuh, menilik kesadaranku yang sudah sering hilang-hilang timbul. Kepasrahanku adalah kepasrahan yang total, yang ikhlas, bukan kepasrahan karena rasa putus asa !

Aku hanya mempunyai satu keyakinan ketika dalam puncak ketakberdayaan, jika hidupku kedepan sudah tak manfaat, maka aku pasti akan segera dimatikan oleh Allah, namun jika aku diijinkanNya sembuh, pasti hidupku masih akan mempunyai manfaat.

Ketika sehari dua hari minum air mentah. Belum Nampak perubahan yang berarti, kecuali rasa gatal yang mendera disekujur tubuh. Aku memahaminya. Bahwa tubuhku sedang didetoks oleh air mentah yang kuminum. Benar juga ketika suamiku menanyakannya kepada Ustadz Zakaria tentang rasa gatal ini, beliau menyarankan agar aku terus meminumnya sekuat aku menahan rasa gatalku. 

Menurut Ustadz Zakaria bahwa itu detokz dari residu kimia dalam tubuhku oleh obat-obatan kimia yang telah bertahun-thun ku konsumsi.

Aku minum kupaksakan sehari minimal 2 liter, sebagaimana kaidah kesehatan yang dianjurkan. Memang awalnya tidak sebanyak itu. Hanya segelas dua gelas. Lainnya tetap air masak biasa. Namun tiap hari selalu kutingkatkan banyaknya. 

Rasanya memang tak karuan. Rasa perih sekali di uluhati ketika terkena siraman air mentah yang mengalir dari tenggorokan. Rasa mual yang muncul pada hari-hari pertama meminumnya, lalu pening dikepala yang lumayan mengganggu dan demam layaknya orang mau flu.

Semua kuterima dengan satu keyakinan yang berkobar-kobar bahwa aku akan sembuh dengan meminumnya ! Gatal diseluruh tubuh memang sangat dahsyat menderaku. 

Bayangkan. Tempat dimana timbul rasa gatal, jika digaruk belum sampai lecet, maka gatal itu belum akan hilang. Hingga seluruh tubuhku terutama disekitar perut dan punggung, paha, pangkal lengan, lecet-lecet kayak dicakar macan. Benar-benar lecet berdarah-darah. Hingga suamiku merebak air matanya jika melihat luka-luka lecetku itu. Sangat kasihan kepadaku. Sampai-sampai pernah bertanya kepadaku :”Lha piye mau dilanjut gak minum air mentahnya ?”. “Insya Allah gak apa-apa Bah, Umi lanjut aja” kataku kepada beliau suamiku.

Meskipun rasanya tak keruan ketika minum awal air mentah, namun alhamdulillah ada titik-titik harapan kesembuhan. Ada seberkas rasa segar, ada semacam semangat yang mengalir, ada beberapa rasa negatif yang mulai menghilang dari tubuhku, saat aku mulai mium air mentah. Dan itu sangat kurasakan. Sehingga menambah semangat serta keyakinanku untuk terus terapi minum air mentah. Bismillah. Biidznillah.

Ketika belum mulai minum air mentah, aku hanya bisa terbaring lemah dan lesu..Semua, baik makan, minum, bab, pipis kulakukan ditempat tidur karena aku sudah tak kuat untuk bangun, apalagi berdiri dan berjalan kekamar mandi, sekalipun dipapah oleh suamiku yang super penyabar.

Aku sudah tak kuat untuk mengangkat sendok. Mataku sudah malas untuk melek. Bibirku sudah malas untuk bicara. Dan telingaku sudah malas sekali untuk mendegar suara berisik apapun. Baik dari orang bicara, dari berisik orang ngomong-ngomong di TV, ataupun pembicaraan orang yang lewat di gang jalan depan tempat tinggalku.

Aku sangat menginginkan ketenangan saat itu. Ketika aku sesekali membuka kelopak mataku, dan melihat suamiku yang setia menungguiku disamping tempat tidurku, aku tak kuasa menahan air mataku. Kasihan sekali beliau, menerima ujian yang sangat berat ini, harus merawat diriku yang belasan tahun sakit tak kunjung sembuh juga.

