SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Mengendalikan Emosi

Semua orang sakit, terutama yang sakit parah, apapun sakitnya, selalu emosinya tidak stabil, karena merasakan sakit itu sendiri sangatlah tidak enak.

Beruntung kalau kita hanya menanggung rasa sakit itu saja, tidak mempunyai beban lain yang harus kita pikirkan. Sedangkan semua dokter selalu menganjurkan ketika kita sedang konsultasi
memeriksakan penyakit kita, agar kita janganlah banyak pikiran. Itu berarti bahwa ketika kita sedang sakit, janganlah kita mempunyai beban pikiran yang lain.

Nah disinilah sulitnya kita mengendalikan emosi kita, menata pikiran, hati serta angan-angan kita agar tidak emosional. Padahal ketika kita sedang terbaring sakit, apalagi bagi ibu rumah tangga nih… mana bisa pikiran kita santai. Tentu beribu pikiran silih berganti hilir mudik di benak kita.

Mana yang mikirin sarapan untuk suamilah, sarapan untuk anaklah, lantai belum disapulah, cucian baju nanti yang mau nyuci siapalah, nanti buat makan anak-anak mau belanja apakah…waduh tumplek bleg jadi satu di benak. Walau tubuh sedang terbaring sakit, namun pikiran selalu muter kayak baling-baling he he..

Merasakan betapa sakit yang sedang kita rasakan sudah merupakan penderitaan masih harus ditambah banternya pikiran mikirkan macam-macam. Sehingga sakit yang semestinya cepat sembuh bukannya menjadi sembuh malah bisa bertambah parah.

Apalagi bila sakitnya adalah asam lambung. Wah..tambah berat pikirannya..tambah pula rasa sakitnya. Melihat banyak pekerjaan terbengkelai, sumpeg rasanya..tapi apadaya mau mengerjakan sendiri, badan tak mau diajak kerjasama, jadi adanya cuma kesel dan kesel melulu !..

Belajarlah bersabar..

Agar kita bisa mengendalikan emosi kita, maka hal yang perlu kita lakukan adalah kita harus belajar untuk bersabar.

Bersabar atas sakit kita. Bersabar bahwa kita sedang harus istirahat. Bersabar bahwa kita sedang tidak mampu untuk mengerjakan segala sesuatu. Bersabar bahwa kita sedang harus merepotkan banyak orang. Merepotkan suami atau isteri terutama. Mungkin merepotkan orang tua kita. Merepotkan anak-anak kita, saudara-saudara kita, teman-teman kita bahkan mungkin merepotkan para tetangga kita.

Kalau kita hidup dilingkungan kota besar seperti Jakarta, kita mungkin bisa tidak saling kenal dengan tetangga yang bersebelahan dinding. Sehingga apapun yang terjadi di tetangga kita, kita tidak mengetahui dan begitu juga sebaliknya apa yang terjadi pada keluarga kita, maka tetangga sebelah kitapun tak ada yang mengetahuinya.

Namun jika kita hidup di kota kecil seperti Purworejo dimana saya bertempat tinggal, maka kita masuk angin saja, maka seluruh RW akan mengetahuinya, apalagi jika sakit kita cukup parah, maka akan silih berganti tetangga kita akan berkunjung kerumah kita untuk menanyakan tentang keadaan sakit kita. Karena kegotongroyongan di lingkungan kami masih begitu pekatnya.

Disinilah ketika kita sakit kita diajak oleh Allah untuk menyadari siapa diri kita ? Mengapa Allah ijinkan kita untuk sakit ? Banyak sekali pembelajaran dari Allah SWT yang bisa kita petik ketika kita sakit.

Kita diajar untuk mensyukuri betapa nikmat dan berharganya sebuah arti “sehat”. Kita diajar untuk menyadari bahwa kita membutuhkan orang lain dalam hidup kita, sehingga kita tidak egois atau mau menangnya sendiri. Kita juga diajar untuk bisa menghargai orang lain.