Kami berdua sama-sama saling mengasihani. Aku mengasihani beliau yang susah payah menderita merawatku. Beliau juga sangat mengasihani diriku yang didera sakit liuar biasa belasan tahun tak kunjung sembuh juga.

Alhamdulillah. Kami berdua sama-sama diberi kesabaran oleh Allah yang sangat tinggi. Kami sama-sama tak pernah mengeluhkan keadaan kami masing-masing. Yang bisa dijalani ya dijalani. Jika tidak, kami diam dan saling meminta maaf.

Setiap saat kami berdua saling meminta maaf, dan saling memaafkan. Aku selalu meminta maaf bahwa aku selalu membuatnya susah, merepotkannya, dan suamiku selalu meminta maaf kepadaku barangkali saja ada perilaku yang tak berkenan bagiku selama merawatku.

Bisa kalian bayangkan. Selama 24 jam bertahun-tahun merawat sakitku dengan setia. Meskipun tak selamanya aku terpuruk ditempat tidur, namun selama 18 tahun itu aku selalu tak pernah mengalami sehat barang sehari. Setiap harinya selalu saja ada keluhan yang kurasakan tak nyaman dalam tubuhku.

Entah mual, entah muntah, entah pusing, entah lemas, entah keringat dingin dan gemetar, entah jantung berdebar, entah kliyengan, entah uluhati sakit dan tak tertahan hingga berguling guling, entah tenggorokan dan dada rasa terbakar, entah leher setiap tidur seperti tercekik, dan beribu penderitaan tak terperi. Yang mana hal itu sangat membutuhkan dukungannya.

Percaya atau tidak kalian, suamiku tak pernah tahu semua apa yang kurasakan karena aku tak pernah menceritakannya kepada beliau. Yang beliau tahu hanyalah sebatas apa yang bisa beliau lihat dengan mata kepala. Namun apa yang kurasakan yang tak tertangkap oleh mata, suamiku tak pernah tahu hingga sekarang aku sembuh ini, karena aku tak pernah menceritakannya kepada beliau suamiku.

Yang suamiku tahu, ketika aku lemas tak bisa bangun dari tempat tidur. Lemas ketika tak bisa bangkit dari duduk di kursi. Ketika muntah bercampur darah. Ketika aku memegang dadaku saat keram sakitnya bukan main. Ketika aku guling-guling kekiri kekanan ditempat tidur karena menahan sakit yang luar biasa saat kambuh. Ketika aku lama tidur tak bangun-bangun, lalu baru aku ditanya kenapa. Barulah aku menyahut bahwa aku merasakan pusing yang luar biasa. Tapi aku alhamdulillah,  tak pernah mengeluh.

Namun begitu suamiku melihat aku ada yang bermasalah langsung tanggap tanpa aku minta. Jika aku merasa perut begah dan lambung terasa penuh dan kutepuk-tepuk lambungku dan berbunyi bung-bung-bung, langsung diambilnya air panas dimasukkannya kedalam botol yang ditutup rapat dan botolnya dibalut dengan kain lalu disodorkannya kepadaku untuk mengompres lambungku yang kembung.

Sebelumnya, seluruh perutku dibalurnya dengan sebutir bawang merah dan sedikit jahe yang dikeprak lalu dicampur dengan minyak kelapa murni, kalau tidak ada ya dengan minyak VCO. Jadi luar dalam lambungku menjadi hangat. Setelah itu dipijitnya kakiku bagian tumit dengan minyak kayu putih. Tak lama kemudian keluar banyak gas dari lambungku, maka berkuranglah penderitaan kembungku.

Begitulah dilakukannya bertahun tahun mengurus diriku. Belum lagi mengurus keperluanku yang lain. Menanak nasi tim atau nasi lembek. Merebus telur ayam kampung yang matang muda setiap pagi dan sore. Merebus labu siam muda. Mengukus kentang beberapa butir untuk selingan makanku. Membuatkan aku resep singkong dan kunyit parut yang dicampur dengan madu murni dan tepung beras putih serta kuning telur ayam kampong. Hingga tangan laki-lakinya selalu berwarna kuning setiap harinya. 

Apakah ada seorang suami yang sesetia itu, merawat isterinya yang sakit belasan tahun sepertiku ? 

Ya Allah, Maha Besar Engkau dengan Kasih SayangMu Yang Tak Berbatas. Kami tak punya pembantu sejak mulai aku sakit dan tak mempunyai penghasilan. Apa yang hendak untuk menggajinya ? Oleh karena itu, segala pekerjaan ditangani oleh suami serta puteriku. 

Mulai sejak puteriku lahir hingga ia menjadi gadis dewasa yang trampil merawat aku ibunya. Sejak usia SD kelas 1 puteriku sudah belajar membuatkan minuman teh encer hangat untukku, dengan tangan kecilnya ia bawa minuman hangat itu ketepi ranjangku. Aku sengaja membelikannya termos kecil agar ia tidak terlalu berat ketika belajar menuangkan air panas untuk membuatkan aku minuman. Kenangan yang sangat mengharukan itu menjadi kenangan manis yang tak bisa kulupakan sampai kapanpun.

Sebenarnya aku sungguh tak tega melihat anakku yang masih sekecil itu, melakukan sesuatu yang belum saatnya ia lakukan, demi rasa sayangnya melihat ibunya selalu sakit, dan ingin menolongnya agar aku segera sembuh. 

Pikiran kecilnya yang mendorongnya untuk melakukan semuanya itu untukku ibunya. Hal yang tak lazim dilakukan oleh seorang anak, yang seharusnya saat manja-manjanya kepada ibunya. Namun aku tak mampu memberikan kemanjaan kepadanya sejak kecil hingga ia menjadi dewasa, karena sakitku.

Namun dengan sakitku yang demikian lama ini, Allah memberikan hikmah yang luar biasa bagi kami sekeluarga. Putriku jadi demikian peka rasa sosialnya semenjak kecil.

Sekarang ini, jika mendengar ada keluarga dari teman SMAnya yang sakit dirawat di Rumah Sakit, ia selalu menyempatkan waktu disela kesibukannya kuliah, pulang kerumah untuk menjenguknya, lalu kembali ke kostnya lagi yang berjarak naik bis 2 jam lamanya. Hanya untuk menengok keluarga temannya yang sedang sakit. Subhanallah…

Dan bagiku serta bagi suamiku, banyak sekali hkmah yang Allah berikan dengan penderitaan sakitku yang demikian lamanya. Kami menjadi lebih sabar, lebih bersyukur dan lebih menghargai setiap nikmat yang Allah berikan bagi kami sekeluarga. Terutama nikmat kesehatan serta nikmat keselamatan.

Karena banyak yang berlimpah harta, namun tidak sehat dan selamat, sehingga hidupnya menderita.

Terlebih dari pengalaman sakitku, bisa membuahkan Buku Panduan “Rahasia Sembuh Sakit Maag Kronis” yang insya Allah begitu manfaat buat teman-teman penderita maag dan GERD di seluruh Indonesia.

Hal ini mendorong semangatku untuk terus memperdalam pengetahuan tentang Sakit Maag dan GERD, agar lebih bermanfaat bagi setiap orang yang membutuhkannya.

Demikianlah kiranya tentang “Kesembuhanku Adalah Keajaiban”. Karena tanpa keajaiban dan pertolongan Allah tak mungkin aku bisa seperti sekarang ini. Sembuh total tak pernah kambuh lagi hingga saat ini. Subhanallah. Alhamdulillah. Allah Hu Akbar.

Kalian harus tetap bersabar, bersyukur dan terus berikhtiyar untuk kesembuhna kalian yang sudah dekat ini. Bagi kalian yang bisa ketemu dengan blog ini, kudoakan semoga kesembuhan kalian sudah dekat. Amiin.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Salam Penulis,
Niniek SS

Pengalaman Puasa Ketika Sakit Maag

Bismillahirrahmanirrahiim… 

Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam, Puji dan syukur hanya kepada Allah Pemilik Seluruh Nikmat. Shalawat dan salam yang setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah atas Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yang mulia serta para pengikut Beliau yang setia sampai akhir jaman. Aamiin. 