Coba saja kalau kita tidak bisa bersabar dan tidak bisa menghargai orang lain. Ketika kita sedang sakit dan tidak bisa berbuat apa-apa, meminta tolong orang lain untuk merawat kita, mengambilkan ini dan itu, dengan membentak-bentak, berkata kasar, marah atau bersikap tidak ramah, maka siapa yang akan mau merawat kita dengan ikhlas dan senang hati ?

Sering diantara kita yang suka memperlakukan seorang pembantu rumah tangga bagaikan dia seorang robot yang tidak punya perasaan, kita bentak-bentak, kita maki-maki, kita perlakukan dia dengan kasar, tanpa perlakuan manis sama sekali.

Nah giliran kita sakit, dia akan merawat kita dengan ogah-ogahan karena dia kita perlakukan seenak kita sendiri ketika kita sedang sehat.

Lain jika seorang pembantu kita perlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang sehari-hari. Maka ketika kita jatuh sakit hingga tak bisa bangun dari tempat tidur, maka dia akan melakukan hal yang terbaik untuk kita sebagai ujud rasa terima kasihnya kepada kita karena dalam keseharian dia telah kita perlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang sebagaimana perlakuan kita kepada semua anggota keluarga kita yang lain tanpa membeda-bedakan.

Sakit merupakan pembelajaran dari Allah, bahwa kita didalam hidup ini harus bisa “saling” kepada sesama kita, terutama kepada anggota keluarga kita, orang-orang terdekat yang sangat kita sayangi.

Sakit ataupun sehat sangat erat dengan pengendalian emosi kita dalam keseharian.

Semakin kita mampu bersabar, maka akan semakin jauh kita dari sakit. Jika kita suka marah, maka seluruh syaraf kita akan menjadi tegang. Ketegangan syaraf ini akan memicu ketidak normalan fungsi organ tubuh, karena satu sama lain saling berkaitan.

Jika kita sedang terkena sakit maag, maka jika kita selalu uring-uringan, maka akan memicu meningkatnya asam lambung, sehingga maag kita yang sedianya akan sembuh menjadi mundur lagi kebelakang, kepada kondisi awal. Itulah mengapa dokter selalu menyarankan berkali-kali kepada para pasiennya agar jangan memikirkan beban berat, agar lekas sembuh.

Jika kita bersabar, pikiran kita santai, syaraf kitapun rileks, maka insya Allah penyakit yang kita deritapun akan segera sembuh.

Jadi cepat tidaknya kesembuhan seseorang tidak hanya tergantung kepada obat yang diminumnya, namun juga tergantung pada sikap timbal balik yang terjadi antara sisakit dengan yang merawatnya.

Banyak hal yang harus kita simak agar sakit kita cepat sembuh. Kita juga harus ikhlas menerima sakit kita dengan sabar agar dengan sakit kita, Allah mengampuni dosa-dosa kita jika kita ikhlas menjalaninya.

Doa dan penyerahan diri kita secara total kepada Allah, itulah yang Allah kehendaki dari kita. Dengan kita sakit, Allah ingin agar kita mendekat lebih dekat kepadaNya, Allah ingin agar kita hanya tergantung kepadaNya saja bukan kepada yang selainNya.

Begitulah hikmah yang saya peroleh ketika saya sakit maag cukup lama dulu, 15 tahun lebih…

Alhamdulillah Allah membongkar segala keburukan saya menggantinya dengan segala kebaikan. Yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti. Yang tadinya tidak faham menjadi lebih faham.

Semoga hal ini ada manfaatnya bagi kita semua. Bagi Anda yang saat ini sedang menderita sakit, atau bagi Anda yang saat ini sedang mempunyai anggota keluarga yang sedang sakit, yang harus Anda rawat. Sama saja, keduanya harus sama sabarnya. “Saling !”

Sampai jumpa pada pengalaman yang lain Sahabatku..

Salam sehat selalu,

Ibu Sri.
Labels: Tips

Thanks for reading Mengendalikan Emosi. Please share...!

0 Komentar untuk "Mengendalikan Emosi"

Back To Top