Pembaca Blog Yang Setia….yang dirundung sakit dan belum sembuh. Saya sangat terharu membaca sms dari teman-teman yang belum sembuh sakit maagnya namun sudah berusaha untuk menjalankan puasa.

“Bund, Ya Allah…dari pagi hingga siang tadi alhamdulillah perut untuk puasa tidak apa-apa bund, tapi ini sekarang setelah shalat ashar, perut kayak gak enak sekali rasanya bund, kayak laper yang menyengat gitu bund, aduuh apa yang harus saya lakukan bund?” begitu salah satu curhat teman maag.

Saya balas smsnya “Perutnya sakit gak ? Mual gak ? Gemetar gak ?” dari seberang ia membalas :”Gak sakit sih bund perutnya, gak mual juga, gemetar juga gak, cuma perut rasanya gak enak sekali, seperti dipepet dengan benda keras gitu loh bund”…

“Wah kalau itu sih dilanjut aja puasanya. Kompres lambungnya dengan air panas biar otot lambung tak mengalami kontraksi. Mudah-mudahan segera membaik ya dan bisa menyelesaikan puasa hari ini dengan baik” begitu anjuran saya.

Tentu setiap kita yang muslim ingin bagaimana caranya bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Termasuk kita yang sedang sakit maagpun ingin bisa berpuasa.

Ini Pengalaman saya Puasa Ketika masih Sakit Maag dulu.

Antara keinginan dan keragu-raguan benar-benar berpacu dalam benak. Ah puasa ah..sayang kalau gak puasa..siapa tahu tak bisa jumpa lagi dengan puasa Ramadhan yang akan datang. Begitu pikiran saya. Lha tapi, tak puasa saja perut setiap hari rasanya seperti itu, apalagi kalau untuk puasa ya ?

Dokter menganjurkan untuk tidak usah puasa dulu. Ah itu kan dokter, terkadang ambil praktisnya saja ! (Eh maaf ya pak dokter dan bu Dokter). Lain lagi saran Pak Kyai : Untuk puasa saja, puasa tuh bagus untuk sakit maag, malah bisa sembuh nanti maagnya. Apa iya ya ? Tapi logikanya benar juga tuh. Lambung yang kerjanya terlalu berat, sesekali memang harus diberi masa istirahat tidak menggiling, agar luka di lambung cepet sembuh. Apalagi Pak Kyainya yang bilang itu belum pernah sakit maag, jadi kloplah sarannya. Entheng !

Ah..gak tahulah yang bener yang mana, pikir saya. Orang yang sakit parah terlalu lama tak sembuh-sembuh memang seringkali pikirannya juga tak bisa sebening orang yang sehat. Dan ini fakta ! Jadi jangan tersinggung ya, jika saya mengatakan seperti itu. Saya dulu juga seperti itu kok. Hawanya mau kesinggung terus. Suruh melogika dengan baik tu tak bisa. Ya alhamdulillah masih bisa terkendali oleh iman, jadi tak gampang emosi atau marah-marah seperti yang lainnya.

Pokoknya niat puasa saja, bismillah. Niatnya untuk mencari Ridho Allah semata. Mendapatkan ampunannya. Mendapatkan karunia RahmatNya, syukur-syukur bisa mendapatkan karunia bisa terbebas dari api neraka kelak. Subhanallah. 

Jadi tak ingat lagi nanti kalau kambuh, nanti kalau kejang, nanti kalau tak kuat untuk puasa. Yang teringat hanya janji Allah yang luar biasa yang ada di Bulan Ramdhan. Apalagi Allah tu tak pernah ingkar janji.

Waha…ketika sahur berusaha menando makan dan minum sebanyak-banyaknya…kayak unta di Arab sana, pikirnya agar persediaan di lambung seharian nanti tercukupi ha ha…sehingga tidak kambuh karena kelaparan…Astaghfirullahaladziim.

Tahukah teman ? Walhasil…Baru turun shalat subuh saja perut sudah sakit karena suduken (Jawa : Lambung penuh makanan)…Ya rasanya sakit. Tapi sakitnya bukan seperti sakitnya kambuh lambungnya. Sakitnya ya perut penuh aja. Untuk jalan, berdiri dan duduk serba salah. Dan terasa sangat sakit. Astaghfirullahaladziim.

Dalam keadaan tidak puasa, biasanya jika mengalami hal seperti ini (lambung sakit karena penuh makanan) maka lambung dikompres dengan air panas dalam botol, lalu lambung dibalur dengan minyak putih campur bawang merah yang dilembutkan saja sudah sembuh. Apalagi kalau minum air hangat serta agar-agar. Langsung bisa bab dan kencing banyak, sehingga perut langsung legaaa....karena penghuninya terkurangi bisa keluar.

Lha kalau puasa ? He he ya seharian terus sakit perutnya, begah tak karuan. Jadi tak bisa kerja apa-apa karena perut rasanya memang benar-benar tak enak. Jadinya kerjaannya cuma ngelihatin jam melulu kayak anak SD yang lagi latihan puasa. Menunggu-nunggu saatnya berbuka agar keluhannya bisa hilang dengan sekedar buka agar-agar.

Apalagi jika tiba saatnya sholat, waduh tersiksanya bukan buatan, untuk duduk sakit, apalagi untuk rukuk dan sujud, ketika lambung tertekuk. Uenak tenan rasane !

Itulah pengalaman ketika saya sakit maag dan tetap puasa. Utamanya karena ketika sahur, saya makan dan minum banyak-banyak, karena takut siangnya kalau laper bakal muncul sakit maagnya he he.

Makanya, usahakan jika sahur, makan dan minum secukupnya saja, sesuai dengan pola Menu Puasa yang sudah saya tulis sebelumnya LIHAT lagi DISINI. Yang penting walau porsinya kecil, nilai gizinya cukup untuk memenuhi kebutuhan puasa dalam sehari.

Yang nilai gizinya tinggi dan aman untuk sakit maag antara lain : Madu murni, buah kurma yang bagus, telor ayam kampung cari yang masih baru, sayur yang aman : labu siam sedang, kentang yang kulitnya TIDAK hijau yang mulus dan warnanya kuning, wortel yang dagingnya tebal, bayam cabut namun ambil daunnya saja tak usah dikutkan batangnya ketika masak. Buah hanya alpokat yang insya Allah aman untuk puasa, tapi membuatnya juice alpokat tak usah memakai gula dan susu, bahaya !

Lalu dulu, karena perut lapar, dan belum tahu bagaimana slahnya cara puasa bagi sakit maag. Begitu bunyi sirine nguing-nguing terdengar (Di kota saya Purworejo, jika saat berbuka telah tiba, maka dibunyikan sirine arahnya dari alun-alun besar kabupaten, entah yang sebenarnya dari mana asalnya, sehingga kedengaran dari keempat penjuru angin), langsung saja saya ambil minum berdoa ala kadarnya, dan minum dilanjutkan makan. Baru sholat maghrib dengan tertatih-tatih kekenyangan.

Astaghfirullahaladziim…malunya saya kepada Allah…jika ingat keburukan serta kebodohan masa lalu saya. Nah sejak itulah saya mulai merenung bagaimana mencari cara atau metode agar bisa puasa dengan aman, sholat dengan nyaman, meskipun sakit maag.

Waktu masih sakit saya hanya bisa puasa Ramadhan sehari puasa sehari tidak. Lha bagaimana ? Daripada tidak bisa puasa sama sekali ? Itupun sudah sangat bersyukur Alhamdulillah bisa puasa. Selama berhari hari saya merenung. Hasil renungan langsung saya praktekkan. Puasa lagi dengan menu serta pola makan yang selalu berbeda. Masih tetap salah-dan salah. Masih tetap sakit dan sakit.

Akhirnya hingga Ramadhan berakhir saya belum menemukan metode puasa serta menu yang paling pas untuk menjalankan puasa.

Saya tak patah semangat. Saya mencoba mempraktekkan dalam puasa Senin- Kamis hasil menu serta metode puasa renungan saya. Masih tetap juga gagal. Bahkan sering dalam puasa Senin atau Kamis gagal diujung jalan. Jam 9 atau 10 pagi perut meronta sakit sekali. Yah..terpaksa menyerah deh.

Lelah juga merenung masih gagal dan gagal terus. Akhirnya saya sungguh-sungguh memohon petunjuk Allah untuk urusan ini. Dengan dhuha 12 rakaat, memperbanyak baca istighfar dan sholawat.

Setelah itu,tiba-tiba saya ingat nasehat Kanjeng Nabi SAW. Makanlah ketika lapar, berhentilah sebelum kenyang. Saya renungkan kembali hal itu, meskipun dalam keadaan tidak puasa sudah selalu mempraktekkannya.

Nah kalau belum kenyang lalu berhenti makan pada saat berbuka, nanti tak memenuhi gizi dong ? Dan kalau berhentinya makan sebelum kenyang pada saat makan sahur, nanti laper dong siang harinya ? Pertentangan itu tetap masih bergejolak dalam benak. Namun saya ingin mencoba untuk menerapkannya sesuai petunjuk Rasulullah SAW.

Pada saat puasa Senin Kamis, maka menu keseharian dan kebiasaan makan tak ada yang saya rubah. Meskipun saat berbuka, saya berbuka dengan ala kadarnya. Minum air putih hangat, kurma 3 biji, lalu air kacang hijau tanpa ampasnya. Lalu cepat-cepat mengerjakan sholat seperti keseharian mencoba melakukannya diawal waktu.

Ternyata benar. Lambung terasa enak. Dan sholatpun tak ada masalah karena untuk rukuk, sujud dan duduk tahiyat perut tak terasa begah, jadi Alhamdulillah bisa sholat dengan tumakninnah.

Setelah itu baru beberapa saat kemudian makan nasi. Itupun hanya dengan satu lauk dan satu macam sayur sudah. Misal nasi lembek, dengan telur ayam kampung yang direbus dengan matang muda, lalu rebusan labu siam sedang yang hanya dipotong-potong memanjang beberapa iris saja.

Subhanallah dengan cara berbuka serta menu berbuka yang tidak rakus bisa menenangkan lambung ketika puasa saat sedang sakit maag.

Hal ini saya praktekkan berulang kali, dalam puasa Senin Kamis dan puasa-puasa sunnah yang lain.

Nah ketika puasa Ramadhan tiba, saya praktekkan metode puasa serta menu yang sudah saya jalankan sebelum Ramadhan tiba. Hanya polanya ditambah dengan lebih memilih yang bergizi daripada ragamnya makanan yang akan disantap. Sedikit tapi bergizi, jauh lebih baik daripada banyak ragamnya tapi sedikit gizinya. 

Subhanallah, Alhamdulillah, setelah saya mempraktekkan menu Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, pada waktu puasa sekalipun, sangat banyak manfaatnya. Saya bisa berkali-kali menjalani puasa hingga full sebulan penuh tanpa hambatan yang berarti meskipun masih sakit maag.

Dan makan tak perlu mengada-ada. Seadanya saja. Kalau perlu, jika masih ada sisa lauk ketika berbuka puasa, mengapa untuk makan sahur masih masak lagi ? Hal ini siasat agar pada masa puasa Ramadhan kita tak perlu memubadhirkan makanan. Berdosa ! sementara diluar sana masih banyak saudara-saudara kita yang ketika berbuka puasa dan untuk makan sahur belum ada makanan yang siap dimakan.

Oleh karena itu jadikan bulan suci ini sebagai bulan interospeksi diri. Bulan untuk memohon ampunan. Dan bulan untuk belajar banyak bersyukur.

Semoga puasa kita berkenan di HadliratNya dan menjadi puasa yang penuh keberkahan. Yups…Selamat Menunaikannya yaa teman..

Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Salam Penulis,
Niniek SS
Back To Top